Amara mendekati Jordi, dia takut jika Jordi menurutmu macam-macam.
"Untuk apa ini?" bisik Amara.
"Lakukan saja apa yang aku mau, seperti janjimu tadi," kata Jordi lalu menjelaskan apa yang harus Amara lakukan dengan alat itu.
Awalnya Amara malu-malu, namun demi cintanya pada Jordi dia rela melakukannya. Teman Jordi mengambil gambar Amara saat memeragakan alat itu, dengan berbagai pose.
Semula merasa canggung akhirnya Amara menikmati setiap pose yang diambil untuk mengambil gambar. Apalagi di depannya ada pemandangan cowok tampan.
Hampir setengah jam Amara berfoto ria, kini waktunya dia pulang. Dia senang Jordi kembali padanya. Meskipun sia harus berpose seperti tadi.
Amara tidak menanyakan untuk apa Jordi mengambil gambarnya tadi. Bagi dia, yang terpenting adalah Jordi jadi miliknya lagi.
**
Pertemuan Jordi dan Amara terjadwal, setiap rabu dan jumat. Jadi setiap hari itu mereka berdua bertemu. Jordi dan Amara semakin mesra dan lengket.
"Sayang, kita ke sini lagi ngapain?" tanya Amara karena Jordi mengajaknya ke tempat dua hari yang lalu dia bertemu Jordi.
"Berfoto lagi sayang, aku ingin punya banyak koleksi foto kamu yang cantik dan sexy," jawab Jordi.
"Hai bro, maaf baru datang," ucap seorang pria tampan, ketampanannya satu level di atas Jordi.
Mereka bertiga masuk ke sebuah kamar. Namun, tiba-tiba Jordi meninggalkan mereka berdua.
"Sayang, kamu mau kemana?" tanya Amara.
"Nemuin teman di depan bentar," jawab Jordi.
Setelah Jordi pergi, teman Jordi mendekati Amara. Dia tiba-tiba mencium Amara, hingga membuat Amara tersentak kaget. Amara bukannya menolak dia malah membalas ciumannya.
Terdengar langkah kaki, Amara menjauhkan diri dari teman Jordi.
"Kalian sudah siap?" tanya Jordi yang datang bersama fotografer kemarin.
Jordi menjelaskan, kalau Amara akan ambil foto bersama temannya yang mencium Amara tadi.
"Aku Elson, kamu Amara, kan?" tanya partner foto Amara.
"Iya," jawab Amara tersenyum.
Mereka lalu berfoto dengan berbagai pose. Entah mengapa Jordi tidak cemburu melihat Amara berpose mesra dengan pria lain.
**
Sudah empat hari Sabila di rumah Simbah. Keadaannya semakin membaik, dia sudah lancar berkomunikasi. Dan punya banyak teman termasuk Krisna.
"Mbak Bila, tuh Mas Krisna datang," kata Yoga.
"Suruh pulang," kata Sabila.
"Kenapa?" tanya Yoga penasaran.
"Aku nggak suka main sama laki-laki," jawab Sabila.
Yoga terpaksa msngatakannya pada Krisna. Dia pulang dengan hati kecewa.
"Sabila kenapa nggak mau main sama Krisna? Apa Krisna membuat Sabila marah?" tanya Rani.
"Aku nggak suka main sama laki-laki," jawab Sabila.
Memang benar, Sabila hanya memilih bermain dengan perempuan saja. Dia dengan Yoga juga tidak akrab lagi seperti dulu.
"Kini Rani harus membuat Sabila tidak takut bermain denga laki-laki," kata Rani.
"Biarkan saja seperti itu, nanti kalau sudah sembuh total pasti dia sadar," jawab Mbah Sanah.
Sabila semakin membaik hanya saja terkadang sering marah kalau keinginannya tidak di turuti.
**
Hari Sabtu dan Minggu, Dika dan Fahmi datang. Sabila menatap sinis pada Fahmi, berbeda dengan saat dia masih sakit.
"Jangan peluk aku!" bentak Sabila saat Fahmi akan memeluknya. Fahmi terpaksa mundur lagi.
Fahmi faham, setelah Rani menjelaskannya pada Fahmi bahwa Sabila sedang menolak laki-laki.
"Ma, marahin Kak Fahmi. Jangan suka peluk-peluk sembarangan," ucap Sabila.
"Iya, Kakak nggak akan lakukan itu," kata Rani agar Sabila tidak marah.
Sabila menjauh dari apapun yang berhubungan dengan laki-laki. Dia tidak pernah mau makan bersama laki-laki apalagi jalan berdua.
"Mbak Sabila, kita main saja ke rumah Iin," kata Mira. Iin adalah teman perempuan Mira.
Sabila memilih bermain kesana. Namun, masalah datang. Saat mereka bermain ke rumah Iin, Bapak Iin sedang telanjang dada. Sabila langsung buru-buru pulang.
"Aku nggak mau ke rumah Iin. Di sana ada pria mesum," teriak Sabila.
Mira lalu menceritakannya pada Rani dan keluarganya apa yang terjadi pada Sabila di rumah Iin.
"Ya ampun! Hanya telanjang dada sayang. Masih pakai baju kan bawahnya," kata Rani.
"Nggak sopan, aku jijik lihatnya," kata Sabila.
Semenjak itu semua pria berhati-hati terlebih anggota keluarganya.
**
Amara tengah menikmati hari minggu bersama Surya dan Lusi. Mereka berlibur ke pantai.
"Amara, jangan pakai baju itu," ucap Lusi. Amara hanya memakai celana hot pan dan kaos tanpa lengan. Kaosnya sangat mempwelihatkan bagian dada.
"Iya, Amara. Kalau mau main air pak kaos yang berlebihan nanti kamu hitam," kata Surya.
Maksud hati Lusi bukan karena takut hitam. Melainkan menjaga Aurat Amara agar tidak terlihat sejauh itu. Msakipun Lusi bukan wanita solehah tetapi dia tidak suka melihat anaknya mengumbar dadanya.
Amara terpaksa ganti baju, dia bertemu seorang pria di depan toilet pria.
"Sexy," ucap Pria itu menatap Amara.
Amara segera masuk dan ganti baju, setelah dia keluar dari kamar ganti. Dia melihat pria tadi masih di depan toilet pria.
"Kamu sexy, aku suka pose kamu dalam iklan," ucap pria itu.
Amara cuek, dia langsung mendekati Lusi. Mereka bertiga bermain air. Amara tampak senang sekali bisa liburan bersama Keluarga.
"Mbak boleh minta foto?" tanya seorang pria.
"Foto untuk apa, Mas?" tanya Amara heran.
"Mbak model, kan?" tanya pria itu.
"Bukan, saya bukan model," jawab Amara.
"Ya elah bro mana dia ngaku, dia kan model foto dewasa," kata temannya.
Lusi mendekati mereka, "Maaf maksud kalian apa bilang begitu ke anak saya?" tanya Lusi.
Mereka mundur," Maaf, kami salah orang," ucap mereka lalu pergi.
Mereka melanjutkan liburan mereka. Surya tampak tidak kelihatan di tepi pantai. Lusi sudah mencarinya namun tidak ketemu.
**
Cepek membuat Amar segera tidur. Dia tidak tahu saat Sofyan mengirim pesan padanya.
Sementara itu Lusi tengah di kamar seorang diri. Sepulang dari pantai, Surya pergi lagi. Dia bilang ada urusan penting.
"Mas Surya kemana sih," kata Lusi sambil mondar-mandir menunggu suaminya pulang.
Surya belum juga pulang, Lusi memutuskan untuk masuk ke kamar san tidur.
Pagi pukul 05.30 Lusi bangun, tidak ada Surya di kamar. Lusi keluar kamar melihat ke parkiran. Ternyata mobil Surya tidak ada. Itu tandanya Surya semalam tidak pulang.
Sementara Amara bangun karena mendengar alarm di ponselnya. Dia mengambil ponselnya di atas nakas. Ada pesan dari Sofyan.
"Berani amat anak ini ngirim pesan. Kok pesan link," kata Amara penasaran. Dia mengeklik link yang di kirim Sofyan.
Amara membelalakkan matanya, tidak percaya dengan apa yang dia lihat di postingan tersebut. Seketika darahnya mendidih, dia mulai tersulut emosi.
"Amara, lihat apa kamu?" tanya Lusi yang masuk ke kamar Amara tiba-tiba.
Amara langsung menutup ponselnya dan menyembunyikannya di dalam selimut.
"Di tanya kok tegang begitu," kata Lusi mendekati Amara.
Amara semakin ketakutan, dia takut Lusi meminta ponselnya dan melihat pesan dari Sofyan.