Hubungan Sofi dan Sofyan merenggang, Sofi merasa Sofyan berbohong atas perasaannya pada Amara.
Sementara itu Amara masih mencari cara agar bisa bertemu Jordi.
Sing yang mulai merindukan Fahmi, dia menghubungi Fahmi. Dia mengajak Fahmi bertemu.
"Fahmi, ini aku Sindi. Aku mau bertemu dengan kamu," kata Sindi.
"Maaf Sindi, lebih baik jangan hubungi aku lagi," kata Fahmi memutus panggilan Sindi.
Sindi sedih saat Fahmi sudah mulai melupakannya. Padahal saat ini Sindi membutuhkan Fahmi. Sindi tidak bahagia dengan hubungannya dengan Jordi.
"Sayang, jangan dekat dengan pria manapun di kampus ini," kata Jordi saat mereka pertama pindah kampus.
"Kenapa? Apa kamu cemburu?" tanya Sindi.
"Pasti, jadi jangan dekat dengan cowok," jawab Sindi.
Sindi kira Jordi hanya karena cemburu. Ternyata salah, Jordi justru semakin malarangnya ini itu. Hanya orang-orang tertentu yang boleh berteman dengan Sindi.
Sindi mulai kesal saat banyak cewek di kampus membicarakan dia sebagai wanita lemah. Bahkan dia dibilang seperti kacung Jordi yang selalu menurut apa kata Jordi.
Semua orang yang menghina Sindi selalu dipukul oleh Jordi. Sehingga di kampus baru nama Jordi dan Sindi sudah jelek.
"Kamu jangan dekat dengan Sindi, dia itu cewek lemah. Mau saja pacaran sama Jordi cowok kasar dan playboy," kata salah satu mahasiswi.
Sindi kesal dia melabrak mahasiswi itu. Namun, dia malah memperhatikan sebuah foto pada Sindi. Foto dimana Jordi bersama seorang cewek.
"Sudah tahu playboy masih aja dipercaya. Berani sekali kamu melabrakku," kata mahasiswi itu.
Hingga saat ini Sindi memilih diam, dia berusaha menutup diri saat mendengar kabar miring tentang Jordi. Dia berusaha menerima Jordi apa adanya. Namun, ternyata Jordi semakin berubah.
"Aku rasa tunangan kita ditunda dulu," kata Jordi. "Papa tidak setuju, aku harus sekolah hingga bisa meneruskan usaha Papa," ucap Jordi.
"Tega sekali kamu memberikan harapan palsu," kata Sindi.
"Sindi, aku masih muda. Aku tidak mungkin menikah muda." Jordi semakin berubah.
Jordi dan Sindi bahkan tidak pernah berhubungan lagi. Dia hanya sesekali bertemu. Hingga tiba-tiba Jordi meminta maaf dan kembali pada Sindi lagi.
Jordi kembali, tetapi hati Sindi justru merasa bosan. Dia malah merindukan Fahmi, dia menghubungi Fahmi agar bisa bertemu. Tapi Fahmi menolah, Fahmi pasti sakit hati dengan Sindi.
Dulu Sindi meminta Fahmi meninggalkannya dan memilih Jordi. Namun, kini Sindi sadar bahwa dia membutuhkan Fahmi.
"Aku kenapa?" tanya Jordi yang tiba-tiba datang ke kosan mereka.
"Oh tidak, aku hanya memikirkan tugas kampus," ucap Sindi berbohong.
"Aku ingin kita segera bertunangan," kata Jordi.
"Jordi, apa bisa kita tunda? Aku merasa belum siap," kata Sindi.
"Apa? Ditunda? Apa alasannya?" tanya Jordi.
"Sama halnya dengan kamu dulu, aku juga nggak mau nikah muda. Aku ingin menikmati masa mudaku," jawab Sindi.
"Aku yakin bukan itu alasan kamu. Apa kamu mulai meragukan aku?" tanya Jordi.
"Tidak, Jordi. Aku hanya butuh waktu, aku belum siap. Menikah sebentar lagi punya anak, aku belum siap dengan itu. Aku masih ingin kuliah," kata Sindi.
"Baiklah, aku akan menunggu kamu. Jangan bua aku kecewa," kata Jordi.
''Kamu juga jangan buat aku kecewa," kata Sindi.
"Maksud kamu apa?" tanya Jordi menatap Sindi penuh selidik.
"Aku harap kamu tidak dekat dengan wanita lain selain aku," jawab Sindi.
Jordi hanya diam saja, dia memilih tidak merespon ucapan Sindi.
**
Fahmi kesal dan tidak mau bertemu dengan Sindi. Dia tidak mau lagi berurusan dengan Jordi. Apalagi sekarang Fahmi sudah bisa move on dari Sindi.
"Ada apa, Kak?" tanya Sabila.
"Itu Sindi menghubungi aku, dia meminta aku bertemu. Tapi aku menolak, aku malas berurusan dengan Jordi," jawab Fahmi.
"Sepertinya dia baru sadar kalau Jordi bukan cowok yang baik buat dia," kata Sabila. "Pasti dia ingin Kakak kembali sama dia, lebih tepatnya berteman dengan dia," kata Sabila.
"Entahlah, sudah malam. Ayo kita tidur!" ajak Fahmi.
Sabila keluar dari kamar Fahmi. Dia faham Fahmi sakit hati dengan Sindi yang telah memilih Jordi.
Sabila tidak kunjung bisa tidur, dia membuka media sosial. Ada pertemanan baru dari akun tidak dikenal. Sabila abaikan saja permintaan pertemanan itu.
**
Sindi berangkat kuliah, semenjak pindah kampus dia memilih kos. Semua demi menuruti Jordi. Sindi mulai ingin kembali ke rumah.
"Jordi, apa aku boleh kembali ke rumah?" tanya Sindi. "Maksud aku tinggal di rumahku," lanjut Sindi.
"Kenapa? Apa kamu mau menghindari aku?" tanya Jordi.
"Bukan, aku merindukan orang tuakilu," jawab Sindi.
"Kamu kan bisa pulang seminggu sekali. Kenapa harus pulang?" tanya Jordi.
"Nyatanya sudah beberapa minggu aku tidak bisa pulang. Kamu selalu memintaku menemani kamu," jawab Sindi.
"Jangan pulang untuk selamanya. Temui saja orang tua kamu malam ini. Setidaknya menginaplah malam ini saja," kata Jordi.
"Kenapa sih kamu selalu mengatur aku?" tanya Sindi mulai kesal. "Sampai kapan? Belum jadi istrimu saja sudah kamu kekang. Apalagi jadi istrimu," bentak Sindi.
Sindi mulai menangis, Jordi tidak bergeming. Dia masih menyetir dengan santainya. Seakan tidak peduli dengan tangisan Sindi.
"Berhenti di sini!" bentak Sindi.
"Tidak, kita harus pergi kuliah," kata Jordi.
"Berhenti atau aku lompat!" ancam Sindi.
Jordi menepikan mobilnya," Kamu mau kemana?" tanya Jordi.
"Aku akan kuliah tapi tidak lagi berangkat dengan kamu. Aku juga akan tetap pindah ke rumah, aku tidak peduli lagi dengan keinginan kamu," jawab Sindi lalu keluar dari mobil Jordi.
Jordi ikut keluar, dia mendekati Sindi.
"Kenapa kamu berubah? Apa ini ada kaitannya dengan Fahmi? Apa dia mengganggu kamu lagi?" tanya Jordi.
"Semua tak ada urusannya dengan Fahmi. Aku sudah bosan kamu atur-atur terus," jawab Sindi.
"Aku yakin pasti karena Fahmi. Berani sekali dia mendekati kamu. Akan aku beri pelajaran dia," kata Jordi.
"Terserah. Kalau kamu apa-apakan Fahmi. Kamu akan kehilangan aku untuk selamanya, dan akan aku pastikan kamu tidak akan bahagia," ancam Sindi.
Plak
Jordi dengan mudah menampar Sindi. "Berani kamu mengancamku, kamu tidak akan bisa lepas dariku Sindi. Aku akan buat kamu berlutut di kakiku lagi," bentak Jordi.
Plak
"Ini balasan tamparan kamu tadi. Aku tidak suka dengan cara kamu memperlakukan aku. Aku bukan boneka kamu," bentak Sindi mendorong Jordi.
Sindi naik taxi, dia meninggalkan Jordi yang masih terkejut atas tamparan Sindi.
"Awas kamu sindi!" ucap Jordi.
Jordi masuk ke dalam mobil, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
**
Fahmi sedang berbincang dengan temannya. Dia membahas masalah materi kemarin.
"Fahmi." Teriakan itu mengejutkan semua orang. Fahmi menoleh, sebuah pukulan mengganti wajahmu hingga dia terjatuh.
Fahmi mengusap ujung bibirnya yang berdarah. Namun, pukulan mengenai wajahnya lagi. Fahmi tidak melawan, dia tidak mau bertengkar dengan pecundang seperti Jordi.