Bang––!
Dengan suara kembang api dikepalanya, Nangong ZiXun yang masih membeku karena tindakan berani Feng Yuan menyusutkan mata vertikalnya seperti jarum.
Nangong ZiXun menarik napas sejenak lalu mengangkat kepalanya untuk melihat Feng Yuan yang dengan wajah memerah dan mata emasnya yang mulai mengembara karena malu.
"Benarkah? YuanYuan, kamu tidak bercanda kan?" Suara dingin dan magnetisnya sekarang penuh dengan ketidakpastian dan kegelisahan karena takut itu hanya angan-angannya
Feng Yuan yang merasa malu karena mengaku, tapi melihat ular kecilnya seperti ini hanya bisa menghela nafas lalu memeluknya sebagai rasa aman.
"Ya. Aku bersungguh-sungguh."
Nangong ZiXun merasa merasa jantungnya mulai berdetak tidak terkendali, hatinya yang selalu dingin merasakan kehangatan yang manis seperti dia dibungsung oleh pot madu, dan jiwanya yang selalu mengembara mendapatkan tempat untuk berlabuh yang hanya khusus untuknya.
"Sungguh, YuanYuan aku sangat senang." Nangong ZiXun hanya memeluk tubuh YuanYuan-nya dengan erat seakan-akan dia adalah sedotan terakhir dalam hidupnya, lalu membenamkan kepalanya dileher kekasihnya.
Setelah beberapa menit Nangong ZiXun melepaskan Feng Yuan.
Feng Yuan yang melirik jam tiba-tiba terbangun lalu pergi dengan tergesa-gesa sambil berlari lalu berkata berteriak.
"A'Xun, aku pergi dulu! Aku akan pulang malam, jaga rumah baik-baik! Jika kamu lapar, ada makanan di lemari es. Dan tunggu aku pulang!" Setelah mengatakan itu Feng Yuan berbalik pergi dan tidak melihat kebelakang.
Nangong ZiXun tercengang sejenak lalu melihatnya pergi dengan tergesa-gesa dengan bibir mencerut.
Lalu melirik kehampaan dengan wajah kosong dan dingin.
"Apa yang kamu lakukan disini?"
Pangsit kecil yang melihat semuanya meledak karena marah.
"Apa yang kamu lakukan pada Dewa Dewa?!"
Nangong ZiXun menyipitkan matanya dan bertanya dengan dingin.
"Dewa Dewa?"
Pangsit kecil melebarkan matanya karena terkejut lalu menutup mulut kecilnya dengan erat takut dia akan mengatakan sesuatu yang salah saat dia marah.
Nangong ZiXun hanya mendengus, lalu menurunkan matanya saat cahaya gelap melintas dimatanya.
Melihat iblis besar ini terdiam, dia menjadi berani dan menatap wajah iblis besar itu dengan percaya diri. Karena sebelumnya dia tidak melihat penampilannya yang ditutupi oleh bayangan.
Lalu saat dia melihat dan semakin lama melihatnya, pangsit kecil itu melebarkan matanya karena terkejut dan ketakutan. Sebuah pemikiran melintas dimata bulatnya dan semakin lama dia berpikir semakin ngeri dan kulit kepalanya mulai kesemutan, tubuh pendek dan gemuknya mulai gemetar dan keringat dingin bercucuran diwajahnya yang cantik dan bulat. Dan mulai berteriak ngeri.
"Kamu... Kamu tidak mati?!"
Nangong ZiXun melirik pangsit kecil yang dengan wajah pucat berteriak dengan ngeri dengan tidak mengerti.
"Kenapa aku harus mati?" Dengan suara dingin, Nangong ZiXun menjawab pangsit kecil itu dengan muram.
"Kamu––!" Setelah pangsit kecil itu akan marah dia tiba-tiba menghilang.
Nangong ZiXun melirik dengan muram tempat pangsit kecil itu pergi, karena dia merasakan aura yang membuatnya sangat, sangat, dia benci.
Siapa itu?
Aura familiar yang sangat menjijikan.
Nangong ZiXun menundukkan kepalanya dan rambut panjang hitamnya menutupi ekspresi yang ada diwajahnya. Lalu dia kembali tidur diranjang YuanYuan-nya dan mengendus bau yang membuat emosi tiraninya mereda dan menutup matanya.
Alam Dewa.
Pria dengan baju hitam mengangkat pangsit kecil yang masih terkejut kedalam istana dan membuangnya sembarangan.
Dengan wajah yang tampan dan liar, alis seperti pedang yang membawa kesombongan dan roh jahat, mata danfeng yang dalam dengan warna biru, batang hidung yang tinggi, bibir pucat yang ditekan erat, pria itu mengahancurkan barang-barang yang ada didepannya untuk melampiaskan amarahnya yang membara. Dengan mata yang memerah karena marah dia menatap pangsit kecil itu dengan muram.
"Yan Fei! Kenapa kamu tidak mengatakan bahwa dia masih masih hidup?! Dan bagaimana bisa aku tidak merasakan kekuatannya! Dia tidak mungkin kehilangan kekuatannya bahkan jika dia meledakkan hampir setengah alam Dewa!"
Yan Fei yang dilihat dengan muram oleh pria berbaju hitam itu juga meledak karena marah.
"Xu GuangXin! Untuk apa kamu memarahiku?! Bukankah kamu yang membuatnya mati dengan meledakkan setengah alam Dewa! Bahkan membiarkan Dewa Dewa mengikutinya untuk reinkarnasi lagi dan lagi untuk mencari dia yang jiwanya hancur berkeping-keping! Dan melepaskan tanggung jawab dan kekuatannya untuk menjaga alam Dewa!"
Setelah itu Yan Fei memelototi orang yang membuat kekacauan di alam Dewa, karena cemburu pada 'dia' yang selalu berdiri diam disudut jurang bisa mendekati Dewa Dewanya!
"Menyerah saja, Dewa Dewa tidak akan melihatmu apalagi kita yang telah campur tangan dalam urusannya." Setelah mendengus dingin Yan Fei pergi dengan marah.
Xu GuangXin membeku sejenak, meringkuk disana dengan gemetar dan bergumam.
"Tidak, tidak! Dewa Dewa kenapa kamu meninggalkan kami hanya untuk Dewa yang merosot dijurang?! A'Yuan aku selalu menyukaimu! Tapi kenapa dimatamu hanya ada dia dan tidak pernah melupakannya! Orang yang kamu sukai, yang sangat menjijikan yang hanya bisa hidup dikegelapan seperti tikus yang bersembunyi dilubang tikus. Kenapa? Kenapa?!"
-
-
-
-
[Aku tidak berdamai! A'Yuan aku sangat mencintaimu, tapi kenapa dimatamu hanya ada dia?! Aku sangat cemburu padanya yang bisa menerima perlakuanmu. Aku sangat membencinya karena dia, perhatianmu selalu ada padanya. Aku membuatnya mati, tapi kamu mengikutinya untuk berinkarnasi dengannya dan melepaskan kekuatan dan tanggung jawab untuk menjaga alam Dewa. A'Yuan lihat aku sekali saja yang selalu mencintaimu bahkan jika kamu membenciku karena telah membunuh dia hingga jiwanya hancur berkeping-keping.] – Xu GuangXin.
[Bersambung...]