Chereads / Wanita Berhati Dingin / Chapter 13 - Keributan di Kantor

Chapter 13 - Keributan di Kantor

Alexandra Weren tersenyum penuh arti ketika malam itu dia turun dari flatnya dan melangkah ke luar dari tempat tinggalnya itu. Di luar flat, Jonas Clemens sudah menunggunya di samping mobil sport merah metaliknya.

Jonas Clemens mengecup punggung tangan kanan Alexandra Weren dan membawanya masuk ke dalam mobil. Setelah Alexandra Weren masuk ke dalam mobil, Jonas Clemens memutari badan mobilnya dan masuk ke dalam mobil melalui pintu pengemudi.

"Kamu luar biasa cantik malam ini, Sayang," puji Jonas Clemens sungguh-sungguh.

"Ah, kamu bisa saja," sahut Alexandra Weren tersipu malu.

"Aku serius kok." Tangan kiri Jonas Clemens mengusap pipi kiri Alexandra Weren membuat gadis cantik itu menggeser duduknya ke kiri dan pura-pura risih.

"Jangan begitu," ujar Alexandra Weren tersenyum tipis.

"Hahaha, kamu semakin menggemaskan, Alexa sayang." Jonas Clemens mulai melajukan mobil sportnya.

"Mau ke mana kita?" tanya Alexandra Weren dengan nada lembut.

"Kita makan malam dulu," jawab Jonas Clemens.

"Dulu? Itu artinya akan ada lanjutannya 'kah?" sambung Alexandra Weren lagi.

"Itu yang aku inginkan. Tetapi, tentu saja aku tidak akan memaksamu, Sayang," ucap Jonas Clemens.

"Sebaiknya malam ini kita makan malam saja dulu ya," pinta Alexandra Weren.

"Ok, no problem."

Mobil melaju dengan kecepatan sedang di jalanan kota Wina yang selalu lengang. Alexandra Weren menikmati pemandangan di luar. Dalam hati gadis itu tersenyum puas karena telah berhasil menundukkan hati Jonas Clemens.

"Sayang, aku harap kamu masih ingat kesepakatan kita ya," ujar Alexandra Weren.

"Kesepakatan apa itu, Sayang?" Jonas Clemens bertanya balik.

"Ah, kamu pasti pura-pura lupa deh," kata Alexandra Weren pura-pura kesal.

"Aduh, tentu saja aku tidak akan lupa dong, Alexa sayang. Tentang kita yang harus merahasiakan hubungan kita ini 'kan?" tanya Jonas Clemens.

"Iya benar," jawab Alexandra Weren.

"Mengapa sih kita harus bersembunyi begini, Alexa sayang?" Jonas Clemens bertanya dengan nada protes.

"Lagipula aku dan Iris juga belum ada ikatan yang sah kok. Jadi, kenapa kita tidak terus terang saja? Aku bisa dengan mudah memutuskannya, bahkan sekarang juga bisa," ujar Jonas Clemens jumawa.

"Tidak, Sayang. Aku harap kamu masih bisa bersabar. Jika memang kamu mencintaiku, maka kamu harus mengikuti aturan mainku dong!" ujar Alexandra Weren manyun.

"Iya iya deh. Aku akan menuruti kemauan tuan putri tersayang, hehehe."

Alexandra Weren tidak menanggapi perkataan Jonas Clemens yang bercanda itu. Alexandra Weren sibuk dengan pikirannya sendiri. Belum saatnya bagi dirinya dan Jonas Clemens untuk membuka diri tentang hubungan mereka. Apalagi Alexandra Weren sudah memiliki rencana tersendiri pada Iris Hubertus. Tidak akan Alexandra Weren biarkan Jonas Clemens merusak rencananya itu dengan membuka hubungan mereka di depan umum.

***

Victor dan Nicole Hubertus datang beriringan ke kantor. Mereka berdua sengaja langsung menuju ke ruang kerja Jonathan Hubertus alih-alih ke ruang kerja Victor Hubertus sendiri.

Alexandra Weren yang saat itu sedang berada di balik meja kerjanya segera berdiri menyambut kedua big bos itu.

"Loh, kamu siapa?" tanya Nicole Hubertus berhenti tepat di depan Alexandra Weren.

"Saya sekretaris Tuan Jonathan Hubertus, Nyonya," jawab Alexandra Weren.

"Oh, ini toh sekretaris barunya Jonathan. Iris pernah cerita tentang kamu. Cantik juga ya kamu ini, tetapi kecantikanmu itu bukanlah senjata yang kamu bisa gunakan untuk meraih keinginanmu, ingat itu!" ucap Nicole Hubertus mencondongkan kepala mendekat ke telinga Alexandra Weren.

"Ayolah, Ma. Kamu memperlambat saja!" tegur Victor Hubertus meraih lengan sang istri.

"Loh, apa-apaan sih Papa ini?! Bukankah Papa lihat aku sedang bicara dengan sekretaris cantik ini?" tutur Nicole Hubertus kesal.

"Iya, tetapi kita sudah ditunggu oleh Jonathan. Sebentar lagi kita 'kan ada pertemuan dengan Mr. Simon.

"Iya iya!" Nicole Hubertus mengibaskan pegangan tangan Victor Hubertus dan berjalan cepat ke ruang kerja Jonathan Hubertus.

Di belakangnya Victor Hubertus mengikuti langkah sang istri. Sembari melangkah, Victor Hubertus menoleh pada Alexandra Weren. Mata Victor Hubertus bertemu tatap dengan mata Alexandra Weren. Victor Hubertus tersenyum pada Alexandra Weren yang ditanggapi dengan anggukan kecil oleh gadis itu.

Victor Hubertus dan istrinya masuk ke dalam ruang kerja Jonathan Hubertus dan menutup pintunya kembali. Setelah mereka berdua lenyap dari pandangan Alexandra Weren, gadis itu pun kembali duduk.

Alexandra Weren melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Belum juga ada sepuluh menit, tiba-tiba Iris Hubertus sudah muncul di hadapannya.

"Hei, wanita sok cantik! Apakah Papa dan Mamaku ada di dalam?" ujar Iris Hubertus congkak.

"Iya, Tuan dan Nyonya Hubertus ada di dalam," jawab Alexandra Weren sopan.

"Ok." Iris Hubertus pun melenggang santai meninggalkan Alexandra Weren yang terheran-heran dengan sikapnya.

Alexandra Weren berusaha mati-matian supaya dirinya tidak tertawa di hadapan Iris Hubertus tadi. Betapa sebenarnya dirinya ingin menertawakan Iris Hubertus atas kebodohan gadis itu yang sama sekali tidak tahu bahwa kekasih hatinya telah jatuh ke dalam pelukan Alexandra Weren.

Alexandra Weren akan memastikan Iris Hubertus tidak akan bisa bersikap congkak lagi nantinya. Tetapi, saat ini belum saatnya bagi Alexandra Weren untuk mengungkap semuanya. Bila saat itu datang, maka semua orang yang berkaitan akan Alexandra Weren jungkir balikkan.

"Please, Pa, Ma!"

Alexandra Weren terkejut sampai pensil yang sedang dipegangnya terlepas dan menggelinding entah ke mana.

Jonathan Hubertus ke luar dari ruang kerjanya sambil membuka pintu lebar -lebar. Di belakangnya nampak Victor Hubertus berdiri sekitar dua meter dari sang anak. Alexandra Weren tidak melihat di mana posisi Nicole dan Iris Hubertus.

Jonathan Hubertus berhenti dan berdiri begitu saja tanpa menghiraukan tatapan Alexandra Weren yang kebingungan.

Victor Hubertus ke luar dan menghampiri sang anak sembari menepuk bahunya.

"Papa tahu, kamu pasti keberatan. Tetapi,_"

"Tidak ada tetapi, Pa!" Jonathan Hubertus berpaling pada Victor Hubertus dan menatap tajam ke arah dua bola mata sang papa.

Victor Hubertus menghela napas berat.

"Kalau kamu tidak mau melakukannya, papa sudah tidak tahu lagi harus bagaimana cara menyelamatkan perusahaan ini?" ujar Victor Hubertus dengan nada bingung.

"Itu urusan Papa dan Mama! Bukan urusanku! Tolong jangan libatkan aku dalam hal ini!" ujar Jonathan Hubertus meradang.

"Kamu tidak pantas bersikap seperti itu, Jonathan! Bagaimanapun juga perusahaan ini milikmu dan Iris juga. Kalian berdua punya tanggung jawab juga," kali ini Nicole Hubertus yang berkata dari ambang pintu.

Alexandra Weren pura-pura tidak memperhatikan drama yang terjadi dalam keluarga Hubertus itu. Meskipun demikian, telinganya tetap dipasang untuk mencuri dengar semuanya.

"Masuklah, Jo! Mari kita bicarakan di dalam, tidak enak teriak-teriak di luar begini. Apalagi di sini ada telinga tukang gosip!" tutur Iris Hubertus yang tiba-tiba muncul sembari melirik sinis ke arah Alexandra Weren.

Alexandra Weren tahu Iris Hubertus sedang menyindir dirinya, tetapi dia pura-pura tidak tahu. Jonathan Hubertus akhirnya mau menuruti ajakan adiknya dan masuk kembali ke dalam ruang kerja.