Iris Hubertus turun dari mobilnya yang diparkir di tepi jalan dekat dengan flat yang ditempati oleh Jonas Clemens. Malam itu jalanan tampak sepi, mungkin karena musim dingin, tidak banyak orang yang rela menghabiskan malam yang dingin di luar. Iris Hubertus sendiri sebenarnya malas untuk ke luar rumah, tetapi karena ada barang yang begitu penting harus diambilnya dari flat Jonas Clemens, maka terpaksa dia mengendarai mobilnya dalam cuaca buruk hanya demi bisa sampai di tempat sang kekasih.
Sebenarnya Iris Hubertus pun bingung dengan status hubungannya saat ini. Melihat sikap yang ditunjukkan oleh Jonas Clemens, sepertinya kekasihnya tersebut memang sudah tidak mencintainya lagi. Namun, Iris Hubertus tidak mau mempercayai hal itu. Bagi Iris Hubertus, sikap yang ditunjukkan oleh kekasihnya itu paling hanya sementara saja, mungkin saat itu Jonas Clemens hanya sedang kesal padanya saja. Iris Hubertus yakin sekarang sang kekasih sudah kembali lagi seperti biasa.
Iris Hubertus sangat bersemangat naik lift menuju lantai lima. Flat yang ditempati oleh Jonas Clemens memang tergolong flat mewah, meskipun kecil. Bangunan berlantai sepuluh itu berdiri kokoh di tengah kota.
Lift berhenti di lantai lima, begitu pintu lift terbuka, Iris Hubertus pun cepat-cepat melangkah ke luar. Dengan riang dia melangkah melewati beberapa pintu flat yang tertutup rapat. Cuaca malam itu memang dingin, salju tebal masih menutupi badan-badan jalan. Iris Hubertus mempercepat langkahnya menuju kamar flat yang ditempati oleh sang kekasih.
Begitu sampai di depan flat Jonas Clemens, Iris Hubertus tidak menekan bel. Dia justru sibuk mengobrak-abrik isi tas tangannya mencari kunci. Karena sudah sering menginap di flat sang kekasih, Iris Hubertus mempunyai kunci flat itu. Meskipun kini hubungan mereka renggang, tetap saja Iris Hubertus masih menyimpannya dan malas mengembalikan pada Jonas Clemens.
Butuh waktu agak lama bagi Iris Hubertus untuk mencari keberadaan kunci flat tersebut. Setelah sibuk mencari, akhirnya kunci ditemukan juga olehnya. Iris Hubertus dengan hati yang gembira segera membuka pintu flat kekasihnya dengan perlahan. Iris Hubertus ingin mengejutkan Jonas Clemens dengan kedatangannya yang begitu tiba-tiba. Iris Hubertus merasa yakin sang kekasih ada di kamarnya, karena di bawah tadi Iris Hubertus melihat mobil Jonas Clemens terparkir.
Dengan langkah hati-hati, Iris Hubertus mengendap-endap memasuki flat Jonas Clemens, gerakannya lebih mirip seperti seorang pencuri. Iris Hubertus dengan mudah mencapai kamar tidur sang kekeasih meski flat itu dalam kondisi remang-remang karena hanya lampu kecil di sudut ruangan saja yang menyala.
Dengan gerakan yang sangat hati-hati, tangan Iris Hubertus terulur membuka handle pintu. Pintu pun terbuka lebar, hati Iris Hubertus semakin berdebar mengingat dirinya akan bertemu dan berpelukan dengan sang kekasih. Iris Hubertus amat rindu pada Jonas Clemens. Namun, pemandangan yang disuguhkan di depan mata Iris Hubertus justru membuat gadis itu berdiri mematung tanpa bisa apa-apa.
Di hadapannya, lebih tepatnya di atas tempat tidur Jonas Clemens. Tempat tidur yang biasa Iris Hubertus dan kekasihnya tempati untuk bergumul memadukan cinta kasih mereka, kini terlihat dua sosok yang sedang asyik bergumul dalam keremangan lampu kamar. Iris Hubertus meraih tombol lampu dan seketika suasana kamar menjadi terang benderang. Iris Hubertus terdiam mematung, mulutnya menganga lebar, matanya melotot seolah bola matanya hampir lepas.
Di atas tempat tidur, Iris Hubertus melihat Alexandra Weren berada di atas tubuh Jonas Clemens. Mereka berdua sama sekali tidak memakai kain apa pun juga, benar-benar polos. Tangan dan kaki Jonas Clemens terikat di tepi tempat tidur, matanya dalam kondisi ditutup. Alexandra Weren menatap lekat-lekat pada Iris Hubertus yang masih berdiri mematung di ambang pintu. Dengan lihai, Alexandra Weren menggerakan tubuhnya naik turun disertai jari-jemarinya yang meraba dan mengusap setiap jengkal tubuh Jonas Clemens. Alexandra Weren tersenyum sinis pada Iris Hubertus.
Iris Hubertus yang tidak tahan melihat adegan di hadapan matanya itu, segera berlari menjauh dari kamar. Iris Hubertus terus berlari sampai pintu flat. Dibukanya pintu tersebut dengan keras dan dihempaskannya dengan kasar, sampai menimbulkan bunyi berdebum kencang.
"Suara apa itu, Sayang?" tanya Jonas Clemens terkejut.
"Ah, hanya suara angin mungkin. Sudahlah, nikmati saja, Sayang!" ujar Alexandra Weren sambil menyapukan lidahnya ke bagian dada Jonas Clemens.
Sementara itu, Iris Hubertus sudah berada di luar bagunan flat. Napasnya terengah-engah, tenaganya terkuras. Namun dari semua itu, yang membuatnya paling syok adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh Jonas Clemens dan Alexandra Weren. Sungguh, bermimpi pun Iris Hubertus tidak berani. Apa yang dilihatnya barusan sangat mencabik-cabik hatinya. Harapan untuk bisa membangun rumah tangga bersama sang kekasih pun pudar sudah. Firasatnya selama ini ternyata benar, kekasihnya itu menaruh hati pada Alexandra Weren.
Iris Hubertus sungguh tidak menyangka jika wanita yang merupakan sekretaris kakaknya itu berani merebut Jonas Clemens dari tangannya. Padahal selama ini Alexandra Weren selalu jual mahal jika didekati Jonathan Hubertus.
Iris Hubertus masuk dan duduk di dalam mobilnya. Dia bersandar pada sandaran kursi sambil mengatur napasnya.
"Lihat saja nanti pembalasanku wanita sundal! Tampilannya saja bagai wanita terhormat, tetapi tingkah lakunya memuakkan! Betapa jijik aku melihatnya tadi," geram Iris Hubertus pada diri sendiri.
Ditatapnya bangunan flat yang baru saja dia tinggalkan itu dengan tatapan nanar. Hatinya remuk redam, perasaannya hancur lebur. Selama ini tidak ada laki-laki yang sungguh-sungguh dicintai oleh Iris Hubertus selain Jonas Clemens. Dengan Jonas Clemenslah Iris Hubertus ingin menghabiskan hari-harinya kelak. Iris Hubertus heran apa yang menyebabkan kekasihnya berpaling pada Alexandra Weren. Memang wanita itu sangat cantik dan sexy, namun kalau dilihat dari segi pendidikan dan kemapanan, tentu saja Iris Hubertus lebih dari Alexandra Weren. Iris Hubertus curiga jangan-jangan Alexandra Weren bermain kotor di belakangnya.
"Benar-benar laknat wanita itu! Aku tidak akan membiarkannya begitu saja! Akan aku balas kamu nanti. Wanita macam kamu hanya peduli pada uang saja 'kan? Aku akan berikan apa yang kamu cari perempuan jalang!" umpat Iris Hubertus sembari memukulkan tangan ke dashboard mobil.
Iris Hubertus menyalakan mesin mobilnya dan segera meluncur meninggalkan tempat yang membuatnya sakit hati itu. Iris Hubertus mengemudi tidak tahu arah dan tujuan, pikirannya sama sekali tidak fokus. Dia menangis tersedu-sedu sepanjang jalan. Kondisi jalanan kota yang lengang justru mendukung suasana hati Iris Hubertus. Gadis itu jadi asyik berkendara tanpa tahu tujuan, hanya melesat di jalanan kota saja.
Tiba-tiba ponselnya berdering nyaring, Iris Hubertus terkejut sehingga membanting stir ke kiri. Karena mobil meluncur dengan kecepatan tinggi ditambah kondisi jalan yang licin, akibatnya laju kendaraan tidak dapat dikendalikan. Mobil yang dikendarai oleh Iris Hubertus pun oleng dan terbalik.