Chereads / Penghianat Itu Sahabatku / Chapter 12 - Penolong Sabila

Chapter 12 - Penolong Sabila

Seorang pemuda seusia Fahmi membopong tubuh Sabila. Dia terkulai lemas, Rani brrhampur memeluk Sabila yang di letakkan di atas ranjang ruang tengah.

"Kamu temukan dia di mana, Dek?" tanya Rani.

"Saya temukan dia di tepi sungai, Bu. Maaf tadi tidak langsung aku bawa kemari. Soalnya saya tidak kenal dia, baru tadi setelah ketemu Yoga. Dia bercerita saudaranya ada yang tenggelam." Pria itu tampak panik.

"Dari tadi anak Ibu belum sadar, saya panik mau bagaimana bingung," ucap pria itu.

"Nama kamu siapa?" tanya Rani.

"Loh, dia kan Krisna, putra Pak Sandi, Mbak. Temannya Fahmi dan Sabila main dulu," jawab Anis yang baru saja dari belakang.

Mereka sibuk menyadarkan Sabila, selang beberapa menit kemudian Sabila bangun. Dia tampak sedih, dia menangis dalam pelukan Rani.

"Takut, aku takut," ucap Sabila terisak.

"Sayang, kamu selamat!" seru Rani. "Mama sempat khawatir tadi," kata Rani.

Setelah baju Sabila di ganti, dia di suruh istirahat. Setelah itu Rani bergabung dengan yang lain di depan.

Fahmi tampak akrab dengan Krisna mungkin karena seumuran jadi mereka akrab.

"Krisna, terima kasih kamu sudah menolong Sabila," ucap Rani.

"Sama-sama, Bu. Oh ya saya pamit, Bu." Krisna mencium tangan Rani dengan sopan.

Rani kagum dengan kebaikan dan kesopanan Krisna. Dia merasa Krisna cowok yang baik.

**

Setelah kepulangan Krisna, mereka baru makan. Mereka tampak bahagia, ditambah Sabila sudah ditemukan.

"Alhamdulillah, lagi-lagi Sabila dalam keadaan baik-baik saja. Selalu ada penolong untuk anak baik seperti dia," ucap Mbah Sanah.

"Iya, Bu. Bersyukur sekali Sabila selamat," sahut Rani.

"Tadi Mas Krisna bingung, dia kan tidak kenal sama Mbak Sabila. Jadi dia dibawa ke rumahnya. Eh sampai sana malah nggak sadar-sadar," ucap Yoga.

"Krisna orang yang ramah dan sopan," puji Fahmi. "Dia baru bertemu aku lagi tapi dia ingat dulu waktu kecil saat aku dan dia bermain," kata Fahmi.

"Keluarga mereka memang selalu menjaga kesopanan." Mbah Sanah melempar senyum.

Selesai makan, mereka tidur. Sabila tidur dengan Rani. Sementara Dika dengan Fahmi. Besok Dika dan Fahmi akan kembali ke kota.

**

Malam yang panjang bagi Krisna. Pria itu sulit untuk memejamkan mata. Dia teringat dimana dia tadi menemukan Sabila di sungai. Beruntung dia selamat, jika tidak, maka Krisna akan merasa bersalah.

Setelah tahu cewek yang dia tolong adalah Sabila gadis kecil yang dulu sering dia goda, dia menjadi tidak bisa tidur. Pasalnya sejak kecil dia menyukai Sabila. Dan kini dia di pertemukan lagi setelah Sabila besar.

Krisna merasa senang bisa menyelamatkan pujaan hatinya. Jantungnya berdegup kencang saat tahu dia adalah Sabila. Dia membopong tubuh lemas Sabila sampai ke rumah Yoga.

"Kenapa perasaan ini tumbuh lagi? Setelah sekian lama hilang?" tanya Krisna pada dirinya sendiri. "Sabila sekarang bukan gadis kecil lagi yang bisa aku goda hingga dia menangis. Kini dia menjadi cewek cantik dan manis," ucap Krisna.

"Krisna, sudah malam! Besok kamu harus kuliah!" teriak Sang Ibu yang bernama Aini. "Segera tidur!" perintah Aini.

Krisna segera mematikan lampu kamarnya,meskipun dia tidak berniat untuk tidur.

**

Setelah salat subuh, Fahmi dan Dika bersiap untuk berangkat. Mereka sarapan terlebih dahulu. Anis sudah memasak untuk mereka sarapan. Anis memang rajin sekali, sebelum subuh dia sudah bangun dan memasak dibantu Rani.

"Mas, hati-hati nyetirnya. Jangan ngebut!" pesan Rani sambil memeluk Dika.

"Jaga Sabila, nanti kalau akhir pekan Mas datang lagi," kata Dika.

Mereka pamit pada Si Mbah dan keluarga. Hanya Sabila yang masih tidur. Semenjak dia sakit, dia selalu bermalas-malasan.

Dika masuk ke dalam mobil, lalu melambaikan tangan. Setelah itu siap melajukan mobilnya menuju kota.

**

Krisna bangun pukul 07.15, terdengar suara Aini marah-marah.

"Pak, Krisna pasti bergadang semalam. Dibangunin susah sekali, mana kamarnya dikunci," omel Aini.

"Dia kuliah pukul 08.00 kan? Mungkin dia santai-santai," bela Sandi.

"Alah, Bapak mah selalu bela anaknya," ucap Aini.

"Ada apa sih, Bu? Pagi-pagi udah mengomel?" tanya Krisna yang baru saja ke dapur mengambil minum.

"Cepat mandi! Jangan sampai bolos kuliah?" teriak Aini.

Krisna segera mandi, dia tidak mau mendengar Aini terus mengomel Sehingga membuat telinganya panas.

"Itu siapa cucunya Mbah Sanah, bagaimana kabarnya ya, Pak?" tanya Aini merasa khawatir.

"Entahlah, semalam kata Krisna sudah sadar," jawab Sandi.

"Entar mau kesana, lama juga tidak bertemu Rani," kata Aini.

Krisna sudah keluar dari kamar mandi. Dia masuk ke kamar untuk ganti baju.

"Krisna!" panggil Aini.

"Iya, Bu," jawab Krisna keluar kamar dengan menenteng tasnya dan duduk di kursi makan.

"Nanti Ibu ikut ke rumah Mbah Sanah ya. Ibu mau ngobrol sama Rani," kata Aini.

"Dasar emak-emak," gerutu Krisna.

Selesai makan, Aini ikut Krisna ke rumah Mbah Sanah. Mereka naik motor menuju rumah Mbah Sanah. Sampai di sana, mata Krisna tertuju pada Sabila yang sedang duduk.

"Assalamualaikum," ucap Aini. Namun, Sabila tidak menjawab salam Aini, dia justru diam saja.

"Waalaikumsalam," balas Anis dari dalam. "Eh Mbak Aini, silahkan masuk, Mbak!" perintah Anis.

Aini masuk, dia nampak heran melihat keadaan Sabila yang sedari tadi diam saja. Begitu juga dengan Krisna yang masih duduk di atas sepeda motornya.

"Krisna, cepat pergi kuliah!" perintah Aini.

Krisna lalu melajukan sepeda motornya. Dia heran dengan sikap Sabila yang diam saja bahkan terlihat sangat cuek.

"Eh ada Aini, apa kabar?" tanya Rani yang baru saja dari belakang.

"Alhamdulillah baik, kamu sendiri bagaimana?" tanya Aini balik.

"Keluarga kami sedang tidak baik-baik saja, Ni. Kamu lihat tadi anak perempuan aku di depan, kan?" tanya Rani.

"Iya, dia kenapa? Kok aku salam diam saja." Aini heran.

"Dia sakit, dia depresi," jawab Rani. "Ada yang mengfitnah dia melakukan hal buruk. Dia dicemooh banyak orang, jadi di depresi," jelas Rani.

"Kok bisa begitu, memang difitnah bagaimana? Sampai dia depresi?" Aini sangat penasaran. Karena keadaan Sabila sudah seperti orang yang tidak waras.

"Dia dituduh jual diri," ucap Rani. Rani percaya bahwa Aini orang yang dapat dipercaya maka dari itu dia mau bercerita.

Rani dan Aini dulu teman sekolah, namun Aini menikah lebih dulu karena hanya sekolah sampai SMP saja.

"Apa? Jual diri?" tanya Aini terkejut.

Dia tidak menyangka ada yang tega melakukan itu pada Sabila. Bahkan Aini tambah terkejut saat Rani bilang, ada vidio mirip Sabila bersama seorang pria tidak dikenal.

"Aku kesini agar Sabila sembuh. Kami mencari ketenangan. Aku harap dia cepat sembuh, Ni," ucap Rani sedih.

"Semoga dia cepat sembuh, Ran. Kami sekeluarga hanya bisa bantu doa," kata Aini.

"Kamu jahat! Pergi!" Teriakan dari luar rumah. Itu suara Sabila sedang marah entah pada siapa.

Aini dan Rani ke depan rumah, dia terkejut saat melihat Sabila berbicara sendiri.