Jordi dilerai oleh teman-temannya. Dia masih kalap, namun Fahmi segera pergi. Dia tidak mau terus jadi bahan bulan-bulanan Jordi.
"Dasar banci!" umpat Jordi melihat Fahmi pergi begitu saja. "Kalian ngapain lerai aku? Hah biar aja aku habisi banci itu," bentak Jordi.
''Jordi kamu jangan bikin masalah di sini. Nama kamu di sini sudah jelek. Jadi jangan nambah jelek image mu di sini," bantah temannya.
"Kalian sama seperti dia, banci," teriak Jordi lalu pergi dari kampus Fahmi.
Sindi mendengar kabar dari temannya tentang Jordi yang menyerang Fahmi. Dia geram sekali, dia mencari Jordi.
"Dasar pengecut! Mental selangkangan," umpat Sindi.
"Apa maksud kamu? Hah?" tanya Jordi.
"Untuk apa kamu datang dan memukuli Fahmi? Karena takut aku diambil Fahmi? Dasar pecundang," bentak Sindi. "Mulai sekarang kita putus!" teriak Sindi.
"Tidak Sindi. Kamu tidak bisa memutuskan aku," kata Jordi.
"Tidak ada yang tidak bisa, dan tidak akan ada yang mau menjadi boneka mainan kamu," bantah Sindi.
Sindi meninggalkan Jordi, dia akan pergi menemui Fahmi. Dia tidak mau Fahmi terus diancam Jordi.
**
Amara di sekolah tidak punya teman lagi. Dia sering sendirian di kelas. Meskipun begitu dia masih sombong dan angkuh.
Semua yang menimpa dia, tidak membuatnya jera. Dia justru bersikap arogan dan semakin sombong.
"Kalian nggak mau berteman dengan nggak masalah. Lagi pula aku juga nggak butuh kalian lagi," ucap Amara.
"Eh Amara, kamu kira kita mau apa dekat sama kamu," kata Sofi.
Sabila tidak pernah berbicara dengan Amara, dia enggan sekali menanggapi ocehan Amara yang baginya nggak penting.
"Dan kamu Sabila, dasar orang gila. Kamu pasti suka aku kayak gini, kamu puas kan?" tanya Amara.
Sabila bukannya menjawab, dia malah keluar kelas dengan santainya.
Amara geram, dia merasa Sabila keterlaluan. Dia menyimpan dendam pada Sabila.
**
Sindi tengah duduk di sebuah Cafe, dia berhasil membujuk Fahmi untuk bertemu.
"Fahmi," kata Sindi lalu memeluk Fahmi. Namun, Fahmi menjauhkan diri dari Sindi.
"Jangan peluk-peluk aku. Silahkan bicara apa yang ingin kamu katakan!'' perintah Fahmi sambil duduk.
"Fahmi, aku minta maaf atas perbuatan Jordi. Aku dan Jordi sudah putus," kata Sindi.
"Oh ya, informasi tidak penting," ucap Fahmi sinis.
"Aku sadar, Jordi mengekang aku. Bertemu keluarga saja tidak boleh, aku harus kos. Aku membantahnya dan memutuskan dia. Namun, dia tidak mau aku putuskan," kata Sindi.
"Kamu hanya ingin curhat? Maaf aku bukan tempat curhat kamu lagi," kata Fahmi. "Oh ya, Jordi sedang dicari keluarga Amara." Fahmi sengaja membicarakan Amara.
"Ada apa mereka mencari Jordi?" tanya Sindi.
"Mana aku tahu, itu bukan urusanku. Dan aku nggak mau tahu," jawab Fahmi."Jika sudah bicaranya aku mau pergi," kata Fahmi hendak beranjak.
"Fahmi, jangan pergi!" cegah Sindi memegang tangan Fahmi. "Aku sadar, hanya kamu yang tulus mencintai kamu. Aku mah jadi pacar kamu," kata Sindi.
"Sayangnya, aku tidak terima barang bekas. Apalagi bekas Jordi " ucap Fahmi melepaskan tangannya dari Sindi lalu pergi dari Cafe.
Sindi terus mengejar Fahmi hingga ke tempat parkir. Dia tidak mau Fahmi lepas begitu saja. Dia ingin Fahmi kembali seperti dulu.
"Fahmi, aku akan lakukan apa saja. Asli kamu mau terima aku," kata Sindi.
"Apa kamu dungu? Aku tidak menerima barang bekas," bentak Fahmi.
Sindi bukannya sedih dia malah tidak putus asa untuk mengejar Fahmi. Dia sangat berambisi untuk mendapatkan Fahmi.
"Jangan samaku aku dengan Jordi. Kami sangat berbeda," ucap Fahmi. "Lebih baik kamu balik sama Jordi," kata Fahmi.
"Tidak Fahmi aku mencintai kamu bukan Jordi lagi," bantah Sindi.
"Sayangnya cintaku padamu sudah hilang. Semenjak kamu mengemis cinta Jordi," kata Fahmi. "Aku tidak mau berurusan dengan Jordi jadi jauhi aku," kata Fahmi lalu naik ke atas sepeda motornya dan pergi meninggalkan Sindi.
Sindi tidak mau pasrah begitu saja. Dia akan mencari cara agar mendapatkan Fahmi lagi. Dia tipe wanita keras kepala, apapun yang dia mau harus dia miliki.
**
Fahmi jengkel dengan Sindi, dia semudah itu bilang cinta pada Fahmi padahal baru saja putus dengan Jordi. Fahmi bukan laki-laki tempat pelarian. Dia bahkan sudah membenci Sindi semenjak Sindi merengek mengemis cinta Jordi.
"Jangan harap aku akan kembali," ucap Fahmi.
Fahmi melajukan sepeda motornya menuju rumah. Dia tidak akan memberi kesempatan untuk Sindi mendekati dia lagi.
Sampai di rumah, Rani bingung melihat wajah Fahmi lebam semua. Dia lalu mengambilkan obat untuk Fahmi.
"Sejak kapan kami bertengkar?" tanya Rani.
''Fahmi tidak bertengkar, hanya saja Fahmi di pukul Jordi. Semua pasti karena Sindi, Sindi memutuskan dia," jawab Fahmi.
"Ya ampun!" ucap Rani.
"Apa tidak ada wanita lain. Sindi memang dekati kamu lagi?" tanya Rani.
"Tadi dia menemui aku, dia bilang mencintai aku dan mau melakukan apa saja asal aku menerima dia. Dia kira aku mau terima barang bekas," kata Fahmi.
Rani yang mengobati luka Fahmi menganggukkan kepala tanda mengerti cerita Fahmi.
"Dia kira semudah itu dia bilang cinta dan aku akan menerima dia," kata Fahmi. "Aku yakin, dia akan melakukan banyak cara agar bisa dekat dengan aku lagi." Fahmi tahu bagaimana watak Sindi.
"Kamu lebih baik cari pacar yang lebih baik dari Sindi. Biar dia berhenti mendekati kamu," kata Rani.
"Tidak, Ma. Aku akan hadapi Sindi sendiri. Mencari pacar tidak mudah apalagi di zaman seperti ini dan di kota kaya gini," ucap Fahmi.
"Terserah, Mama tidak mau ada Sindi di hati kamu. Sindi dan Amara itu sama suka menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan apa yang dia mau," tutur Rani.
"Mama tenang saja, aku tidak akan kembali lagi pada Sindi. Wanita yang telah menyakiti hatiku," kata Fahmi.
Sabila pulang dari sekolah, wajahnya tampak kusut. Dia sepertinya sedang kesal pada seseorang.
"Satu ini kenapa? Yang besar pulang-pulang lebam, yang kecil cemberut," kata Rani.
"Aku sebel sama Amara, dia udah dikucilkan sama teman-teman. Tapi sikap sombongnya nggak berubah," ucap Sabila. "Kak Fahmi kenapa wajahmu?" tanya Sabila pada Fahmi.
"Ulah Jordi, dia menyerang Kakak di kampus," jawab Fahmi.
"Jordi, jahat sekali dia," kata Sabila.
"Pengecut memang begitu, main tonjok. Maklum dia kan baru putus dengan Sindi," kata Fahmi.
Ponsel Sabila berdering, ada panggilan dari nomor tidak di kenal. Panggilan pertama diabaikan hingga panggilan ke tiga baru diangkat Sabila.
"Halo, siapa ya?" tanya Sabila.
"Sabila, masih ingat aku?" tanya pria di seberang sana.
"Tidak, siapa kamu?" tanya Sabila.
"Benarkah? Apa kamu tidak mengenali suaraku? Padahal dulu kamu selalu merindukan suaraku," kata pria itu.
"Siapa?" tanya Fahmi pelan. Sabila menggelengkan kepala.
"Kamu siapa? Kalau nggak mau bilang saya tutup telfonnya," ancam Sabila.
"Aku Jordi Sabila," jawab Jordi.
"Jordi?" tanya Sabila.
Fahmi dan Rani saling pandang, lancang sekali Jordi menghubungi Sabila lagi.