Chereads / Cinta dan Masa Lalu / Chapter 25 - Kenapa, Apa Kamu Ingin Merebut Wanitaku?

Chapter 25 - Kenapa, Apa Kamu Ingin Merebut Wanitaku?

Mata dingin Julian menangkap gerak-geriknya, seolah-olah dia memiliki kemampuan untuk memahami isi hati dan bahkan keadaan batin orang lain dengan jelas. Dia kemudian melirik reporter yang penasaran sambil berkata malas, "Karena negara berpikir bahwa kami adalah pasangan yang cocok, maka aku akan memperlakukannya dengan baik dan melihat apakah aku bisa jatuh cinta padanya seiring berjalannya waktu. Adapun identitasnya… apa kamu ingin merebut wanitaku?"

Reporter itu dibuat tak berkutik oleh Julian Yazeed, dan tidak tahu harus menanggapinya bagaimana.

Sementara reporter lain tidak bisa menahan tawa.

Kemudian, Qinara Caesar mengangkat mikrofonnya, "Tuan Yazeed, apa menurut Anda ada kemungkinan untuk kalian berdua untuk saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu?"

Entah kenapa, Sintia mendadak menjadi gugup, jantungnya berdebar kencang saat mendengar pertanyaan seniornya itu. 

Julian tidak buru-buru menjawab. Ia mengangkat kepalanya seolah-olah tengah menatap dari kejauhan, padahal sorot matanya tertuju pada wajah Sintia.

Setelah terdiam sejenak, dia mengeluarkan jawaban singkat dengan nada dingin, "Tidak!"

Setelah itu, pengawal sudah mengambil tindakan untuk mengamankan duo Yazeed itu ke dalam Bentley panjang yang mewah.

Wajah Sintia masih terasa terbakar meskipun mobil itu sudah melaju jauh. 

Dia bisa mendengar suara para reporter yang berdiskusi.

"Gadis beruntung itu baru saja mendaftar Twitter siang tadi dan mengatakan jika Julian Yazeed menyukai kakinya. Tapi malamnya, Julian justru menampar kata-katanya. Pasti sakit sekali rasanya."

"Aku tahu Julian Yazeed tidak akan begitu saja menerima perjodohan resmi negara. Gadis beruntung itu mengatakan akan mengirim surat pengacara bagi siapa saja memberitakan jika dia telah dilecehkan. Haha, apa dia tidak merasa jika dirinya memang telah dilecehkan?"

"Dia pasti telah dilecehkan oleh Julian Yazeed di rumah, jadi dia hanya bisa mendapatkan kembali harga dirinya di Twitter. Kasihan sekali. Dia bisa memilih siapa pun, tetapi dia memilih Julian Yazeed sebagai gantinya. "

"....."

Sintia sangat marah hingga rasanya dia nyaris meledak, 'Dasar pria tak punya perasaan!'

'Aku berusaha melindungi reputasinya di Twitter dan dia justru memperlakukanku seperti ini. Apa tidak ada yang memberitahunya jika mempermalukan orang lain itu dilarang?'

'Dia benar-benar menyia-nyiakan kulitnya yang terlihat bagus. Tak heran jika netizen menyebutnya sebagai pemimpin dari bujangan kaya paling berbahaya!'

Saat Sintia merasa frustasi, dia melihat para reporter berkerumun lagi.

"Aaaaaa! Yana Xila!"

"Yana Xila keluar! Yana Xila juga menghadiri perjamuan malam ini?"

"Aaaaa! Yana Xila sangat cantik. Wanita ini hanya ada di surga, kita bahkan tidak akan melihat orang seperti dia di dunia!"

Sintia sampai kaget sendiri saat mendengar teriakan gila para reporter laki-laki.

Jika tidak percaya bahwa mereka adalah reporter, dia pasti akan curiga kalau orang-orang yang mengelilingi Yana Xila itu adalah penggemarnya.

Sintia berdiri di kejauhan. Sebelum para wartawan berkerumun untuk melakukan wawancara, gadis anggun yang dianggap sebagai harta nasional itu telah dilindungi oleh para pengawal. Yana Xila terus menebar senyum, melambai dengan anggun kepada para reporter, lalu naik ke dalam mobil.

Entah hanya ilusinya saja atau tidak, dia merasa Yana Xila meliriknya sebelum naik mobil.

"Apakah itu dia?" Begitu naik mobil, Yana Xila menatap Sintia yang ada di luar kerumunan melalui jendela mobil mewah tersebut.

"Ya. Kak Yana, gadis itu sangat tidak tahu malu. Tidak hanya merebut tunanganmu, dia juga mengatakan jika Tuan Julian menyukai kaki mulus dan rampingnya di Twitter. Dia pikir dirinya putri duyung sehingga Tuan Julian akan kehilangan akal sehatnya dan tergila-gila pada ekor duyungnya?"

"Namun, apa yang dikatakan Tuan Julian barusan benar-benar menampar wajahnya. Kak Yana, semua media besar ingin mengungkapkan identitasnya. Haruskah kita mengekspos identitasnya ke media dan membiarkan netizen menenggelamkannya?"