Cewek itu langsung pergi, dia tidak tahan melihat adegan yang dilakukan Amara dengan kekasihnya. Dia merasa Amara menikamnya dari belakang. Dia juga kecewa pada Sofyan yang tidak menolak pelukan Amara.
"Sofyan, apa kamu masih mencintai Amara?" tanya Sofi pada dirinya sendiri.
Sofi merasa hatinya sangat sakit melihat kekasihnya dipeluk cewek lain. Apalagi cewek itu adalah wanita yang dulu pernah Sofyan cintai.
Berkali-kali ponsel Sofi berdering, namun tetap dia abaikan. Dia yakin itu Sofyan, jadi dia abaikan saja. Hati Sofi masih sakit, dia belum bisa menerima dengan apa yang baru saja dia lihat tadi.
**
Di mall Sofyan kebingungan mencari Sofi, dia tidak menemukan Sofi di tempat dimana dia berbelanja. Sedangkan Amara di dekatnya masih menunggu Sofyan.
"Kamu nelfon Sofi?" tanya Amara.
"Iya, aku datang kemari dengan dia. Tapi aku lihat tadi sudah tidak ada di tempat dia belanja." Sofyan tampak khawatir.
"Pasti dia pulang duluan," ucap Amara.
"Kenapa nggak memberi kabar? Di telfon juga nggak diangkat?" tanya Sofyan.
"Mungkin dia ada keperluan penting, sehingga nggak sempat memberi kabar," jawab Amara. "Kamu jadi antar aku pulang, kan?" tanya Amara.
"Iya, mana aku tega membiarkan kamu pulang sendiri. Ya sudah, ayo kita pulang saja!" ajak Sofyan pada Amara.
Amara tersenyum, tidak mendapatkan Jordi tapi setidaknya ada Sofyan yang memperhatikan dia. Amara tidak peduli dengan perasaan Sofi, bagi dia adalah Sofyan memperhatikan dia lagi.
**
Amara dan Sofyan mampir makan terlebih dahulu. Amara merengek ngajak makan karena dia belum makan siang.
Saat mereka tengah asyik makan, salah satu teman Amara melihat mereka. Dia mengambil gambar dan mengirimnya ke Sofi.
"Sofyan, aku minta maaf. Aku udah nolak kamu, aku nyesel banget milih Jordi," kata Amara. "Sayangnya, kamu sudah punya Sofi, jadi tidak ada kesempatan buat aku di hati kamu." Amara sengaja merendah untuk mendapatkan hati Sofyan.
"Udahlah, jangan dipermasalahkan. Saat ini kamu sudah tahu seperti apa Jordi, itu udah cukup bagiku," kata Sofyan.
"Sofyan, apa kamu masih mencintai aku?" tanya Amara.
Sofyan terdiam, dia sadar masih belum bisa melupakan Amara. Namun, saat ini ada Sofi. Sofyan harus menjaga perasaan Sofi yang kini menjadi kekasihnya.
"Kamu udah nggak cinta ya sama aku," kata Amara.
"Makanan udah datang, ayo kita makam!" ajak Sofyan mengalihkan pembicaraan mereka.
Amara merasa kesal karena Sofyan tidak menjawab pertanyaannya. Dalam hati dia berniat mengambil Sofyan dari Sofi. Jika mengambil Jordi dari Sabila saja mudah, apalagi mengambil Sofyan dari Sofi akan semakin mudah.
Mereka lalu makan bersama, sesekali Amara memuji Sofyan. Sehingga membuat Sofyan tersanjung.
**
Sofi merasa panas saat membuka pesan dari temannya. Dia kesal karena Amara berani mendekati Sofyan lagi. Dia akan memberikan perhitungan pada Amara. Dia tidak mau dianggap lemah seperti Sabila.
"Lihat saja Amara, kamu berani main-main dengan aku," ucap Sofi.
Sofi bukan tipe cewek pendiam, dia itu bisa menjadi bar-bar jika hatinya sudah di sakiti. Namun, tidak banyak yang tahu sifat bar-barnya dia.
Sofi mulai merencanakan sesuatu untuk Amara besok. Dia mulai menghubungi Sofyan, dia meminta maaf karena telah meninggalkan Sofyan di mall.
"Sofyan, maaf ya aku tadi ninggalin kamu. Tadi Mama telfon suruh cepat pulang," kata Sofi berbohong.
"Oh iya tidak apa-apa, aku sempat khawatir tadi. Beruntung kamu baik-baik saja," ucap Sofyan.
"Oh ya, besok kamu bisa jemput aku kan? Aku mau berangkat sekolah bareng kamu," kata Sofi.
"Boleh, besok aku jemput," ucap Sofyan lalu Sofi mengakhiri panggilannya.
Sofi berharap, Amara akan panas melihat mereka berangkat sekolah bareng.
**
Esoknya Sofi sengaja dandan cantik dan sudah menunggu Sofyan di depan rumah. Sofyan tampak terpesona dengan penampilan Sofi yang sangat cantik.
"Sofi, kamu cantik sekali," puji Sofyan.
"Ah kamu bisa aja, memang biasanya aku nggak cantik apa," ucap Sofi tersipu malu. "Ayo berangkat!" ajak Sofi. "Nanti kita terlambat," kata Sofi.
Sofi heran, ternyata Sofyan menjemputnya dengan mobil. Dilihatnya wajah Sofyan, sontak Sofi kaget. Sofyan sedang memikirkan Amara.
"Sayang, kenapa lewat sini?" tanya Sofi. Dia mulai curiga karena Sofyan memilih jalur yang tidak ke arah sekolahan.
"Iya, jemput teman," jawab Sofyan.
Fix, Sofyan jemput Amara. Sofi menyiapkan rencana untuk membuat Amara kesal. Benar saja, Amara sudah menunggu di depan rumah.
Amara hendak membuka pintu depan, begitu melihat Sofi, Amara terkejut.
"Hai Amara," sapa Sofi.
"Hai Sof," ucap Amara yang sudah duduk di jok belakang.
Sofi melirik Amara dari kaca, dia melihat Amara tampak merapikan baju dan rambutnya.
Sofyan melajukan mobilnya, selama dalam perjalanan Sofi sengaja memanas-manasi Amara.
"Sayang, nanti sepulang sekolah kita jalan lagi, ya," kata Sofi.
"Boleh, apa sih yang nggak buat kamu," kata Sofyan.
"Ih jadi makin sayang," ucap Sofi sembari memeluk Sofyan. Amara terlihat kesal, dia memonyongkan bibirnya.
"Sofyan, nanti pulang aku bareng lagi ya," kata Amara.
"Aku kan mau jalan sama Sofi, kamu ikut?" tanya Sofyan.
"Iya nggak apa-apa, dari pada kalian jalan berdua nanti ada setan yang datang malah kalian pacarannya ke bablasan. Kalau ada aku kan ada penengahnya," jawab Amara.
"Sayang bukannya kalau ada orang pacaran, terus ada orang ketiga, orang ketiganya itu setan ya," ucap Sofi sengaja memancing Amara.
"Eh kamu ngatain aku setan," bentak Amara.
"Aku nggak bilang kamu loh ya, aku bilang orang ketiga," kilah Sofi.
"Udah jangan berisik kalian berdua," ucap Sofyan.
"Sayang habisnya gimana sih, ada orang nggak tahu malu mau nimbrung kita. Dia nggak ngaca apa waktu nolak kamu," kata Sofi.
"Aku udah minta maaf loh ya sama Sofyan. Sofyan juga udah memaafkan aku, ngapain juga kamu ungkit-ungkit semua," bantah Amara.
"Sayang, kalau dia ikut lagi mendingan kamu jangan jemput aku," ucap Sofi cemberut.
"Sayang aku minta maaf," kata Sofyan.
Mereka sudah tiba di parkiran sekolah. Sofyan membukakan pintu untuk Sofi, tetapi Amara belum juga keluar dari mobil.
"Sofyan, kok aku nggak dibukain juga," kata Amara tanpa malu.
Dengan terpaksa Sofyan membukakan pintu untuk Amara.
"Dasar nggak punya malu," gumam Sofi. "Sayang, ayo kita masuk!" ajak Sofi menggandeng lengan Sofyan menuju kelas.
Amara mendekati Sofyan, dia menggandeng lengan Sofyan yang satunya. Sofyan tampak malu melihat sikap Amara yang ikut-ikutan Sofi.
"Tolong kalian lepaskan tanganku!'' perintah Sofyan. Sofi sudah melepaskan tangan Sofyan namun Amara masih saja menggandeng tangan Sofyan.
Sofi yang kesal akhirnya menarik tangan Amara hingga lepas dari lengan Sofyan.
"Sekali pelakor tetap pelakor!" ucap Sofi sinis lalu mengajak Sofyan masuk kelas.
Amara kesal, dia menjambak rambut Sofi dari belakang.
"Au...sakit!" pekik Sofi.
"Amara lepaskan!" bentak Sofyan.
Amara malah menangis, sehingga membuat Sofyan tidak enak hati karena membentak Amara.