Lapangan pelatihan.
Ji Ling yang melihat Feng Yuan berlari ke arahnya hanya melambaikan tangannya.
"Apa yang dikatakan Pelatih Zhang? Binatang Jiwa apa itu?"
Sebelum Feng Yuan menjawab teman-teman sekelasnya bertanya dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan dalam suaranya.
"Feng Yuan, Kumu sudah memiliki binatang jiwa?"
"Apakah itu telur itu yang belum menetas selama dua tahun?"
"Sungguh!"
"Wow! Teman sekelas Feng bisakah kita melihatnya?"
Dengan suara itu semua orang yang ada ditempat latihan mengetahui bahwa Feng Yuan telah memiliki binatang jiwa hanya merasa tekanan seberat Gunung Tai menimpa orang-orang disekitarnya dan mulai berbisik.
"Sial! Dia sudah punya binatang jiwa?!"
"Bukankah ini menghancurkan kita?"
"Jangan terlalu pesimis. Belum pasti dia bisa menang dalam pertandingan karena saat dia membawa binatang jiwanya kesini berarti dia baru saja mencobanya untuk bertarung berdampingan dengan binatang jiwanya."
"Ya, ya, ya. Dia biasanya selalu bertarung sendirian tanpa binatang jiwa."
Feng Yuan mengabaikan bisikan yang ada ditelinganya dan hanya melihat teman sekelasnya merasa penasaran hanya bisa mengulurkan tangannya dan menarik baju yang menghalangi pergelangan tangannya.
"Sial! Itu sangat mendominasi!"
"Sangat indah!"
"Saudara Feng apakah itu ular?!"
"Auranya sangat menakutkan!"
"Bagaimana itu menjadi sekecil ini bukankah telurmu sebesar setengah tinggi manusia?" Seseorang bertanya dengan bingung. Dan mulai menatap Feng Yuan untuk menanyakan jawabannya. Teman-teman yang lainnya mulai menatap Feng Yuan dengan sangat penasaran.
Melihat teman-temannya seperti ini dia hanya bisa tertawa dengan bahagia dan menjawab dengan bangga.
"Ya. Itu karena dia sangat panjang. Jadi aku menyuruhnya untuk menjadi kecil." Feng Yuan tertawa sangat senang karena dia benar-benar bahagia saat telur itu menetas setelah selama dua tahun menunggu.
Teman-teman sekelasnya melihat Feng Yuan yang sangat senang dan tertawa sangat cerah apalagi mata emasnya sangat indah dengan cahaya yang mengalir dimatanya, hanya bisa mengehela napas lega karena selama ini Feng Yuan yang merasa sedih karena telurnya belum menetas harus mereka hibur karena jika tidak ada tawa dan jahilnya mereka akan merasa sepi dikelasnya.
"Keren!" Rong Yao menatap ular hitam dengan garis emas dengan pola abstrak dengan mata berbinar.
"Saudara Feng bisakah aku menyentuhnya?"
"Tidak...." Setelah mengatakan itu dia melihat cahaya dimata Rong Yao menjadi redup dan merasa bersalah tapi karena A'Xun-nya belum bangun dia hanya bisa menghentikan perilaku Rong Yao untuk menyentuh ular kecilnya, jika ular kecilnya melukai Rong Yao dia tidak tahu harus apa.
"Tidak apa-apa... Hanya saja aku takut kamu terluka, binatang jiwaku sedikit agresif bahkan tidak ingin seseorang menyentuhnya."
Rong Yao yang mendengar alasan itu hanya bisa melihat ular itu dengan matanya yang selalu bersinar dan harapan.
"Lalu kenapa dia belum bangun?" Rong Yao bertanya dengan bingung.
Feng Yuan mengerut keningnya dan merasa khawatir karena dari saat keluar rumah sampai ditempat pelatihan A'Xun-nya belum bangun.
"Ya.... Aku tidak tahu, mungkin dia lebih membutuhkan energi yang sangat banyak, karena disini energi disini sangat padat dan ini sangat bermanfaat untuk binatang jiwa berkultivasi." Feng Yuan berkata dengan ragu.
"Nah, kalau begitu Saudara Feng, aku ingin mencoba melawanmu saat pertandingan nanti." Rong Yao melambaikan tangannya setelah seseorang memanggilnya.
"Oke."
Ji Ling yang terlupakan membuat ekspresinya terlihat sedih dan memeluk bahu temannya sambil menangis.
"Oh~~~ lihat dia masih populer saat dia tidak memiliki binatang jiwa tapi setelah kamu memiliki binatang jiwa yang sangat keren dia menjadi sangat~sangat populer."
Ji Ling melihat wajah temannya yang memiliki garis-garis hitam langsung mengubah wajahnya dan berdiri tegak dan berkata dengan serius.
"A'Yuan, kamu serius melawan Rong Yao itu?"
Feng Yuan yang melihat perubahan ekspresi temannya yang sangat cepat seperti membalik buku membuang muka dan melirik Rong Yao yang sedang dikelilingi oleh teman-temannya dengan serius dimatanya.
"Ya, sebelumnya aku kalah saat itu karena aku tidak memiliki binatang jiwa, tapi sekarang aku punya A'Xun. Meskipun aneh saat dia ingin berdiri berdampingan denganku saat bertarung, aku akan tetap menghormati pilihannya dan aku juga bisa merasakan bertarung berdampingan dengan A'Xun." Feng Yuan yang memikirkan A'Xun-nya langsung melembutkan matanya.
Ji Ling yang melihat Feng Yuan seperti ini merinding dan memeluk tangannya lalu mengelusnya. Dengan wajah jijik Ji Ling hanya bisa mendengus kesal dan bergumam.
"Apa bagusnya ular itu yang selalu berwajah dingin dan muram..."
Feng Yuan hanya menertawakan Ji Ling yang hanya mendengus kesal sambil bergumam.
"Apa? Jangan bilang A'Ling iri padaku?" Dengan cahaya nakal dimata emasnya Feng Yuan bertanya dengan licik.
"Siapa yang kamu bilang iri?!" Ji Ling mulai meledak karena marah.
"Oke, oke. A'Ling tidak akan iri hanya masam." Setelah itu dia tertawa terbahak-bahak dan berlari untuk mencari tempat duduk.
"Feng! Yuan!" Ji Ling yang ditinggal sendiri hanya bisa menggertakkan giginya.
*
*
Feng Yuan yang telah mencari tempat duduk melihat pertarungan yang ada dilapangan dengan serius dan mulai meneliti cara pertarungan setiap orang tiba-tiba mendengar seseorang memanggilnya.
"Temen Sekelas Feng?" Qin Zhao yang baru saja masuk tempat pelatihan diujung matanya dia melihat Feng Yuan yang dengan duduk dengan serius diantara kerumunan, sentuhan kejutan melintas dimata birunya. Tanpa menunggu otaknya merespon, tubuhnya telah berjalan menuju Feng Yuan yang sedang duduk sendirian dan memanggilnya.
Feng Yuan berbalik dan melihat Qin Zhao menatapnya dengan ragu hanya merasakan kejutan melintas dimata emasnya karena selama ini Qin Zhao juga jarang datang ketempat pelatihan dan berkata dengan senyum diwajahnya.
"Sungguh kebetulan teman sekelas Qin."
Qin Zhao melihat kejutan dimata emas Feng Yuan memiliki senyum dimatanya dan menjawab dengan lembut.
"Ya. Aku baru saja masuk tapi melihatmu sungguh mengejutan."
"Teman sekelas Qin jangan berkata seperti itu, yang lebih mengejutkanku adalah teman sekelas Qin yang datang ketempat pelatihan karena teman sekelas Qin tidak pernah datang."
"Kamu mengingatnya?" Dengan alis terangkat Qin Zhao menatap Feng Yuan dengan senyum dimatanya.
Feng Yuan yang melihat itu hanya tersenyum malu lalu berkata dengan jujur.
"Ya. Aku mengingatnya karena dalam setiap pertandingan aku selalu mengingat gaya bertarung semua orang hanya teman sekelas Qin yang selalu tidak ada."
Senyum dibibir Qin Zhao membeku, ekspresi tak berdaya dan kesal melintas dimatanya lalu mengganti topik dengan cepat.
"Saat aku datang, aku mendengar dari yang lain kamu sudah punya binatang jiwa?" Qin Zhao merasa kesal karena dia membenci perasaan berada diluar kendalinya.
"Ya." Feng Yuan menjawab dengan gembira.
Setelah itu mereka mengobrol dengan gembira sampai guru memanggil Qin Zhao untuk pergi.
"Maaf lain kali aku akan mengundang teman sekelas Feng untuk makan." Dengan wajah meminta maaf Qin Zhao menatap Feng Yuan dengan mata yang dalam lalu berjalan pergi.
"Oke, sampai jumpa lagi teman sekelas Qin!"
Feng Yuan yang telah berbicara dengan Qin Zhao hanya bisa menghela napas kagum dan mulai bergumam.
"Teman sekelas Qin adalah orang yang sangat lembut dan sabar."
"Siapa kamu bicarakan?" Suara serak yang magnetis dan dingin dengan gertakan gigi yang terkatup karena kesal mengganggu gumamnya.
-
-
-
-
[Perasaan kehilangan kendali membuatku merasa sangat kesal dan tidak nyaman, jadi haruskah aku mempercepat rencanaku?] –– Qin Zhao.
[Bersambung....]