Chereads / Cinta dan Masa Lalu / Chapter 28 - Tuan Julian Kembali ke Kebiasaan Lamanya Lagi

Chapter 28 - Tuan Julian Kembali ke Kebiasaan Lamanya Lagi

Sintia tertegun sejenak sebelum berkata marah, "Kamu adalah orang pertama yang mengusirku. Ingat itu."

Setelah itu, dia langsung melangkah keluar sambil melirik Julian yang melewatinya dengan sempoyongan.

Julian mengabaikan lirikan tajamnya, tetapi diam-diam menghela napas lega. Dengan terhuyung-huyung, ia kembali ke ruang makan, hendak menuang segelas air untuk dirinya sendiri. Dia mengambil ketel listrik, tapi tangannya terus bergetar.

Tiba-tiba, sebuah tangan ramping terulur, mengambil ketel listrik di tangannya, lalu menuangkan segelas air untuknya.

Sebelum menyerahkannya, Sintia meletakkan gelas ke bibirnya untuk mengukur suhu air.

Tindakan penuh perhatian itu membuat Julian tercengang.

Setelah memastikan suhunya tidak panas, Sintia berkata, "Tidak panas, suhunya pas. Minumlah."

Julian menatap gadis yang telah dia usir itu, suaranya menjadi semakin dingin, "Bukankah aku menyuruhmu berguling keluar?"

"Aku bukan bola, bagaimana mungkin aku bisa berguling-guling? Kenapa kamu tidak menunjukkan padaku lebih dulu caranya?"

Melihat Julian yang tidak menerima gelasnya, Sintia berdiri jinjit dan mengangkat gelas itu tinggi-tinggi ke bibir Julian, "Apa kamu tidak mau minum? Cepat minumlah, jarang-jarang aku melayani orang."

Julian meraih gelas itu, suaranya terdengar kasar, "Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk menjauh dariku? Semakin jauh semakin baik."

"Aku ingin pergi, tapi wajahmu sangat pucat, sepucat hantu. Kalau-kalau terjadi sesuatu yang buruk, bagaimana jika orang-orang akan mengira aku membunuh suamiku sendiri …. eh, salah, membunuh pasangan resmiku? Membunuh pasangan resmi pasti akan masuk penjara. Aku masih muda, masa depanku cerah, aku tidak ingin dipenjara, jadi kamu tidak bisa mengusirku!"

Kata-kata Sintia terdengar benar.

Kemudian, dia bersikeras membantunya. Menatap pria itu yang gemetar saat memegang gelas, tapi tetap menolak untuk pindah, Sintia mendengus, "Tuan Julian Yazeed yang terhormat, maukan Anda mengangkat kaki Anda dan duduk di sofa ruang tamu? Jangan keras kepala, kamu sedang sakit!"

Julian menatap tajam ke arah Sintia yang bersikeras menolak pergi. Entah apa yang dia pikirkan, pria itu menatapnya lama sebelum memilih mengangkat kakinya.

Akhirnya, dia membantu memapah Julian menuju sofa ruang tamu. Sintia menghela napas lega sambil berkata, "Duduklah di sini, aku akan menemui kepala pelayan."

"Keluar, belok kiri sejauh 500 meter. Kepala pelayan ada di sana. Pergilah." Ucap pria itu tiba-tiba.

Sintia mengangguk dan berlari secepat kilat.

Aneh sekali, para pelayan dan pengawal yang biasanya berjaga penuh di dalam, kini berada di luar mansion. Tadi malam, saat dia ingin menyelinap ke kolam renang putri duyung, dia harus menunggu semua orang tertidur hingga tengah malam. Kenapa semua orang pergi begitu cepat hari ini?

Sekarang bahkan baru pukul setengah sebelas!

Sintia berlari cepat menuju sebuah rumah yang berjarak 500 meter dari mansion, tempat tinggal para pelayan dan penjaga.

"Kepala pelayan, kepala pelayan, apa kamu ada di sana? Aku Sintia Yazid. Julian sakit. Kamu dimana, kepala pelayan?"

Sintia memanggilnya selama beberapa lama hingga kepala pelayan perlahan muncul dari salah satu kamar dengan mengenakan piyama.

"Nona Yazid?"

"Kepala pelayan, sepertinya Julian sakit. Tolong minta anak buahmu untuk menyiapkan mobil dan membawanya ke rumah sakit."

Kepala pelayan berkata ragu, "Nona Yazid, Tuan Julian kembali ke kebiasaan lamanya lagi, jadi jangan khawatir. Saya akan menyiapkan kamar untuk Anda, berpura-puralah seperti tidak melihat apa-apa. Selamat tidur. Tuan Julian akan baik-baik saja."

"Bagaimana bisa aku berpura-pura tidak melihatnya? Bagaimana kamu bisa menjadi kepala pelayan. Wajah Julian pucat sekali, dan kamu masih bilang dia baik-baik saja?"

Sintia marah, 'Kepala pelayan ini harus segera dipecat!'

Kepala pelayan menambahkan, "Nona Yazid, Tuan Julian hanya mabuk. Dia akan baik-baik saja setelah tidur."

Sintia semakin marah, "Wajahnya sangat pucat, dia bahkan tidak bisa memegang segelas air dengan benar. Dan kamu bilang hanya mabuk, mabuk berat?"