Chereads / Penghianat Itu Sahabatku / Chapter 22 - Sabila Mau Pulang

Chapter 22 - Sabila Mau Pulang

Amara dan Sofi mulai bermusuhan, Amara ngotot terus mendekati Sofyan. Bahkan siang ini setelah sekolah dia ikut Sofyan dan Sofi ke mall.

"Aduh sayang, aku nggak nyaman nih," kata Sofi. "Bisa suruh yang dibelakang keluar aja nggak?" tanya Sofi.

"Sofyan ingin aku ikut, kalau kamu nggak mau aku ikut mendingan kalian nggak usah jalan-jalan saja," ucap Amara sinis.

"Eh yang pacaran kita, kenapa kamu yang ngatur-ngatur? Kamu kira aku suka apa dengan sikap kamu itu," kata Sofi tidak mau kalah.

Sofyan terpaksa menurunkan Amara, Amara sangat kesal dengan sikap Sofyan dan Sofi. Sementara Sofi tersenyum puas.

**

Sabila tengah bercermin, dia sudah mulai sembuh. Dia tidak lagi takut pada pria. Dia mulai bisa bersosialisasi di lingkungan.

"Sayang, sudah mandi?" tanya Rani.

"Sudah, Ma. Kapan kita pulang, Ma?" tanya Sabila. "Aku kangen sekolah, Ma," ucap Sabila sedih.

"Kamu sudah siap bertemu teman-teman kamu?" tanya Rani.

"Siap, Ma. Bukannya Dokter di sini sudah menyatakan aku sudah sembuh total?" tanya Sabila. "Kenapa aku harus takut kembali ke kota?" tanya Sabila.

"Baiklah, akhir pekan Mama akan suruh Papa dan Kak Fahmi menjemput kita," kata Rani. "Apa kamu tidak akan merindukan teman kamu di sini?" tanya Rani.

"Kan aku bisa ke sini tiap libur sekolah, Ma. Aku kangen sekolah, aku sudah lama nggak sekolah," ucap Sabila.

"Oke," ucap Rani.

Rani lalu menelfon Dika memberitahukan jika akhir pekan Sabila minta kembali ke kota.

Berita pulangnya Sabila di dengar Krisna, dia tampak sedih. Padahal baru saja dekat dengan Krisna kini Sabila harus pulang.

"Kris, kamu kenapa? Apa kamu sedih Sabila akan pulang?" tanya Aini.

"Ah Ibu, aku tidak sedih. Justru aku senang melihat Sabila sudah sembuh dan mau sekolah lagi," jawab Krisna.

"Kamu yakin?" tanya Aini.

"Iya aku yakin," jawab Krisna.

Aini tidak percaya dengan apa yang dikatakan Krisna. Dia tahu bagaimana perasaan Krisna pada Sabila. Dia sudah mencintai Sabila sejak lama.

**

Berita kepulangan Sabila ke kota menyebar di sekolahan. Amara tampak kesal Sabila kembali. Dia berharap Sabila akan terus di desa agar dia tidak ada saingan. Jika Sabila kembali, maka musuh dia ada dua yaitu Sabila dan Sofi.

"Sial kenapa Sabila harus kembali!" umpat Amara pagi itu saat Dewi memberitahunya.

"Harusnya kamu senang Amara, ada orang yang mau berteman denganmu lagi," kata Dewi.

"Aku nggak suka berteman dengan dia," ucap Amara.

"Oh iya, kamu pasti takut tersaingi iya, kan?" tanya Dewi setengah meledek.

"Aku nggak akan kalah dari siapapun," jawab Amara ketus.

Dewi menggelengkan kepala dan meninggalkan Amara seorang diri. Dia mulai kesal karena satu persatu temannya di sekolah meninggalkan dia.

"Ah kenapa aku jadi nggak punya teman," ucap Amara kesal.

Amara memilih berdiam diri di sudut sekolah. Dia merasa perutnya bermasalah. Di segera lari ke kamar mandi.

**

Mbah Sanah dan keluarganya merasa sedih saat Sabila harus kembali ke kota. Mereka akan merasa kehilangan keluarga.

"Kamu belajar yang rajin, jangan bergaul dengan orang yang salah," pesan Mbah Sanah pada Sabila.

"Iya, Mbak. Simbah jangan khawatir, Sabila juga nggak akan pacaran lagi. Sabila nyesel, Mbah," ucap Sabila.

"Rani, jaga anak gadismu. Pergaulan di kota sangat mengkhawatirkan," kata Mbah Sanah pada Rani.

"Iya, Bu. Rani akan jaga anak-anak Rani. Ibu juga sehat-sehat di sini," kata Rani.

Mereka bertiga berpelukan, Anisa yang baru dari dapur ikut memeluk mereka.

"Ah kamu ikut aja, Dek!" seru Rani.

"Habisnya tadi nggak ajak-ajak aku," ucap Anis.

"Nih aku peluk," ucap Rani memeluk Anis.

Besok, Dika akan menjemput Rani dan Sabila. Jadi malam ini adalah malam-malam terakhir mereka di desa.

"Mbak, ada Krisna," kata Mira yang datang dari teras.

Sabila menuju ke teras, Krisna berdiri di samping sepeda motornya.

"Krisna, sini duduk!" perintah Sabilan. Mereka lalu duduk di bangku depan rumah Mbah Sanah. "Ada apa?" tanya Sabila.

"Aku dengar kamu mau balik, kapan?" tanya Krisna tertunduk.

"Besok Papa jemput, mungkin lusa baliknya. Kamu mau ikut?" tanya Sabila setengah menggoda.

"Nggak ah. Lagian aku masih kuliah, entar kalau.dah lulus merantau ke sana." Krisna tampak malu-malu. "Nyusul kamu," bisik Krisna.

"Hahahhah, masih lama dong." Sabila tertawa. Krisna senang dengan sikap Sabila yang periang. "Enak di sini, pergaulannya nggak terlalu bebas," kata Sabila.

"Kenapa kamu malah pulang? Nggak sekolah di sini saja?" tanya Krisna.

"Aku suka sekolah di sana, lagian di sini sekolahnya jauh," jawab Sabila. "Bilang aja kamu mau aku menetap di sini," goda Sabila.

"Ahhh kamu tahu saja." Krisna tersenyum malu.

"Sabila, Krisna kok nggak diajak masuk," kata Rani.

"Nggak Ma, katanya mau salam perpisahan. Kalau di dalam dia malu ada orang banyak," kata Sabila berbohong.

"Sabila, aku nggak bilang gitu," bantah Krisna.

"Oh gitu, ya udah Mama masuk," kata Rani lalu masuk ke dalam rumah.

Krisna pulang, dia tidak mau berlama-lama dengan Sabila. Dia takut sedih saat nanti melepas Sabila pergi.

**

"Emh..emh ada yang lagi kasmaran nih," goda Mira.

"Maksud kamu aku sama Krisna?" tanya Sabila sembari duduk di dekat Mira. "Aku dan dia hanya teman, nggak lebih," ucap Sabila.

"Kamu yakin?" tanya Mira.

"Kenapa tidak? Memang kalau aku dekat sama dia, itu tandanya aku suka dia apa?" tanya Sabila.

"Tapi Krisna pasti suka sama kamu," kata Mira.

"Itu hak dia," kata Sabila. "Udah aku mau tidur!" seru Sabila lalu berjalan menuju kamarnya. Rani sudah tidur duluan.

Sabila hanya menganggap Krisna teman. Dia tidak mau punya pacar atau sahabat lagi. Cukup sekali penghianatan itu terjadi.

**

Pukul 07.15 Dika dan Fahmi sudah datang. Dia sengaja berangkat malam agar cepat sampai. Mereka sudah rindu dengan Sabila.

"Kak Fahmi, pagi sekali datangnya," seru Sabila. Dia langsung meleluk Fahmi seperti biasa.

"Udah sembuh nih," goda Fahmi.

Sabila melepaskan pelukannya, "Udah dong," kata Sabila tersenyum.

Malam nanti mereka akan berangkat ke kota. Krisna yang tahu langsung menemui Sabila.

"Sabila, hati-hati ya," kata Krisna.

"Iya, kamu juga jaga diri di sini," ucap Sabila. Fahmi tampak heran melihat kedekatan mereka.

"Kalian pacaran?" tanya Fahmi.

"Nggak, kita hanya berteman," jawab Sabila.

Krisna terdiam mendengar jawaban Sabila. Ada rasa sedih saat tahu Sabila hanya menganggap dia teman. Rasa sedih menyelimuti hatinya.

"Jangan sedih, aku tahu kamu suka dengan adikku. Tunggu dia sampai mau pacaran lagi," bisik Fahmi pada Krisna.

Sabila sudah menjauh dari mereka, dia tampak asyik mengobrol dengan sang Papa.

Rasa sedih kembali menyelimuti saat melihat mobil Dika membawa Sabila ke kota. Krisna tertunduk, dia tidak berani melihat pujaan hatinya pergi.