Minggu pagi Sabila telah sampai di rumah, mereka beristirahat. Rani mulai menyiapkan seragam Sabila untuk hari Senin.
"Bu, seragamnya sudah rapi semua. Sudah di almari Non Sabila," kata Bik Imah.
"Baik, Bik. Terimakasih, Bik Imah udah mengurus Fahmi dan Mas Dika selama saya di kampung,'' kata Rani.
"Iya sama-sama, Bu. Memang sudah tugas saya," kata Bik Imah.
Rani masuk ke kamar Sabila dan menyiapkan seragam Sabila. Sabila tertidur pulas siang itu.
Saat makan siang sudah siap, semuanya dibangunkan. Mereka makan bersama, hal yang sudah selama sebulan tidak mereka lakukan.
"Makan yang banyak, Pa. Aku tahu Papa selama Mama di kampung hanya makan sedikit," ucap Rani.
"Siapa yang bilang, Ma?" tanya Dika sambil melirik Bik Imah.
"Saya nggak bilang apa-apa, Pak," jawab Imah karena merasa tertuduh.
"Mama tahu sendiri, Pa. Papa kan suka gitu kalau nggak ada Mama makan nggak teratur. Sekalinya makan cuma sedikit," kata Rani.
"Mama udah kaya paranormal," kata Dika.
Selesai makan, Sabila dan Fahmi mengobrol di kamar Fahmi. Fahmi bercerita tentang Amara yang di tinggal Jordi. Jordi lebih memilih Sindi. Bahkan hubungan Sindi dan Fahmi sudah tidak akrab seperti dulu.
"Aku heran, Jordi cakep sih tapi masih ada yang lebih cakep lagi. Kenapa cewek tergila-gila sama dia," kata Sabila.
"Entahlah, aku juga heran. Kabarnya Sindi rela tidur dengan Jordi," kata Fahmi.
"Ya ampun, sejauh itu Jordi dan Sindi berhubungan?" tanya Sabila.
"Iya, tapi Jordi juga sepertinya pernah melakukannya. Soalnya aku pernah menemui Amara di apartemen Jordi. Saat itu Sindi merengek memintaku mengantarnya," jawab Fahmi.
"Gila, mereka mudah sekali tertipu dengan Jordi," ucap Sabila menggelengkan kepala.
Sabila tidak mengira, hubungan Amara dan Jordi sejauh itu. Padahal Amara terkenal pendiam tapi semua berubah setelah mengenal Jordi.
**
Sorenya Fahmi dan Sabila jalan-jalan ke mall. Mereka membeli sesuatu untuk persiapan sekolah Sabila.
"Kak, beli ini ya," kata Sabila menunjuk sebuah bolpoin yang sangat unik.
"Iya, beli aja," kata Fahmi.
Saat mereka tengah asyik memilih alat tulis, Sabila melihat Sofyan dan Sofi. Sabila langsung menyapa mereka.
"Sofyan, Sofi,!" sapa Sabila.
"Sabila," ucap Sofi memeluk Sabila. "Aku dengar kamu mau balik sekolah lagi?" tanya Sofi senang.
"Iya, besok sekolah lagi," jawab Sabila. Sabila melihat ke arah Sofyan, "Kalian pacaran?" tanya Sabila.
"Iya, kami pacaran baru sekitar satu mingguan," jawab Sofyan.
"Ya udah hati-hati aja, saling percaya satu sama lain," kata Sabila.
"Iya aku faham, Sabila," ucap Sofi.
Sabila mengajak mereka makan bareng, Fahmi tidak keberatan. Selama makan, Sabila banyak bertanya tentang sekolahan. Para guru dan mata pelajaran yang selama ini dia tertinggal.
"Amara berubah, Bil," kata Sofi. "Dia berusaha mendekati Sofyan lagi setelah dia dicampakan Jordi," lanjut Sofi.
"Benar, kah?" tanya Sabila penasaran. "Bukannya dia dulu pendiam ya." Sabila merasa tidak percaya.
"Semenjak kamu sakit, dia berubah, Bil. Dia sok cantik, godain cowok-cowok," kata Sofi.
"Sekali pelakor tetap pelakor," sahut Fahmi. "
Sabila menatap Fahmi, dia tidak suka dengan ucapan Fahmi meskipun kenyataannya benar. Hanya Sabila tidak menyangka Amara tidak jera setelah ditinggal Jordi.
Mereka melanjutkan makan, sesekali mereka bergurau. Sebagai yang paling tua Fahmi hanya mengikuti yang muda.
**
Sepulang dari Mall Sabila langsung tidur, mereka pulang sudah pukul delapan malam. Sabila merasa capek, sementara Fahmi dan yang lain masih asyik menonton televisi.
"Semoga Sabila bisa menjalani hari-harinya seperti dulu lagi," kata Rani. Dia masih khawatir, takut jika teman Sabila masih menghina Sabila.
"Mama jangan khawatir, itu tidak akan terjadi lagi," kata Fahmi. "Tadi Sabila sudah bertemu temannya di mall mereka senang Sabila kembali ke sekolah," ucap Fahmi.
"Benarkah? Semoga teman yang lain juga sama," ucap Rani.
Selesai mengobrol, mereka ke kamar masing-masing. Fahmi kini sudah tidak peduli lagi dengan Sindi.
**
Pagi sekali Sabila sudah siap berangkat. Dia sudah cantik dan rapi, Rani tersenyum melihat putrinya semangat lagi untuk sekolah.
"Sabila, ingat belajar yang baik," kata Rani.
"Siap, Bos," ucap Sabila.
Mereka sarapan bersama, Dika kagum dengan putrinya yang punya semangat 45. Dia berharap, ini adalah awal yang baik untuk masa depan Sabila.
"Pa, yang antar Sabila siapa?" tanya Sabila.
"Pilih Papa atau Kak Fahmi?" tanya Dika. Sabila bingung, Dika ditanya malah balik tanya.
"Ya udah, Papa saja," jawab Sabila.
Sabila bersiap, setelah dia selesai makan. Fahmi yang berangkat siang masih santai di rumah.
Dika senang, dalam waktu sebulan, Sabila sudah sembuh total. Traumanya pada laki-laki dan penghianatan berangsur hilang.
"Aku dengar di kampung kamu dekat dengan seorang cowok. Apa benar?" tanya Dika.
"Siapa yang bilang? Pasti Mama. Iya, kan?" tanya Sabila.
"Iya, kata Mama kamu dekat dengan cowok bernama Krisna. Cowok yang menolong kamu waktu jatuh di sungai," jawab Dika.
"Kami hanya berteman, Pa. Sabila trauma pacaran," kata Sabila. "Sabila mau fokus sekolah saja," lanjut Sabila.
"Oh jadi begitu," ucap Dika.
"Yaps betul," kata Sabila membenarkan ucapan Dika.
Mereka sudah sampai di depan sekolah Sabila. Sabila pamit pada Dika, lalu keluar dari mobil.
"Bila, kalau pulang suruh jemput Mama atau Kak Fahmi ya," kata Dika.
"Siap, Pa," ucap Sabila.
Sabila masuk ke halaman sekolahan, barulah Dika melajukan mobilnya menuju kantor.
Sabila merasa senang, dia dapat melihat sekolahannya lagi. Selain itu dia juga bertemu teman-temannya.
"Sabila," panggil Sofi yang ada di belakang Sabila bersama Sofyan.
"Eh baru datang juga?" tanya Sabila.
''Iya, sekarang tiap sekolah aku diantar jemput Sofyan," jawab Sofi.
Amara baru saja datang, dia tidak menggubris dengan kedatangan Sabila. Padahal teman yang lain menyapa Sabila. Amara justru bersikap acuh atas kehadiran Sabila.
Dewi merasa heran dengan sikap Amara yang semakin jelek. Dimata teman-temannya Amara seperti mak lampir.
"Sabila, ayo kita masuk!" ajak Sofi.
Mereka masuk ke kelas, dengan senang hati Sofi duduk di sebelah Sabila. Amara yang melihat dua musuhnya bersama semakin jengkel.
Guru yang mengajar di kelas Sabila sudah datang. Beliau terkejut saat melihat Sabila.
"Selamat datang kembali untuk teman kita Sabila. Semoga bisa belajar dengan baik di kelas ini lagi," ucap Guru Sabila.
"Terimakasih, Bu," kata Sabila tersenyum.
Sepanjang pelajaran, Sabila mengikuti dengan baik. Namun, mereka dikejutkan oleh Amara yang mendadak mual dan berlari ke kamar mandi.
"Bu, saya izin ke UKS. Saya merasa nggak enak badan," kata Amara.
"Iya silahkan! Kamu sepertinya sakit. Kalau memang perlu pulang, mendingan pulang istirahat di rumah," kata Bu Guru.
Semua siswa berbisik menggunjingkan Amara. Ada yang bilang Amara kena karma, ada yang bilang Amara hamil.
Saat istirahat, Amara sudah tidak ada di UKS. Dia izin pulang, dia menjadi bahan gosip para siswa.
"Aku dengar Amara hamil, apa benar?" tanya Dewi pada Sofi dan Sabila.
"Ah yang benar saja," bantah Sabila.
Sabila mengingat kembali pembicaraan dia dan Fahmi kemarin bahwa Amara melakukannya dengan Jordi.
"Iya dia hamil," kata Sofi.
Sontak Sabila dan Dewi menatap Sofi. Sofi hanya tersenyum melihat kedua temannya terkejut.