Chereads / Penghianat Itu Sahabatku / Chapter 14 - Gagal Putus

Chapter 14 - Gagal Putus

Amara langsung memukul tubuh Jordi, sementara Sindi mencoba melepaskan tangan Amara.

"Pergi kamu!" teriak Sindi. "Kamu sudah nggak dibutuhkanagi," ucap Sindi.

"Amara, pulanglah! Nanti kita bertemu untuk selesaikan semua," kata Jordi.

"Maksud kamu apa? Kamu mau memutuskan aku setelah apa yang aku berikan padamu," bentak Amara.

"Ikuti kataku, atau kamu mau lihat aku dan Sindi bermesraan?" tanya Jordi.

Sindi sudah mengeluarkan Amara dari apartemen Jordi. Kini tinggal Sindi dan Jordi. Sementara Amara di luar menangis.

Amara tidak langsung pulang, dia malah keliling mall. Dia menghilangkan rasa kecewanya dulu. Ponsel Amar terus berdering tetapi tidak dia hiraukan.

**

Sabila dan Mira bermain dengan teman yang lain. Mereka main seperti anak kecil, Mira sudah menjelaskan keadaan Sabila pada teman-temannya sehingga mereka mengerti keadaan Sabila.

Mereka bermain dengan asyik, sesekali Sabila tertawa saat teman-temannya membuat kelucuan.

Saat itu Krisna lewat, dia senang melihat Sabila bermain dengan teman-temannya.

Sampai di rumah, Aini bercerita pada Krisna tentang keadaan Sabila.

"Pantas, dia tadi main sama Mira kayak anak kecil. Tapi tadi dia mau berbicara bahkan tertawa saat ada adegan lucu dari temannya," ucap Krisna.

"Orang kaya cobaannya banyak sekali. Kalau nggak suami selingkuh, anaknya nakal. Ini suami baik-baik saja, anak juga tapi malah difitnah orang." Aini terus berbicara. "Padahal mereka sudah membuktikan kalau Sabila tidak pernah menjual diri," lanjut Aini.

"Kok Ibu tahu?" tanya Krisna.

"Rani cerita semua, Sabila sudah menjalani tes. Karena dia mau dikeluarkan dari sekolahan." Aini masih sibuk memasak sambil terus berbicara.

Ada rasa iba pada Sabila, Krisna ingin membantu Sabila agar cepat pulih. Namun, Krisna takut mendekati Sabila.

**

Setelah magrib, Amara baru pulang. Lusi langsung memarahinya, namun dia malah langsung masuk ke dalam kamar. Amara menangis, dia tidak menyangka apa yang dikatakan Sofyan dan Sofi benar.

Amara berniat untuk merebut Jordi kembali dari Sindi. Dia tidak mau jika Sindi menguasai Jordi.

"Lihat saja, Sindi. Aku akan buat perhitungan sama kamu," ucap Amara.

Amara dan Sindi sama-sama keras kepala. Mereka tidak pernah mengalah satu sama lain. Bagi mereka mengalah adalah kalah dan salah.

Lusi menggedor pintu kamar Amara, dengan terpaksa Amara keluarga kamar.

"Kemana saja baru pulang? Jangan bilang kamu menemui cowok itu lagi," bentak Lusi.

"Ma, bisa diam nggak sih. Mau aku ketemu siapa aja terserah aku," bantah Amara.

"Amara, dia itu sudah membawa dampak buruk buat kamu. Semenjak kamu dekat sama dia, kamu berubah Amara," ucap Lusi.

Amara diam, "Jangan pernah larang aku menemui Jordi. Kalau tidak aku akan pergi dari rumah ini," ancam Amara.

Lusi yang takut Amara pergi dari rumah, terpaksa mengalah. Saat itu Papa Amara pulang dari kantor.

"Kalian kenapa bertengkar? Amara, kamu kenapa baru pulang?" tanya Surya. Dia melihat Amara masih memakai seragam sekolah.

"Maaf, Pa. Habis jalan sama teman," jawab Amara.

"Sama siapa? Jangan bergaul lagi sama Sabila. Papa nggak mau kamu kayak dia," ucap Surya lalu masuk ke kamar diikuti Lusi.

"Pa, bukan karen Sabila Amara berubah. Tetapi karena pacarannya," bantah Surya.

"Ma, percayalah. Amara bisa jaga sldiri, nggak kayak Sabila yang jual diri itu," ucap Surya.

"Mama kecewa sama Papa," kata Lusi lalu keluar kamar.

Surya selalu memanjakan Amara, bahkan dia sangat yakin Amara bisa menjaga diri dan kehormatannya. Padahal, Amara justru sedang terjerumus ke jalan yang salah.

Amara senang, Surya selalu memihaknya. Jadi dia ada pendukung untuk bertemu Jordi.

**

Amara pergi ke sekolah, kali ini diantar Surya. Karena Lusi sudah angkat tangan dengan ulah Amara.

"Pa, terima kasih. Papa sudah percaya sama Amara. Papa is the best," ucap Amara mencium pipi Surya.

"Iya, jangan buat Papa kecewa. Sudah sana sekolah yang benar," kata Surya. "Oh ya, Papa nanti nggak bisa jemput, kamu pulang sendiri saja." ucap Surya.

"Iya, Pa," jawab Amara tersenyum. Dia senang bisa pulang sendiri, dia akan bertemu Jordi lagi.

Dia lalu masuk ke sekolahan, setelah itu Surya baru pergi. Amara akan menemui Jordi sepulang sekolah.

**

Sabila sudah mau berkomunikasi dengan saudara-saudara dan temanya. Meskipun tidak banyak, tetapi sudah mendingan.

Rani senang, jika Sabila bisa sembuh lebih cepat. Maka Sabila bisa kembali ke sekolah. Pasalnya, pihak sekolah menyetujui permintaan Dika untuk menerima Sabila kembali sampai sembuh.

"Sabila," panggil Aini.

Malam ini, Krisna mengajak Aini main ke rumah Mbah Sanah. Tentu mereka datang tidak dengan tangan kosong. Mereka membawa kue buatan Aini. Itu semua atas permintaan Krisna.

"Wah kok tumben bawa kue segala," kata Anis.

"Ini nih, Krisna yang minta ngajak ke sini," kata Aini sehingga Krisna tampak malu. "Sabila ini cobain kue buatan Bude, dulu kamu suka makan kue ini," kata Aini memberikan sepotong kue pada Sabila.

Sabila menerimanya lalu digigitnya sedikit kue itu. Dia tersenyum, lalu dihabiskannya kue yang ada ditangannya itu.

"Enak, minta lagi Bude!" pinta Sabila pada Aini.

Aini mengambilkan kue untuk Sabila, "Sabila, masih ingat Krisna nggak? Dia dulu teman bermain kamu sama Fahmi. Dia yang dulu suka godain kamu sampai kamu nangis," kata Aini.

Sabila menoleh ke arah Krisna. Dia hanya tersenyum, lalu asyik dengan kuenya.

**

Amara bertemu dengan Jordi di cafe. Mereka sengaja bertemu di luar bukan apartemen Jordi.

"Jordi, tolong kembali padaku! Aku akan lakukan apapun untuk kamu," kata Amara.

"Bwnarkah?" tanya Jordi tersenyum nakal.

"Benar, asal kamu mau kembali sama aku," jawab Amara.

"Baiklah, kalau gitu dalam sebulan kamu harus lakukan apapun yang aku mau. Tapi ingat jangan sampai Sindi tahu," kata Jordi.

"Beneran? Kamu nggak mutusin aku, kan?" tanya Amara.

"Nggaklah, akh masih sayang kamu. Kalau Sindi mah hanya pelarian saja saat kamu nggak ada." Jawab Jordi.

Amara senang, dia tersenyum. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Jordi nanti padanya yang terpenting dia senang Jordi kembali padanya.

"Ayo ikut denganku!" ajak Jordi.

Amara ikut bersama Jordi, mereka pergi ke sebuah rumah yang belum pernah Amara singgahi bersama Jordi.

"Ini rumah siapa?" tanya Amara.

"Sudah ayo kita masuk!" ajak Jordi.

Mereka masuk dan bertemu pria tampan. Ketampanannya melebih Jordi, sehingga membuat Amara tidak berkedip.

"Gimana Bro?" tanya pria itu pada Jordi. Jordi membisikkan sesuatu di telinga pria yang Amara tidak tahu namanya."oke," katanya.

Jordi mengajak Amara masuk ke sebuah kamar. Di sana ada banyak baju, namun bajunya kurang bahan semua.

"Pilih salah satu baju di gantungan," kata Jordi.

Tanpa ragu, Amara memilih baju itu yang tergantung. Dia berpikir akan menggoda Jordi dengan baju itu. Dia memilih yang paling sexy.

"Kalau udah dapat, cepat ganti." Amara tanpa malu berganti pakaian di kamar itu. Karena Jordi sudah keluar menemui temannya.

Kini Amara sudah memakai lingery sexy pilihannya. Jordi kembali, bersama dengan temannya. Amara malu, dia mengambil baju seragamnya untuk menutupi tubuhnya.

"Pakai ini," kata Jordi memberi Amara sebuah alat yang hampir mirip dengan alat vital laki-laki.

Amara terkejut, dia melongo menatap Jordi yang tersenyum padanya.