Wanita itu menggedor pintu dekat Amara. Saat Amara membuka pintu, dia langsung menyeret Amara.
"Bikin malu kamu," teriak Lusi. "Pulang sekolah pacaran di pinggir jalan," kata Lusi.
Jordi keluar, dia mendekati Amara yang ditarik Lusi.
"Maaf Ibu ini siapa? Kenapa Ibu menarik kasar pacar saya?" tanya Jordi.
"Saya Mamanya, mulai sekarang jangan dekati anak saya. Saya nggak mau kamu bawa pengaruh buruk sama Amara," jawab Lusi. "Ayo masuk mobil!" ajak Lusi.
Jordi haya diam saja, dia tidak berani melawan. Amara ikut pulang bersama Lusi. Sampai di rumah, Amara langsung kena marah.
"Kamu bikin malu, ciuman di tepi jalan," teriak Lusi sambil melayangkan tamparan ke pipi Amara.
"Mama jahat!" teriak Amara lalu masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
Lusi tidak habis pikir melihat anaknya berciuman di depan matanya. Dia merasa gagal mendidik Amara.
**
Esoknya Rani, Fahmi dan Sabila bersiap pergi ke kampung halaman. Mereka akan tinggal di sana selama sebulan.
"Kalian sudah siap?" tanya Dika.
"Sudah, Pa," jawab Rani.
Mereka melakukan perjalanan selama lima jam. Sabila beberapa kali bangun, dan bertanya.
"Kemana? Jauh?" tanya Sabila.
"Kita ke rumah si Mbah, Bila," jawab Rani.
Sabila hanya diam lalu tidur lagi, hingga akhirnya mereka sampai di rumah Ibu Rani.
"Cucuku datang," seru Mbah Sanah. Dia Ibu Rani.
"Wah Mbak Rani datang, aku kira masih besok," kata Anis adiknya Rani.
"Lebih cepat lebih baik, Nis. Mbak ingin Sabila cepat sembuh," jawab Rani menyalami adiknya lalu memeluk Ibunya.
Diikuti Fahmi dan Dika, Sabila hanya diam saja. Dia berkali-kali berbicara sendiri.
"Kasihan cucuku, kok sampai begini," kata Mbah Sanah.
Bapak Rani sudah lama meninggal, Ibunya kini tinggal dengan adik bungsu Rani yaitu Anis. Sedangkan adik kedua Rani tinggal bersama istrinya di kota istrinya.
"Eh Fahmi sudah besar. Kapan nikah le?" tanya Mbah Sanah. (Le adalah panggilan untuk anak laki-laki).
"Masih kuliah, Mbah. Entar kalau udah mapan saja nikahnya," jawab Fahmi.
"Nikah sama orang sini saja, Le," kata Mbah Sanah.
"Aduh, Bu. Mana Fahmi mau sama orang kampung? Fahmi kan pasti sukanya sama gadis kota," sahut Anis sambil membawa minuman untuk mereka.
"Nis, kamarnya Mbakmu udah disiapkan?" tanya Mbah Sanah.
"Udah, Bu." Anis berlalu ke dapur.
"Kami akan tinggal di sini sebulan, Bu. Lebih tepatnya saya sama Sabila. Kalau Mas Dika dan Fahmi harus balik besok, mereka banyak urusan di sana," kata Rani.
"Kupu... Ada kupu," teriak Sabila lalu mengejar kupu-kupu yang keluar dari dalam rumah. Fahmi menyusulnya, sementara Dika dan Rani masih bersama Mbah Sanah.
Fahmi berjalan dibelakang Sabila yang tampak senang.
"Tangkap kupu," teriak Sabila pada Fahmi. Mereka berusaha menangkap kupu-kupu namun tidak kunjung dapat.
"Dek, nggak dapat terus. Masuk yuk! Kakak haus!" ajak Fahmi.
"Yah kupunya ilang." Sabila cemberut layaknya anak kecil kehilangan mainan kesayangan.
Mereka lalu minum dan istirahat. "Pulang!" teriak Sabila. "Mau pulang!" rengek Sabila.
"Sayang, ini rumah Mbah. Kamu dulu suka main di sini." Fahmi membujuk Sabila. "Sore nanti kita ke kali, kita main air di kali." kata Fahmi. (Kali adalah sungai dari bahasa jawa).
"Beneran?" tanya Sabila sambil melihat semua orang satu persatu.
"Iya sayang," jawab Rani.
"Hore...hore," ucap Sabila girang. Lalu dia tertidur setelah meminum obat.
**
Amara selalu dalam pengawasan Lusi, bahkan dia rela bolos sekolah untuk bertemu Jordi. Apalagi semalam Sindi membatalkan janji bertemu Jordi karena ada hal penting. Jadi Jordi mencari cara agar bertemu Amara.
"Sayang, maaf nunggu lama," kata Amara masuk ke dalam mobil Jordi yang parkir tidak jauh dari sekolah Amara.
"Kita ke apartemen ya!" ajak Jordi.
Sampai di apartemen mereka melakukan dosa lagi. Sepertinya keduanya sudah kecanduan. Bahkan Amara sendiri terang-terangan mengatakan dia ingin melakukan itu lagi bersama Jordi.
"Sayang, semalam kenapa Sindi batalin janji? Pasti dia nggak berani," kata Amara.
"Mungkin, lagi pula aku nggak percaya dia berani. Hanya kamu sayang yang berani dan makin agresif. Aku suka sekali," puji Jordi sehingga membuat Amara berbunga-bunga.
Pukul 12.00 Jordi mengantar Amara ke sekolahan lagi. Saat jam sekolah Amara sengaja menunggu Mamanya di depan gerbang.
"Amara, ayo pulang!" ajak Lusi. Amara langsung masuk ke mobil. "Kamu nggak pergi-pergi kan?" tanya Lusi.
"Nggak, Ma. Mama kaya detektif aja sih," jawab Amara.
Lusi percaya saja dengan apa yang dikatakan Amara. Dia tidak mau menuduh anaknya lagi.
**
Keluarga Sabila dan anak-anak Anis main ke sungai. Mereka berjalan kaki karena jarak sungai dekat dari rumah Anis.
"Itu sungai," teriak Sabila senang. Dia langsung melepas sandalnya dan turun ke sungai diikuti dengan Fahmi dan Kedua anaknya Anis.
Mereka berempat bermain air hingga basah. Sabila senang sekali, sesekali mereka mencoba menangkap ikan. Namun, tidak kunjung berhasil.
"Fahmi, jaga Sabila. Bagunya licin," teriak Rani.
"Iya, Ma," jawab Fahmi.
Dika dan Rani duduk di batu besar, mereka seperti orang berpacaran. Sesekali kedua anak Anis menggoda mereka.
"Bude, kaya orang pacaran ," kata Yoga anak Anisa yang seusia Sabila.
"Iya, Bude Sini Mira fotoin," kata Mira. Akhirnya Dika dan Rani beberapa kali di foto Mira yang sudah kelas tiga SMP.
"Ikan, di sana banyak ikan," kata Sabila. Dia berlari mengejar ikan di dampingi Fahmi. "Kakak bantu Bila ambil ikan!" teriak Sabila yang sudah semakin jauh dari Fahmi.
"Sabila, jangan ke situ. Itu airnya dalam," teriak Fahmi. Namun, tidak dihiraukan Sabila.
Sabila asyik bermain air dan mencari ikan. Fahmi sudah memperingatkan berkali-kali tapi tidak digubris. Sabila naik ke atas batu kecil. Dia asyik mengejar ikan.
Kaki Sabila terpeleset dia terjatuh dan hanyut.
"Sabila," teriak Fahmi yang memegang salah satu tangan Sabila.
Dika dan Rani panik, mereka segera turun ke sungai dan membantu Fahmi. Belum sempat Fahmi menolong Sabila, tangan Sabila terlepas. Sabila hanyut terbawa arus.
"Tolong! Sabila, Pa!" teriak Sabila.
Ingatan Sabila kembali saat dia hanyut sepuluh tahun yang lalu. Dia hampir mati terseret arus.
Dika dan Rani mencari Sabila, namun tidak kunjung di temukan waktu itu. Sekarang mereka mengulang kejadian itu lagi.
Dulu Sabila di temukan orang yang sedang memancing. Sehingga dia selamat.
"Pa, bagaimana ini?" tanya Fahmi.
Rani sudah menangis dan di tenangkan oleh Mira di tepi sungai. Fahmi, Dika dan Yoga mencari Sabila.
"Sabila," teriak Dika.
Mereka menyusuri sungai, berharap Sabila di temukan. Namun, hingga mau magrib mereka tidak menemukan Sabila.
Rani merasa bersalah, "Bu, kejadianny terulang lagi. Kalau Sabila tidak ditemukan bagaimana?" tanya Rani.
"Tenang, Mbak. Mas Dika sama Mas Anwar sudah ke RT. Nanti akan di cari lagi," jawab Anis agar Rani tenang.
"Bude, Pak dhe," teriak Yoga dari arah luar rumah. Entah dari mana anak itu, dia datang bersama seorang pria yang sedang membopong tubuh Sabila.