Sabila terus teriak histeris, Rani dan Aini membawanya masuk ke dalam rumah. Rani mengambilkan obat Sabila, sementara Aini menenangkan Sabila.
"Aku tidak salah, mereka jahat. Aku dihina!" Sabila menangis dalam pelukan Aini.
Setelah meminum obat, dia tampak tenang dan tiduran. Aini merasa prihatin karena melihat keadaan Sabila.
Aini pamit, dia harus mengerjakan pekerjaan rumah.
"Lain kali main ke rumah, Ran," kata Aini.
"Iya, nanti aku ajak Sabila ke sana," ucap Rani.
Aini pulang berjalan kaki, sementara Rani kembali ke kamar Sabila. Sabila diam saja, sepertinya obatnya sedang bekerja.
**
Jordi bertemu dengan Sindi, mereka sengaja bertemu demi menagih janji Sindi.
"Bagaimana apa kamu siap?" tanya Jordi.
"Tentu, aku siap," jawab Sindi. "Aku pastikan kamu akan tergila-gila denganku," kata Sindi.
"Buktikan, jangan banyak bicara," kata Jordi.
"Tanda tangani ini dulu," ucap Sindi memberikan selembar kertas pada Jordi. "Itu surat perjanjian, bacalah!" kata Sindi.
Jordi membacanya lalu ditanda tangani. Sindi tersenyum senang melihat Jordi menandatangani surat itu.
"Kamu faham, kan?" tanya Sindi.
"Tentu, aku sudah baca," jawab Jordi. Jordi mengembalikan surat itu ke Sindi. "Ayo kita ke apartemenku!" ajak Jordi.
Mereka pergi naik mobil Jordi, Sindi senang mulai saat ini Jordi akan menjadi milikmu seutuhnya.
Sindi memberi waktu satu bulan untuk Jordi memuruskan Amara. Dia tidak mau ada Amara dan wanita lain lagi di hati Jordi.
Sampai di apartemen, Sindi rela memberikan mahkotanya pada Jordi sebagai bukti cintanya pada pria itu. Jordi tersentak kaget saat Sabila ganti dengan lingery warna merah. Dia terlihat sangat sexy.
Jordi dibuat terkejut lagi, Sindi ternyata lebih agresif dan berpengalaman dari Amara. Sindi bisa memuaskan Jordi.
Bercak darah membuktikan, Sindi sudah kebobolan. Dan Jordi senang, dia yang melakukannya pertama kali. Seperti saat bersama Amara.
"Kamu memang jago, melebihi Amara," puji Jordi mencium bibir Sindi.
"Kamu siap meninggalkan anak kecil itu?" tanya Sindi.
"Tentu, aku yakin sebelum sebulan akan tinggalkan dia," jawab Jordi tersenyum.
Sindi tersenyum puas penuh kemenangan. Dia tidak akan kalah dari si kecil Amara.
**
Amara kesal, beberapa kali menghubungi Jordi tetapi hasilnya nihil. Padahal pagi ini dia ingin bolos lagi agar bisa bertemu dengan Jordi. Berhubung Jordi tidak bisa dihubungi, Amara tidak jadi bolos.
"Kamu sedang apa?" tanya Sofyan. "Kasihan nggal dijemput, jadi nggak bisa bolos lagi. Palingan dia lagi sama ceweknya yang lain," sindir Sofyan.
"Eh, jangan asal kalau ngomong. Dia itu pacar aku, dia hanya milikku," bentak Amara lalu masuk ke dalam kelas.
Selama pelajaran, pikiran Amara berkelana. Dia memikirkan Jordi yang tidak bisa dihubungi.
Hingga waktu istirahat tiba. Dia masih tidak bisa menghubungi Jordi. Dia mulai khawatir.
"Kenapa murung? Karena cowok?" tanya Sofi sembari duduk di samping Amara.
"Kok tahu, kayak paranormal aja," jawab Amara.
"Tahulah, Sofi gitu loh. Udah jangan dipikirin, dia lagi asyik-asyikan," kata Sofi.
"Eh maksud kamu apa? Kamu sama aja seperti sofyan." Amara marah dan pergi meninggalkan Sofi.
"Amara kenapa, Sof?" tanya Dewi yang baru datang.
"Ditinggal selingkuh," jawab Sofi santai.
Diam-diam, Sofi adalah orang yang bisa membaca pikiran orang. Dia juga suka menerawang. Namun, temannya tidak ada yang tahu. Hanya keluargamu saja yang tahu.
"Sial! Ngapain sih mereka malah tambah bikin aku emosi," omel Amara. "Sudah tahu aku kesal malah bikin tambah kesal," gerutu Amara.
Dia terduduk seorang diri, dia merasa sangat kesal. Dia berusaha menelfon Jordi kembali namun hasilnya sama saja.
**
Sementara di apartemennya, Jordi tengah bersenang-senang dengan Sindi. Pantas jika dia melupakan Amara, Sindi kini lebih menggoda dibandingkan Amara.
"Kamu cantik, aku suka," puji Jordi.
Ponsel Sindi berdering, ada panggilan dari Fahmi. Fahmi mencari Sindi karena ingin menanyakan mata kuliah kemarin saat dia izin. Berhubung tidak di jawab, Fahmi tanya ke teman yang lain.
"Siapa? Fahmi?" tanya Jordi saat melihat Sindi meletakkan ponselnya kembali.
"Ya, paling tanya mata kuliah kemarin. Dia kan baru balik dari kampung, ngantar Sabila ke kampung," jawab Sindi sambil menggoda Jordi.
"Aku tidak suka kamu sama dia lagi. Setelah ini, aku harap kamu jauhi Fahmi." Jordi cemberut.
"Sayang, jangan marah! Aku akan jauhi Fahmi, kamu tenang saja. Asal kamu jauhi Amara, aku akan jauhi Fahmi," ucap Sindi yang takut Jordi marah.
"Kamu memang jago menggoda, bagaimana kalau kita melakukannya lagi?" tanya Jordi. Sindi mengangguk.
Mereka melakuakannya lagi untuk tang kedua kalinya.
**
Siang pukul 11.15 Sabila dulu bersama Rani di teras. Mereka main ular tangga, mainan yang sering Sabila mainkan.
"Es puter...es puter," teriak penjual Es puter.
Sabila meminta untuk dibelikan.Rani dan Sabila membeli es puter.
"Sabila, buat Simbah mana?" tanya Mbah Sanah yang baru saja keluar rumah.
"Ini buat, Mbah," kata Sabila memberikan esnya pada Mbah Sanah. Dia lalu minta beli lagi sama Rani.
Mereka bertiga makan es puter di teras, sesekali Sabila tertawa melihat Mbah Sanah yang belepotan. Mbah Sanah biasa membuat kelucuan untuk membuat Sabila tertawa.
"Sabila, sayang Mbah," ucap Sabila mencium pipi Mbah Sanah seperti sia waktu kecil.
Mira pulang dari sekolah, dia langsung ganti baju. Setelah itu bergabung bermain dengan Sabila.
"Bude nanti sore aku ajak Mbak Sabila main sama teman aku, ya," kata Mira.
"Iya, tapi ingat ya. Diawasi," kata Rani.
"Siap Bude," kata Mira.
Mereka bermain hingga duhur, setelah itu mereka salat berjamaah di rumah.
**
Sepulang sekolah, Amara langsung pergi. Dia tidak menunggu dijemput Lusi.
"Sofi, kamu lihat Amara?" tanya Lusi.
"Dia udah keluar dari tadi, Te," jawab Sofi.
"Oh ya udah, mungkin sudah naik angkutan," ucap Lusi lalu masuk ke dalam mobil dan pulang.
"Mamanya Amara pengertian banget antar jemput Amara," kata Dewi.
"Dia khawatir, bukan perhatian. Secara Amara sekarang punya pacar," kata Sofi.
Mereka pulang naik angkutan, Sofi dan Dewi rumahnya searah. Berbeda dengan arah rumah Sabila dan Amara.
**
Jordi tengah di dalam selimut bersama Sindi. Sindi terluka lemas, dia segera ke kamar mandi karena ingin buang air.
Jordi tersenyum melihat Sindi yang berjalan ngangkang. Bagaimana tidak ngangkang mereka melakukan dua kali, sedangkan itu pengalaman pertama Sindi.
Bel apartemen berbunyi, Jordi memakai celana boxernya dan masih telanjang dada. Dibukanya pintu apartemennya.
"Sayang, kenapa kamu nggak jemput aku? Di telfon juga nggak kamu angkat?" tanya Amara langsung memeluk Jordi.
"Lepaskan!" Sindi menarik tangan Amara dengan kasar.
Amara terkejut melihat Sindi ada di apartemen Jordi. Terlebih lagi, Sindi hanya memakai lingery, itu sangat menggoda kaum pria.
"Kami sudah melakukannya, bahkan dua kali," ucap Sindi.
Amara melotot ke arah Jordi, sementara Jordi tersenyum melihat Amara marah padanya.
Plak
Sebuah tamparan mengenai pipi Jordi hingga memerah.