Keluarga besar Hubertus sedang dalam masa berkabung atas meninggalnya Iris Hubertus. Sudah satu minggu Jonathan Hubertus tidak tampak batang hidungnya di kantor. Begitu pula dengan Victor Hubertus maupun sang istri, mereka sama-sama memilih menutup diri di kediaman mereka. Meski begitu, roda bisnis dalam perusahaan Hubertus tetap berjalan seperti biasanya.
"Alexa, apakah kau bisa menghubungi bos?" tiba-tiba Julia Hend sudah berdiri di hadapan meja Alexandra Weren.
Alexandra Weren mengangkat kepala dari buku catatannya.
"Untuk apa?" tanya Alexandra Weren bingung.
"Kita kedatangan tamu spesial, Alexa!" jawab Julia Hend semangat.
Alexandra Weren keheranan mendengar jawaban sahabat sekaligus rekan kantornya itu.
"Tamu spesial? Siapa dia?" Alexandra Weren menatap Julia Hend dengan ekspresi penasaran.
"Daniel Miller!" ucap Julia Hend tersenyum.
"Apa?!" Alexandra Weren terkejut sampai dia berdiri dari kursinya.
"Hahaha, kaget 'kan?" ujar Julia Hend tersenyum.
"Iya dong, pasti kaget lah. Di mana dia?" tanya Alexandra Weren antusias.
"Menunggu di lobby utama," jawab Julia Hend.
"Gila kamu, masa calon investor perusahaan ini kamu biarkan cuma duduk di lobby sih!" protes Alexandra Weren kesal.
"Eh, dia kok yang minta sendiri. Aku sih menawarkan agar dia menunggu di ruang tamu bos, tapi dia tidak mau tuh," kata Julia Hend membela diri.
"Baiklah, sekarang antar aku ke sana!"
Alexandra Weren sudah lebih dulu melangkah meninggalkan mejanya dan berjalan cepat menuju lobby utama. Di belakangnya Julia Hend pun mengikuti langkah sahabatnya itu. Mereka berdua naik lift bersama. Di dalam lift baik Alexandra Weren maupun Julia Hend sama sekali tidak ada yang bersuara, mereka saling diam.
Isi kepala Alexandra Weren penuh dengan persiapan rencana untuk menghadapi Daniel Miller. Dalam hati, Alexandra Weren sangat senang bisa mendapat kesempatan berkenalan dengan calon investor itu.
Pintu lift pun terbuka, mereka berdua melangkah ke luar bersama. Julia Hend memimpin satu langkah di depan. Dia membawa Alexandra Weren ke lobby utama yang terletak di bagian depan kantor. Lobby utama yang mirip dengan lobby hotel itu memang terlihat cukup nyaman dengan dua set sofa tamu berukuran besar.
Alexandra Weren dan Julia Hend berjalan mendekati seorang laki-laki tua yang sedang duduk santai sembari memainkan tongkatnya di salah satu sofa. Di belakang laki-laki tua itu berdiri dua orang pria yang memakai stelan serba hitam dan berkacamata hitam pula. Kelihatannya mereka berdua bodyguard sang investor.
"Selamat siang, Tuan Miller. Perkenalkan ini Alexandra Weren, sekretaris pribadi Tuan Jonathan Hubertus!" ujar Julia Hend memperkenalkan Alexandra Weren.
Alexandra Weren pun mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat tangan Daniel Miller. Laki-laki tua itu pun berdiri dari tempat duduknya dan menerima uluran tangan Alexandra Weren.
"Wah, tidak sangka saya akan berjumpa dengan seorang bidadari di kantor ini," tutur Daniel Miller dengan nada kagum.
"Senang berkenalan dengan anda Tuan Miller," ujar Alexandra Weren tersenyum manis.
"Ngomong-ngomong si Jonathan belum ke kantor juga?" tanya Daniel Miller dengan tatapan heran.
"Benar, Tuan. Baik Tuan Jonathan maupun Tuan Victor, semuanya belum mulai aktif di kantor sejak kejadian yang menimpa Nona Iris," kata Alexandra Weren menjelaskan.
"Hem, kalau begitu biarlah aku berbincang denganmu saja, Nona Weren!" pinta Daniel Miller dengan tatapan penuh arti.
Julia Hend yang berdiri tepat di sebelah Alexandra Weren tak bisa pura-pura tidak melihat tatapan laki-laki tua di hadapannya itu. Julia Hend mau tidak mau tersenyum kecil melihat hal itu.
"Baiklah, mari kita ke ruang tamu saja, Tuan!" ujar Alexandra Weren mempersilakan.
"Ok. Kalian di sini saja!" ujar Daniel Miller menatap kedua bodyguardnya.
Dua orang bodyguard yang masih dalam posisi yang tetap sama itu mengangguk sopan pada sang bos.
"Mari, Nona Weren!" ucap Daniel Miller.
Alexandra Weren melirik Julia Hend yang membalasnya dengan anggukan kecil.
Alexandra Weren dan Daniel Miller pun melangkah meninggalkan lobby utama meninggalkan Julia Hend dan dua orang bodyguard Daniel Miller. Julia Hend menatap kepergian mereka berdua dengan senyum dikulum, dia merasa lega sahabatnya bisa membuat calon investor mereka senang. Kelihatannya Daniel Miller memang bukan orang yang gampang ditaklukkan, tetapi Julia Hend percaya di tangan Alexandra Weren semuanya menjadi lebih mudah.
***
Sejak kejadian Iris Hubertus bunuh diri, baru hari ini Alexandra Weren dan Jonas Clemens bertemu. Itupun mereka tidak berani bertemu di tempat umum. Alexandra Weren sendiri yang meminta supaya tidak bertemu di tempat umum dulu, mengingat semua orang sedang menyorot ke Iris Hubertus, dimana semua orang tahu bahwa Jonas Clemens adalah kekasih Iris Hubertus. Alexandra Weren tidak mau dirinya dikaitkan dengan kematian Iris Hubertus. Jonas Clemens pun memahami sikap yang ditunjukkan oleh Alexandra Weren itu. Akhirnya malam itu mereka bertemu di flat Alexandra Weren.
Mereka sedang menikmati makan malam sederhana di meja makan kecil yang hanya bisa digunakan oleh dua orang saja. Maklumlah, flat Alexandra Weren memang tidak besar, namun cukup nyaman.
"Alexa, menurutku sudah waktunya kita umumkan hubungan kita ini, Sayang," ujar Jonas Clemens.
"Tidak. Aku belum siap," jawab Alexandra Weren tegas.
"Kenapa? Bukankah sudah tidak ada penghalang dalam hubungan kita ini?"
"Ya, memag. Tetapi apakah kamu bisa sedikit memahami bagaimana perasaanku jika semua orang tahu aku jalan denganmu yang adalah kekasih Iris? Orang akan beranggapan aku wanita perebut kekasih orang. Cobalah beri sedikit waktu lagi supaya semua orang tenang," kata Alexandra Weren.
"Oh, baiklah jika itu memang mau kamu. Tetapi, kenapa waktu itu kamu yang meminta aku untuk mengajakmu menjenguk Iris di rumah sakit? Bukankah dengan begitu semua orang melihat? Bahkan Iris sampai bunuh diri? Aku yakin Iris bunuh diri karena tidak kuat melihat kita bersama," Jonas Clemens mencoba menahan kesal.
Alexandra Weren diam saja mendengar perkataan Jonas Clemens. Dalam hati Alexandra Weren tertawa, menertawakan kebodohan Jonas Clemens. Memang itulah tujuan Alexandra Weren menjenguk Iris Hubertus di rumah sakit. Alexandra Weren ingin Iris Hubertus menyaksikan kekasihnya telah jatuh ke pelukan Alexandra Weren. Dalam kondisi yang sedang tidak stabil, ditambah disuguhi pemandangan demikian, Alexandra Weren yakin jiwa Iris Hubertus pasti limbung, dan akhirnya terjadi juga hal yang diharapkan oleh Alexandra Weren.
Dengan kejadian Iris Hubertus mengakhiri hidupnya sendiri, maka Alexandra Weren tidak perlu repot-repot mengotori tangannya sendiri.
Tetapi yang ke luar dari bibirnya hanya desahan, "Ahh."
Jonas Clemens menatap wanita cantik yang tengah duduk di hadapannya itu. Tak tega rasanya dia menyudutkan Alexandra Weren. Wanita cantik yang lemah lembut itu tentunya terguncang ketika tahu bahwa dirinyalah penyebab tak langsung dari bunuh diri yang dilakukan oleh Iris Hubertus. Menyadari hal tersebut, Jonas Clemens seketika merubah sikapnya dan mulai melembut kembali pada Alexandra Weren.