Chereads / Wanita Berhati Dingin / Chapter 9 - BAB 9 Jonas Clemens

Chapter 9 - BAB 9 Jonas Clemens

"Apa maksudmu, Iris?" tanya Jonathan Hubertus kesal.

"Loh, memang 'kan? Kenyataannya semua wanita yang kakak pacari tidak ada yang punya kekayaan minimalnya seperti keluarga Jonas 'kan? Apalagi tuh si sekretaris barumu, pasti orang susah juga." Iris Hubertus menenggak kembali soft drinknya.

"Meski begitu, Alexandra Weren berbeda dari yang lainnya," ujar Jonathan Hubertus menanggapi perkataan adiknya dengan santai.

"Berbeda bagaimana, Kak?" tanya Iris Hubertus penasaran.

"Dikala banyak wanita yang menaruh hati padaku, mereka bahkan berlomba untuk mendapatkan perhatianku, tetapi Alexandra Weren justru menutup hatinya bagiku. Sudah sering aku menyampaikan perasaanku padanya, tetapi selalu saja dia tolak. Entahlah kenapa?" tutur Jonathan Hubertus.

Iris Hubertus menoleh memperhatikan sang kakak dengan pandangan tak percaya.

"Wah, kamu serius, Kak? Masa sih dia begitu? Dari rupanya saja dia seperti wanita yang materialistis kok," ujar Iris Hubertus tidak percaya.

"Loh, memang kenyataannya begitu kok. Baru kali ini aku menghadapi wanita yang seperti ini. Aku jadi sedikit percaya bahwa cinta sejati itu ada, bukan berdasarkan materi semata," kata Jonathan Hubertus lagi.

"Halah! Cinta sejati hanya isapan jempol belaka, Kak. Paling-paling si Weren ini hanya berpura-pura jual mahal depan kakak supaya nilai jualnya jauh lebih tinggi lagi, hahaha!" Iris Hubertus tertawa nyinyir.

"Iris! Kenapa kamu tidak pernah sekali saja mendukung kakakmu ini sih?" tegur Jonathan Hubertus kesal.

"Iya, iya, aku dukung kok. Ih, sensi banget sih, Kak!" sembur Iris Hubertus tersenyum geli.

"Ngomong-ngomong kemana si Jonas? Kenapa dia tidak menampakkan batang hidungnya padaku?" tanya Jonathan Hubertus.

"Oh, tadi dari bandara dia langsung ngopi dulu di cafe, kebetulan dia ketemu beberapa temannya. Sebentar lagi juga bakal nongol," jawab Iris Hubertus.

Kedua kakak beradik itu pun diam. Tak ada yang berbicara lagi. Jonathan Hubertus bahkan mulai memejamkan matanya. Sementara di luar, Alexandra Weren masih sibuk mengurus beberapa berkas yang harus ditandatangi Jonathan Hubertus. Tiba-tiba seorang pemuda tinggi kurus dengan potongan rambut cepak berdiri tepat di hadapannya. Alexandra Weren pun menengadah menatap sang pemuda.

"Oh, ada yang bisa saya bantu, Tuan?" ucap Alexandra Weren tersenyum ramah.

"Siapa kamu? Sekretaris baru Jonathan ya?" pemuda itu duduk di kursi yang ada di hadapan Alexandra Weren tanpa dipersilakan.

"Benar, saya Alexandra Weren, sekretaris Tuan Jonathan Hubertus." Alexandra Weren mengulurkan tangannya untuk menyalami pemuda tersebut.

"Aku Jonas Clemens," sahut sang pemuda tersenyum genit.

"Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" tanya Jonas Clemens lagi.

"Empat bulan, Tuan," jawab Alexandra Weren.

"Ah, tak perlu kamu memanggilku dengan sebutan tuan. Panggil saja Jonas supaya lebih akrab, hehe," ujar Jonas Clemens.

"Oh, saya tidak berani, Tuan," kata Alexandra Weren sopan.

"Loh, memangnya kenapa? Aku bukan bos kamu, bukan pula rekan bisnis perusahaan ini. Jadi, apa salahnya jika kita saling memanggil masing-masing dengan sebutan nama saja?" protes Jonas Clemens setengah memaksa.

Alexandra Weren hanya diam tidak berani menatap Jonas Clemens.

"Hei, kamu sangat menawan. Wajahmu cantik dan tubuhmu sangat sexy. Aku yakin kamu pasti menjadi kesayangan Jonathan," tutur Jonas Clemens dengan sorot mata merendahkan.

Alexandra Weren mengangkat wajahnya dan menatap lurus ke Jonas Clemens.

"Apa maksud anda?" ujar Alexandra Weren dingin.

"Hahaha, masa begitu saja ditanyakan. Jangan pura-pura bodoh deh, bukan rahasia lagi bahwa Jonathan adalah orang yang suka sekali mengoleksi wanita-wanita cantik dan sexy sepertimu ini. Nanti, kalau sudah bosan, Jonathan akan mencampakkan wanita itu begitu saja. Makanya, daripada kamu bersama dia, lebih baik kamu bersamaku saja. Dijamin kamu tidak akan kecewa bersamaku, bagaimana?" Tangan Jonas Clemens terulur hendak menyentuh dagu Alexandra Weren.

Tepat ketika itu, tiba-tiba pintu ruang kantor Jonathan Hubertus terbuka, nampaklah Iris Hubertus berdiri di ambang pintu sambil melotot.

"Apa yang kamu lakukan?!" pekik Iris Hubertus menahan amarah.

Jonas Clemens tersentak kaget, begitu pula dengan Alexandra Weren. Jonas Clemens segera menarik kembali tangannya dan berdiri mendekati Iris Hubertus.

"Tidak ada apa-apa kok, Sayang," ujar Jonas Clemens dengan lembut.

"Kamu pikir aku buta?! Jelas-jelas aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalian berdua sedang bermesraan kok!" jerit Iris Hubertus jengkel.

"Hei, ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut? Oh, kamu rupanya Jonas," kata Jonathan Hubertus yang sudah berada di sebelah Iris Hubertus.

"Halo, Jonathan! Sorry kami tidak bermaksud membuat keributan, tapi adikmu ini salah sangka padaku dan sekretarismu itu," ujar Jonas Clemens.

"Aku tidak salah sangka, aku melihat sendiri tanganmu yang hendak menyentuh dagu wanita itu!" ujar Iris Hubertus sembari menujuk Alexandra Weren.

Jonathan Hubertus melempar pandangannya pada Alexandra Weren yang saat itu sedang berdiri di balik meja kerjanya sambil menunduk.

"Sudahlah, jangan ribut di sini. Kalian bisa membuat seisi kantor mendengar pertengkaran kalian. Sebaiknya kamu pulang dulu Iris! Pasti kalian berdua sangat lelah setelah menempuh perjalanan dari London," kata Jonathan Hubertus pada kedua orang yang berdiri di hadapannya.

"Benar apa yang kakakmu katakan itu. Ayolah kita pulang, Sayang!" ujar Jonas Clemens sambil menyentuh bahu kiri Iris Hubertus.

Iris Hubertus cemberut, mukanya sangat masam. Tetapi, meski hatinya masih jengkel terhadap Jonas Clemens, tetap saja Iris Hubertus menurut ketika tangan sang kekasih menggandengnya menjauh dari pintu.

"Kami pamit dulu, Jonathan!" kata Jonas Clemens.

"Ok, hati-hati!"

Jonas Clemens menggandeng tangan Iris Hubertus melewati meja Alexandra Weren. Iris Hubertus menoleh ke arah Alexandra Weren dengan tatapan sinis. Jonathan Hubertus menatap kepergian adiknya dan Jonas Clemens dengan pandangan datar.

"Maafkan sikap adikku, Alexa. Memang begitulah dia, hal itu akibat dimanjakan oleh papa dan mamaku. Iris baru pulang dari London, kuliahnya di sana sudah selesai. Anak itu memang suka-suka sendiri, bahkan pulang pun sama sekali tidak memberi kabar padaku atau mama. Tetapi, tak dapat disalahkan juga sih, papa dan mamaku memang super sibuk. Kamu sendiri yang sudah bekerja selama empat bulan belum pernah bertemu orang tuaku 'kan?" ujar Jonathan Hubertus sembari menghampiri meja sang sekretaris.

"Ah, tidak apa-apa kok, Jonathan," ucap Alexandra Weren tersenyum.

"Sebenarnya heran juga aku pada Iris, mengapa dia bisa suka pada si Jonas itu? Memang sih Jonas tampan, keluarganya juga kaya, tetapi anaknya brengsek!" umpat Jonathan Hubertus kesal.

"Oh ya? Brengsek bagaimana maksudmu?" tanya Alexandra Weren penasaran.

"Jonas Clemens terkenal suka berganti kekasih. Dan parahnya lagi, dia tidak tahan pada wanita cantik yang menggoda, hahaha. Sudahlah, itu urusan Iris, aku pun tak peduli. Alexa, sebaiknya lekas kamu bawa dokumen yang harus aku tanda tangani ke mejaku!" pinta Jonathan Hubertus sebelum membalikkan badan dan masuk ke kantornya.

"Baik, segera saya siapkan," ujar Alexandra Weren.