Jordi dan kekasihnya Amara pulang dari makan malam.Jordi melirik Amara yang duduk di kursi penumpang. Dia memakai rok mini yang memperlihatkan paha mulusnya.
Jordi menghentikan mobil di tempat sepi, Amara tampak heran melihat Jordi memarkirkan mobil di tempat sepi.
"Sayang, kenapa berhenti?" tanya Amara.
"Amara, kamu mencintaiku?" tanya Jordi.
"Tentu, Jordi. Aku tidak akan rela merebut kamu dari Sabila kalau aku tidak mencintaimu," jawabnya meyakinkan Jordi.
Jordi masih belum yakin, isengJordi goda Arama. Dia awalnya terkejut.
"Ah kamu makin cantik, boleh aku meminta cium," goda Jordi.
"Cium?" tanyanya terkejut dengan permintaan Jordi. "Hanya cium kan? Tidak lebih?" tanya Amara.
"Tentu sayang, aku tidak akan meminta lebih," jawab Jordi meyakinkan. Dia mengangguk, Jordi mendekati dia. Lalu Jordi cium dia.
Ternyata dia juga menikmati ciuman Jordi. Saat asyik berciuman, tiba-tiba pintu mobil di buka seseorang. Orang iti menarik Jordi keluar mobil dan menghajar Jordi habis-habisan.
Dia ternyata Fahmi, kakak dari Sabila mantan kekasih Jordi. Dia menghajar Jordi hingga Jordi terkapar. Setelah puas dia meninggalkan Jordi dan Amara.
Amara panik, dia membawa Jordi ke apartemen milik Jordi. Apartemen itu dibelikan papanya saat Jordi sudah masuk kuliah.Jordi jarang suka tinggal di rumah. Di rumah terlalu ramai karena ada anak-anak Kakaknya. Jadi Jordi minta di belikan apartemen ini.
"Sayang, aku obati lukamu ya," kata Amara panik.
Beruntung Amara bisa menyetir mobil, sehingga mereka bisa sampai di apartemen. Dia mengobati luka Jordi, dia sangat baik.
"Sayang kamu istirahat ya. Aku pulang naik taxi," kata Amara.
"Sayang apa kamu bisa menginap?" tanya Jordi. Amara tampar mengerutkan kening, mungkin heran dengan keinginan Jordi. "Aku sakit, aku butuh kamu," bujuk Jordi.
"Baiklah, tapi besok sebelum subuh aku harus pulang." Amara mau menemani Jordi, Jordi tersenyum.
Jordi tidur di ranjang sedangkan Amara tidur di sofa depan. Dia bilang tidak mau sekamar dengan Jordi. Jika Jordi perlu sesuatu Amara menyuruhn Jordi memanggilnya.
**
Jordi kesal dengan Fahmi, lalu Jordi memerintahkan seseorang untuk menyerang Fahmi di rumahnya. Jordi yakin dia di rumah sendiri. Kedua orang tuanya pasti di rumah sakit menunggui Sabila.
Jordi tahu Sabila di rumah sakit karena Sindi mengatakan itu padanya saat Jordi kepergok sedang makan malam bersama Amara.
Sindi melabrak Amara, namun Jordi lebih membela Amara dibandingkan Sindi yang tidak ada apa-apanya. Berpacaran setahun dengan Sindi, Jordi belum pernah menciumnya. Dia selalu menolak jika Jordi memintanya.
Sindi adalah teman baik Fahmi. Jorfi sering melihat mereka berdua di kampus.
"Jalankan semuanya dengan baik. Kalau perlu buat dia mati sekalian," ucapnya tersenyum.
Jordi meletakkan ponselnya, dan dia beranjak tidur.
**
Pukul 23. 45 Jordi terbangun, juniorknya membangunkan Jordi. Sepertinya dia menginginkan sesuatu. Jordi ke depan, dilihatnya Amara tertidur di sofa. Dia memakai selimut kecil. Pahanya tidak tertutup penuh. Junior Jordi semakin mengeras, lalu Jordi mendekati Amara.
Jordi membelai rambutnya, dia mengeliat hingga selimutnya jatuh. Kini pahanya terlihat semua. Jordi semakin tidak bisa menahan diri. Malam itu Jordi memulai aksinya. Jordi hanya memainkannya, tidak berani lebih. Setelah puas Jordi ke kamar mandi.
Jordi tidur lagi, hingga pagi hari. Saat Jordi terbangun tidak lagi melihat Amara di sofa. Dia meninggalkan surat di meja dekat Sofa dia tidur.
[Aku pulang, maaf nggak bangunin kamu]
Ponsel Jordi berdering, dari orang suruhannya semalam.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Jordi penasaran.
"Dia babak belur, Bos. Semoga saja tidak selamat. Aku mencuri beberapa barang berharga milik mereka, agar terlihat seperti perampokan," jawabnya.
Jordi matiikan panggilannya, lalu kembali ke kamar. Dia memesan makanan secara online.
Otaknya melayang, dimana semalam dia meraba dada mulus Amara dan pahanya.
"Kamu akan menjadi milikku Amara," ucapnya.
Tidak berapa lama makanan datang, Jordi segera memakannya. Jordi mengirim pesan pada Amara kalau masih lemas, biar dia khawatir dan datang ke apartemennya.
**
Pukul 14.15 bel apartemen Jordi berbunyi, Jordi yakin dia Amara. Jordi ke depan untuk membuka pintu.
"Sayang, kamu masih sakit?" tanyanya saat Jordi membuka pintu. Lalu dia tutup lagi dan dikunci.
"Iya sedikit." Jordi masuk ke kamar. Amara menyiapkan makanan yang dia bawa di dapur.
Dia membawakan Jordi makanan ke kamar. Jordi memakannya bersama Amara, lalu Amara membawa piring kotor ke dapur. Amara cukup lama, mungkin mencuci piring dulu.
"Sayang, Fahmi jahat sekali. Dia main pukul kamu," kata Amara dengan manjanya. Dia memeluk Jordi, membuat Jirdi tidak karuan.
"Iya, dia memukulku di saat yang tidak tepat." Jordi berlagak seperti kesal.
"Kamu mau mengulang semalam lagi?" tanyanya. Jordi terkejut, Amara mengajaknya berciuman lagi?
"Memang boleh?" tanya Jordi.
Amara mengangguk, lalu Jordi dekati dia. Semalam yang sempat tertunda Jordi ulangi lagi. Bahkan Jordi berani melakukan lebih.
Jordi senang Anara menikmatinya, hingga mereka lupa diri dan kebablasan. Mereka sama-sama tidak bisa mengendalikan diri.
**
"Sayang, kamu jangan tinggalkan aku ya," ucap Amara. "Aku sudah memberimu hal yang berharga," kata Amara lagi.
"Iya sayang, aku tidak akan meninggalkan kamu. Aku sayang sama kamu. Aku semakin yakin kalau kamu mencintai aku," jawab Jordi tersenyum.
Ini adalah hal yang Jordi inginkan dari wanitanya. Dari semua yang Jordi kencani baru Amara yang berani melakukannya. Jordi salut padanya, Amara sangat mencintainya.
Dia memeluk Jordi erat sepertinya enggan untuk bergeser. Jordi suka cewek agresif seperti Amara bukan cewek munafik seperti Sabila.
"Aku tidak mendapatkan kamu, tapi aku dapatkan Amara," ucap Jordi dalam hati.
Amara tiduran di dalam pelukan Jordi, membuat junior Jordi berdiri lagi. Amara sepertinya menyadari. Amara menyelinapkan tangannya dan memainkan junior Jordi.
"Amara, kamu memang pengertian," batinnya tersenyum puas.
Tengah asyik bersama Amara dan menikmati sentuhan Amara. Ponsel Jordi berdering, tidak dhiraukan. Jordi diam saja,masih menikmati sentuhan dan ciuman Amara. Bahkan Amara tidak mau melepaskannya.
"Sayang, kamu cantik," pujinya agar dia tidak lepas Jordi. Amara sedang memperbaiki selimutnya.
"Kamu bisa saja." Amara tersenyum sangat manis. "Ponsel kamu berdering, cek coba. Siapa tahu penting," lanjutnya.
"Iya," kata Jordi meraih ponsel di atas nakas. Panggilan dari Sindi, dabaikan saja panggilan itu.
"Siapa? Wanita semalam?" tanya Amara tampak cemberut.
"Iya, kamu tenang saja. Dia tidak akan menggantikan kamu," jawab Jordi agar Amara tidak cemburu.
Jordi meletakkan kembali ponselnya, terdengar bel di pencet. Jordi bangun, dan dipakai celananya.
"Pakai bajumu," kata Jordi pada Amara yang masih di dalam selimut. Jordi keluar kamar, sedangkan Amara memakai bajunya dan merapikan tempat tidur.
Amara memang anak yang rajin, dia tidak suka melihat kamar berantakan. Josdi berjalan ke arah pintu.
Dia terkejut saat pintu terbuka, ada Sindi dan Fahmi di depannya.
"Ngapain kalian ke sini?" tanya Jordi masih dengan wajah terkejutnya.
Jordi melihat wajah Fahmi lebam, bahkan dia terlihat tidak sehat. Jordi tersenyum melihat keadaan Fahmi yang hampir sekarat.
"Sayang, siapa?" Amara keluar dari kamar.
Sindi dan Fahmi tidak kalah terkejutnya melihat Amara di apartemen milik Jordi.