Namun, sebelum unggahan itu menjadi viral, Zayn mengirimkan pesan lagi, [Nona Yazid, cepat hapus cuitan Anda di Twitter. Tuan Julian tidak tahu jika saya mendaftarkan akun Twitter untuk Anda. Ini inisiatif saya sendiri. Apakah Anda ingin Tuan Julian membunuh Anda dengan mengunggah pesan seperti itu di Twitter, atau mungkin beliau justru akan membunuh saya?]
Sintia jadi khawatir, [Kalau begitu, beritahu aku harus bagaimana. Bagaimana mungkin aku menampar diriku sendiri di depan staf Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil?]
Zayn, "....."
Sejujurnya dia juga tidak tahu, oleh karena itulah dia melemparkan masalah ini pada Sintia, [Intinya, bersihkan kekacauan yang Anda buat sendiri!]
Setelah berpikir sebentar, Zayn mengirim pesan lain lagi, [Nona Yazid, saya melakukan ini untuk kebaikan Anda sendiri. Lagi pula, Anda dan Tuan Julian telah memutuskan untuk tidak hidup bersama selamanya, kalian hanya akan menjadi orang yang sekedar lewat dalam kehidupan masing-masing. Jika kalian menjadi sorotan saat ini, bagaimana media akan menertawakan Anda setelah kalian berpisah di masa depan? Pikirkan diri Anda, apa Anda akan sanggup menanggung konsekuensi itu?]
Zayn mengirim tiga pesan berturut-turut, [Jangan berpikir kata-kata saya jahat, saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Tuan Julian tidak mungkin jatuh cinta pada Anda, jadi lain kali, sebaiknya Anda tetap berada di jalur yang aman saat mengunggah sesuatu di Twitter. Buat publik tahu jika Tuan Julian memperlakukan Anda dengan baik, dan jangan biarkan mereka berpikir jika Tuan Julian menyukai Anda. Ini hanya fantasi Anda!]
'Apa kamu pikir aku akan jatuh cinta pada Tuan Julian-mu itu? Aku hanya ingin mendukung calon presiden yang aku kagumi. Jangan terlalu percaya diri!'
Sintia merasa agak jengkel, jadi dia meletakkan ponselnya dan tidak mau membalas lagi.
Zayn menunggu lama, tapi Sintia belum berinisiatif untuk menghapus unggahan Twitter-nya. Akhirnya, dia tak bisa menahan diri untuk bergumumam, "Nona Yazid ini benar-benar memiliki fantasi pada Tuan Julian."
Begitu dia selesai bicara, pintu ruang ganti pacuan kuda tiba-tiba terbuka.
Julian dan beberapa temannya pergi bersama ke arena pacuan kuda selama satu jam. Mereka telah menyepakati sebuah proyek bernilai miliaran, selama mereka bermain-main tadi. Dia kemudian mandi dan berganti pakaian. Begitu keluar dari ruang ganti, dia mendengar Zayn bergumam.
Mata indahnya melintas tanpa disadari. Julian melangkah keluar sambil melontarkan sebuah kalimat, "Fantasi apa?"
"Tidak…."
Zayn merasa gugup, jadi suaranya terdengar agak bergetar.
Julian memberinya tatapan penuh martabat. Tatapan yang penuh intimidasi walaupun pria itu tidak marah.
Karena takut akan mendapatkan hukuman yang lebih berat jika tidak jujur, Zayn menjelaskan keseluruhan cerita secara detail, sebelum akhirnya merutuki dirinya sendiri, "Saya tidak menyangka Nona Yazid akan menjadi begitu licik. Dia ingin mengambil kesempatan ini untuk membuat publik berpikir bahwa Anda menyukainya."
Zayn pikir Julian akan marah besar saat melihat cuitan Sintia di Twitter.
Tapi setelah dia menunggu lama….
Reaksinya seperti jari kelingking yang jatuh ke laut sehingga tak menimbulkan satu riak pun.
Zayn tercengang, diam-diam mengamati ekspresi Julian. Tak disangka, dia menemukan Tuan Julian-nya tengah menatap cuitan Yazid di Twitter dengan kosong, seperti melamun?
"Tuan Julian? Apa yang Anda pikirkan?"
Setelah Zayn menanyakan pertanyaan ini tiga kali berturut-turut, Julian akhirnya baru meresponnya, "Apa kamu pikir dia telah jatuh cinta padaku?"
"Untuk seorang pria dengan status, penampilan dan kekayaan seperti Anda, wanita mana yang tidak akan tertarik pada Anda? Ketika Nona Yazid memilih Anda, dia bersikukuh menolak untuk menandatangani surat penolakan, itu sudah menjelaskan jika dia ingin memanfaatkan Anda. Sekarang, setelah dia mendapatkan keinginannya, bukankah dia harus memutar otak memikirkan cara bagaimana agar kalian bisa hidup bersama untuk waktu yang lama? Kalau tidak, dia tidak akan naik ke kamar Anda semalam…."
"Ah….."
'Dia selalu menjadi gadis konyol yang tidak bisa membedakan kiri dan kanan!'
Julian tidak membalas dan hanya berjalan menuju sofa tunggal. Ia dengan malas bersandar di sofa kulit yang lembut itu. Satu tangannya ia gunakan untuk menopang dagu, sementara tangan lainnya tengah menjepit ornamen putri duyung di gantungan kunci. Ia cubit-cubit ekor putri duyung kecil itu….