Feng Yuan berjongkok didepan Yan Fei dan menatap mata hijaunya yang berkilau cerah dan melirik Nangong ZiXun yang hanya menatapnya dengan mencerutkan bibirnya dan tidak menghentikan apapun tentang pendapatnya lalu tersenyum kecil dan merasakan kehangatan dan manis dihatinya karena ular kecilnya tidak keberatan apapun tentang keputusannya. Lalu melihat kembali Yan Fei yang menatapnya dengan harapan dan menjawab dengan lembut dan senang.
"Oke."
Yan Fei yang mendengar itu melompat kepelukan Feng Yuan dengan gembira Feng Yuan yang melihatnya melompat hanya bisa menahan dan memeluknya. Lalu melihat kembali kearah Nangong ZiXun yang memiliki wajah dingin dan berkata dengan senang dan gembira.
"Ayo pergi A'Xun!"
Nangong ZiXun hanya bisa mematahkan jarinya dengan wajah kosong dan menahan diri agar Feng Yuan tidak melihat keanehannya. Melirik muram bocah kecil yang ada dipelukan YuanYuan-nya dia mengubah prototipenya menjadi ular seukuran gelang dan melilitkan tubuhnya dengan erat ditangan YuanYuan-nya.
Shhhh~
"Pergi." Nangong ZiXun hanya bisa menjawab dengan lemah dan berkompromi saat Feng Yuan tidak ingin melepaskan bocah itu. Dan tertidur saat setelah melilitkan tubuhnya ditangan YuanYuan-nya.
Feng Yuan menekan keterkejutan saat A'Xun-nya mengubah kembali prototipenya. Dan dengan cepat dia berangkat ke sekolah.
Dan Yan Fei juga terkejut saat melihatnya berkompromi yang membuatnya memiliki firasat buruk.
Ruang pelatihan binatang jiwa.
Ji Ling yang baru masuk melihat saudaranya terdiam dipojok dan menatap sekelompok gadis yang sedang mengerumuni bocah kecil dan berjalan menuju Feng Yuan yang menatap kosong didepannya.
"A'Yuan kamu membawa orang itu?" Ji Ling menatap Feng Yuan dengan cermat dan berdoa agar saudaranya yang baik tidak membawa orang itu kesini jika tidak itu pasti akan terjadi keributan.
"Ya, A'Xun tertidur saat aku membawanya kesini." Feng Yuan menjawab dengan lembut.
Ji Ling yang merasa harapannya terputus membuat tubuh yang setinggi 1,80 bergetar dengan cara yang lucu. Dan dengan cepat meraih tangan teman baiknya itu dan bertanya dengan berbisik setelah melihat sekelilingnya sambil mengerut keningnya.
"Dimana dia? Kenapa dia tidak ada disini?"
Sudut mulut Feng Yuan mulai berkedut liar melihat temannya terlihat seperti pencuri dan menjawab dengan tak berdaya dan menunjuk pergelangan tangannya.
"Disini, lihat."
Setelah melihat pergelangan tangan temannya dia melihat gelang hitam dengan garis emas dengan pola tidak beraturan, tidak tunggu!, garis emas dengan pola tidak beraturan dan tubuh hitam seperti obsidian bukankah itu... Setelah melihat lebih dekat dia melihat kepala ular yang sedang menghembuskan napasnya naik turun seolah mengatakan dia adalah hewan yang masih hidup. Melihat ular ini membuat detak jantungnya berhenti selama beberapa detik ketakutan tapi melihatnya tertidur pulas dia menghela napas.
"A'Ling kenapa kamu sangat takut padanya?" Feng Yuan bertanya dengan bingung karena biasanya teman baiknya ini dari kecil hingga besar tidak pernah takut apapun yang terjadi baik itu kejadian kecil dan kejadian besar, seolah-olah dia telah *merasakan perasaan angin dan curah hujan. Baru kali ini dia melihatnya seperti ini yang membuatnya penasaran.
*Merasakan perasaan angin dan curah hujan artinya adalah orang yang telah mengalami keadaan dari kecil hingga besar, baik atau buruk dalam sepanjang hidupnya, hingga membuat apapun yang terjadi padanya, dia bisa menyelesaikannya.
"A'Yuan, kamu tidak merasakannya?" Ji Ling menatap tak percaya pada teman kecilnya ini, padahal dia yang paling bisa merasakan perasaan atau aura yang ada pada seseorang entah itu orang lemah ataupun orang yang berbahaya dia bisa merasakannya. Tapi kenapa dia tidak merasakannya pada binatang jiwa yang dikontraknya?
"Perasaan apa?"
"Kamu merasa bahwa kamu adalah–––"
"Yo! Bukankah ini jenius dari keluarga Feng akan mengikuti pelatihan binatang jiwa saat dia tidak memiliki binatang jiwa?"
Suara penghinaan dan tawa memotong ucapan yang akan dikatan oleh Ji Ling.
Orang-orang yang ada disekitarnya mulai terdiam dan menjauh dari mereka dan mendengarkan dengan tenang. Ji Ling yang melihat semuanya merasa dia akan meledak karena marah.
"Chen Mo! Siapa yang kamu pandang rendah?! Bukankah kamu hanya cemburu pada Saudaraku Feng karena dilebih baik darimu!" Ji Ling memarahi sekelompok munafik yang selalu menghina Saudara Fengnya hanya karena Saudara Feng belum memiliki binatang jiwa.
"Huh! Tuan Muda tertua dari keluarga Ji benar-benar berani membela Feng Yuan, saat posisinya sebagai Patriak keluarga Ji sedang bergoyang."
"Shhht! Jangan katakan sesuatu didepan Tuan Muda tertua keluarga Ji."
"Ck ck ck, kamu tidak tahu Patriak yang saat ini benar-benar kecewa padanya."
Ji Ling yang mendengar kata-kata itu membeku sejenak lalu dia mencibir melihat Chen Mo yang merasa bangga.
"Chen Mo, Chen Mo apakah kamu ingin mendengar sesuatu yang bisa membuat semua orang terkejut?"
Chen Mo yang mendengar kata-kata Ji Ling merasa tidak enak dihatinya tapi dipermukaan dia hanya bisa mencibir
"Apa? Bukankah kamu hanya akan membuat fitnah."
Ji Ling yang melihatnya merasa bangga mulai mengangkat bibirnya dan membangkitkan senyum mengejek.
"Chen Mo apa yang kutemukan saat aku sedang menyelidiki mu?" Setelah mengatakan itu dia tidak memberikan kesempatan untuk Chen Mo menjawabnya, lalu mengatakan bom yang membuat Chen Mo dan kerumunan menatap tak percaya pada seseorang yang mengatakan bom itu.
Ji Ling yang ditatap hanya mengangkat senyumnya dan membuat seruan yang bersemangat.
"Dengar, aku mendengar sesuatu yang membuatku sangat terkejut." Setelah itu dia membuat suara seorang wanita.
"Duan MingHao apa yang kamu lakukan?!" Orang-orang disekitar tertegun sejenak setelah itu mereka menatap Ji Ling dengan tatapan kosong karena mereka mendengar suara wanita dibibir Ji Ling. Yang membuat mereka tak percaya adalah suara itu adalah suara ibu Chen Mo. Ji Ling yang melihat mereka terkejut dan luar biasa hanya bisa tertawa lalu membuat suara pria dewasa.
"Su LinXue, kenapa kamu lari setelah sepuluh tahun aku mencarimu aku bisa melihatmu disini. Hehehe~ LinXue bukankah kamu mengandung anakku dan berlari dengan anakku untuk menikah dengan *cahaya bulan putih mu? Ya siapa namanya? Ah ya~ Chen YuWen benar~ Dan siapa nama anakku? Umm~ ya dia bernama Chen Mo. LinXue kenapa kamu tidak mengembalikan anakku dan hanya memberikannya kepada musuh yang telah menghancurkan keluargaku?!" Ji Ling menirukan suara pria itu dengan berteriak.
*Cahaya bulan putih artinya adalah seseorang yang mencintainya dan tidak pernah melupakannya yang selalu menjadi pujaan dihatinya dan tetap menyukainya meskipun dia sudah bersama orang lain yang menyukainya.
(*Penulis : jika tidak mengerti dari kata-kata itu adalah seperti cinta pada pandangan pertama yang tidak bisa kamu lepaskan dan kesan yang selalu tertinggal dalam hatimu meskipun kamu sudah punya pacar.)
"Duan MingHao kamu gila! Lepaskan! A'Mo selalu menjadi anakku tidak akan pernah menjadi milikmu!"
"Itu benihku dasar jalang! Siapa yang datang ke kamarku dan melakukan [BIP–––] lalu melarikan diri setelah aku mencintaimu?!"
"Hahahaha, sial itu sangatlah novel daripada novel itu sendiri. Hahaha!"
Ji Ling yang setelah mengatakan dialog itu dia tertawa terbahak-bahak karena menurutnya pengalaman kehidupan Chen Mo benar-benar membuatnya sangat terkejut dan tak bisa berkata-kata karena kehidupannya lebih seperti novel daripada novel itu sendiri.
Orang-orang disekitar yang sedang menonton pertunjukan sangat terkejut dengan melon yang ada, benar-benar kejutan yang sangat besar yang membuat mereka senang dan takut karena metode Ji Ling yang dilakukan hari ini yang membuka mata semua dan bisa membuat orang terkait sangat malu.
Feng Yuan yang mendengarkan temannya pun sangat terkejut dengan metode pembalasannya. Dan metode itu benar-benar pembuka mata karena biasanya temannya itu hanya bisa menggunakan kekerasan daripada otaknya padahal dia juga seorang jenius.
"Apa yang kamu berdiri diam disana?! Masuk! Sudah saya tunggu hampir setengah jam dilapangan, tapi kalian sedang bergosip disini! Dan kamu, berhenti tertawa!"
-
-
-
-
[Hidup ini selalu penuh dengan kejutan jadi aku harus bisa menikmatinya daripada membuat kejutan itu menjadi hambatan dalam hidupnya, lebih baik menerimanya dan menikmatinya.] –– Ji Ling.
[Bersambung.....]