Sabila merasa malu, sehingga setelah itu dia tidak mau ke rumah Aini lagi. Dia takut diketawakam Krisna karena menabrak tiang.
"Diem aja di rumah," kata Mira.
"Mau kemana kalau nggak di rumah?" tanya Sabila.
"Ke rumah Bu Aini, sekalian ketemu Krisna," goda Mira.
"Apaan sih Mir kamu." Sabila cemberut. Dia tidak suka digoda seperti itu.
"Dari pada diem di rumah bagaimana kalau kita ke sungai?" tanya Yoga sore itu.
"Ayo! Aku mau!" ajak Sabila.
Mereka bertiga main di sungai. Sabila dan Mira memetik kangkung yang ada di pinggir sungai. Sampai di rumah nanti akan di masak Anis untuk makan malam.
**
Sudah beberapa hari Amara mencari Jordi di kampus. Namun, tidak ada hasil sama sekali. Ada yang bilang mereka pindah kampus, ada yang bilang mereka ke luar negeri. Ada yang bilang mereka akan bertunangan.
Amara putus asa, dia memutuskan untuk tidak mencari Jordi lagi. Dia terlalu lelah untuk mencari Jordi. Bahkan beberapa hari ini dia sampai sering bolos sekolah.
Dia tidak mau jika orang tuanya marah karena dia jarang sekolah.
"Amara, tumben berangkat," ucap Dewi. "Kamu kan sudah beberapa hari bolos," kata Dewi.
"Baru dua hari aja bolos loh. Lagian aku ada urusan penting," ucap Amara.
"Udahlah yang hilang nggak usah dicari lagi," sahut Sofi.
"Kamu kok tahu aku cari Jordi," kata Amara penasaran. "Lagian aku udah putus asa cari dia," kata Amara.
"Syukurlah. Ngabisin tenaga kalau cari dia," ucap Sofi. Dia tidak mau jika Amara tahu dia bisa menerawang. Nanti pasti Amara akan meminta bantuannya.
Sofyan mendekati mereka, kali ini di tidak mencari Amara melainkan Sofi. Amara tampak heran saat melihat Sofi dan Sofyan sangat akrab. Sofyan mengajak Sofi pergi, kini tinggal Dewi san Amara.
"Sejak kapan mereka dekat?" tanya Amara.
"Ya ampun! Makanya jangan bolos, jadi nggak tahu kan kalau mereka jadian," jawab Dewi.
"What? Mereka jadian? Semudah itu Sofyan membuka hatinya untuk Sofi. Setelah aku tolak tempo hari." Amara tidak percaya kalau Sofyan jadian dengan Sofi.
"Mungkin Sofyan sadar, kalau kamu nggak bisa dia dapatin. Jadi dia berpaling ke Sofi saja," kata Dewi. "Lagian kamu sama Sofi nggak jauh beda cantiknya," ujar Dewi.
Amara hanya diam saja, dia tidak mau berkomentar lagi. Mendengar mereka jadian membuat Amara sedikit iri.
Sepulang sekolah, Amara sengaja tidak langsung pulang. Dia mengajak Dewi main ke mall. Dewi yang siang itu tidak ada acara mau saja.
"Sebenarnya ada masalah apa kamu sama Jordi?" tanya Dewi penasaran. "Sampai rela bolos sekolah," kata Dewi.
''Tidak ada, hanya kangen saja," ucap Amara. Dia tidak mungkin bercerita masalah yang sebenarnya pada Dewi. Dia takut Dewi akan menghinanya.
Amara belum siap dihina, meskipun semua adalah jebakan Jordi. Jordi memanfaatkan Amara untuk keuntungannya sendiri.
"Aku capek terus cari Jordi, aku menyerah, aku putus asa, Wi," ucap Amara. "Mungkin dia pergi, setelah itu pulang dan memberiku surprise," kata Amara.
"Mendingan kamu cari pacar lagi, jangan bergantung pada Jordi. Siapa tahu Jordi malah pergi ninggalin kamu," ucap Dewi.
"Dewi, dia nggak mungkin ninggalin aku. Aku udah...," Ucapan Amara terhenti. Dia hampir saja keceplosan.
"Kamu udah apa? Kok nggak diterusin?" tanya Dewi penasaran.
"Itu udah sayang banget sama dia," jawab Amara berbohong.
Dewi percaya begitu saja pada Amara. Dia juga tidak suka ikut campur urusan orang lain.
**
Beberapa hari Sabila tidak datang ke rumahnya, membuat Krisna merasa rindu. Dia ingin datang ke tempat Sabila namun dia malu. Dia takut Sabila malah mengusirnya.
"Krisna, antarkan ini ke rumah Mbah Sanah!" perintah Aini.
"Iya, Bu," jawab Krisna tersenyum. Dewa keberuntungan berpihak padanya. Rani ternyata memasan beberapa kue untuk di makan bersama keluarga.
"Cepat berangkat!" perintah Aini melihat Krisna masih diam di depannya.
Krisna melajukan sepeda motornya ke rumah Mbah Sanah. Sayangnya saat sampai di sana Sabila tidak ada di rumah. Dia pergi dengan Mira ke rumah teman.
Rindu ingin bertemu akhirnya kandas. Krisna pulang dengan kekecewaan. Dia merasa sedih, namun ditepisnya rasa sedih itu.
**
Dewi dan Amara berkeliling Mall, hingga rasa lapar menghampiri mereka. Mereka makan di cafe yang berada di dalam mall.
"Wi, aku masih cantik nggak?" tanya Amara.
"Cantik, kenapa?" tanya Dewi.
"Ya biar ada yang ngelirik aku," jawab Amara.
"Udah bisa move on dari Jordi?" tanya Dewi setengah menggoda.
"Iih mumpung dia lagi nggak ada, makanya aku cari yang lain," kata Amara.
Amara mulai sok cantik, beberapa pengunjung melihat ke arahnya. Dia makin salah tingkah saat melihat seorang cowok memperhatikan dia.
"Dewi, cowok itu lihat aku terus," ucap Amara percaya diri. Dewi menoleh ke arah cowok yang duduk seorang diri.
Cowok itu nggak terlalu tampan, tetapi tidak malu-maluin saat diajak kondangan.
"Boleh nggak aku samperin dia?" tanya Amara pada Dewi.
"Silahkan aja!" perintah Dewi.
Amara berdiri, dia berjalan ke arah cowok itu. Namun, tiba-tiba datang seorang cewek mendekati cowok itu. Mereka cipika-cipika. Amara langsung berbalik arah kembali ke mejanya.
Dewi tertawa melihat tingkah Amara yang salah sasaran. Amara kesal karena Dewi menertawakannya.
"Udah dong Wi, aku malu tahu," gerutu Amara.
"Beruntung tadi kamu belum ke sana. Kalau udah duduk kamu bisa dilabrak sama pacarnya," kata Dewi menahan tawa.
"Habis dia, tadi merhatiin aku terus. Eh dasar mata keranjang," umpat Amara.
Mereka melanjutkan makan, Amara tidak mau Dewi terus menertawakannya. Jatuh nanti harga dirinya sebagai wanita cantik.
**
Sabila pulang, dia melihat ada kue di atas meja. Dia kenal banget, itu kue buat an Aini.
"Mama beli kue?" tanya Sabila.
''Iya, tadi yang ngantar Krisna." Rani menyomot satu kue.
"Krisna cariin aku nggak?" tanya Sabila.
"Nggak tuh, kenapa?" tanya Rani penasaran.
"Nggak apa-apa." Sabila masuk ke kamar.
Rani mencurigai ada sesuatu antara Sabila dan Krisna. Namun, dia tidak berani bertanya pada Sabila.
Sabila berdiam diri di kamar, dia tampak sedih. Dia ingat Krisna yang tidak mencarinya.
**
Amara dan Dewi selesai makan, mereka mengobrol. Amara melihat seseorang mirip dengan Sindi. Dia Segera menghampiri.
"Sindi," panggil Amara sambil memegang tangan cewek itu. Cewek itu menoleh, ternyata bukan Sindi. "Maaf, salah orang," kata Amara.
Amara kembali duduk bersama Dewi," katanya udah putus asa, kenapa masih cari mereka?" tanya Dewi.
"Aku mau di pertemuan dengan mereka. Ada hal yang perlu aku bicarakan," jawab Amara.
Dewi menoleh ke arah pintu masuk, dia melihat cowok yang sangat dia kenal.
"Amara, itu..." kata Dewi.
"Itu apa sih, Wi?" tanya Amara.
"Lihat ke belakang kamu, ke arah pintu masuk," jawab Dewi.
Amara menoleh ke belakang, dia melongo melihat siapa yang baru saja datang.