Alexandra Werner sudah berdandan rapi, pagi itu dia mengenakan setelan span hitam dipadu dengan blezer warna senada. Alexandra Werner sengaja memilih kemeja dengan warna peach untuk hari yang menyenangkan itu.
Dipakainya sepatu hak tingginya, lalu disambarnya tas kerjanya. Alexandra Werner tidak sempat sarapan pagi itu karena dia sudah bisa terlambat sampai di kantor. Semalam Alexander Werner memang tidak bisa tidur, karena sangat gembiranya dia mendapatkan promosi menjadi sekretaris orang nomor dua dalam perusahaan. Namun, selain rasa senang itu, ada hal yang lebih menyenangkan bagi Alexandra Werner. Apalagi jika bukan bertambah majunya semua yang direncanakannya.
Semalaman Alexandra mencoba menyusun kembali rencananya. Dia banyak mencari informasi dari internet juga tentang berbagai hal yang bisa mendukung rencana besarnya. Saking asyiknya dia berselancar dalam dunia impiannya itu, membuat Alexandra Werner pun tidur sampai lewat tengah malam. Alhasil pagi ini dia terlambat bangun dari tidurnya. Alexandra Werner sama sekali tidak ingin terlambat ke kantor pada hari pertamanya bertugas menjadi sekretaris pribadi Jonathan Hubertus. Alexandra Werner tidak ingin kesan bos barunya menjadi jelek pada dirinya.
Alexandra Werner pun bergegas membuka pintu flatnya dan terburu-buru menguncinya. Jarak dari flatnya ke kantor lumayan jauh. Alexandra Werner menggunakan kereta bawah tanah sebagai alat transportasinya. Dia harus berlari untuk mencapai U-Bahn terdekat jika tidak ingin terlambat sampai di kantor.
Alexandra Werner baru mencapai tangga paling bawah dan hendak ke luar dari pintu lobby ketika dilihatnya seseorang yang dikenalnya sedang berdiri tepat di bawah tangga. Alexandra Werner terkejut bukan main melihat pemuda gagah itu berdiri di sana sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kerjanya.
"Selamat pagi, Nona Werner," sapa Jonathan Hubertus sembari mengembangkan senyum manisnya.
"Oh, Tuan Hubertus. Ah, maaf saya sangat tidak sopan. Apakah yang tuan lakukan di flat ini?" tanya Alexandra Werner mendekati Jonathan Hubertus.
"Bukan apa-apa, aku hanya mampir untuk mengajak sekretaris baruku berangkat ke kantor," ujar Jonathan Hubertus santai.
"Ah, anda jadi repot karena menjemput saya, Tuan. Sebenarnya saya sudah biasa berangkat sendiri menggunakan kereta, jadi anda tidak perlu repot-repot menjemput saya." Alexandra Werner berkata sambil menyibakan bagian depan rambutnya yang jatuh menutupi matanya.
"Aku sama sekali tidak repot, Nona Werner. Mari kita segera berangkat!" ajak Jonathan Hubertus mengulurkan tangannya pada Alexandra Werner.
"Baiklah." Alexandra Werner pun menerima uluran tangan pemuda yang menjadi bosnya itu.
Mereka berjalan menuju mobil Jonathan Hubertus yang terparkir tepat di depan flat.
"Silakan!" Jonathan Hubertus membukakan pintu untuk Alexandra Werner.
Alexandra Werner merasa kikuk untuk beberapa saat, tetapi detik berikutnya dia sudah duduk nyaman di dalam mobil Jonathan Hubertus. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota Wina yang lengang. Sepanjang jalan, Alexandra Werner memusatkan pandangannya ke samping dan memandang bangunan toko dan perkantoran yang berderet rapi.
Tidak ada yang berkata-kata selama dalam perjalanan. Masing-masing dari mereka sibuk memikirkan apa yang ada dalam pikiran mereka.
Tiba-tiba mobil menepi tepat di depan sebuah restaurant kecil yang bernuansa vintage. Alexandra Werner bingung, namun tidak berani bertanya lebih jauh. Jonathan Hubertus memarkirkan mobilnya.
"Kita sarapan dulu di sini. Tadi aku belum sempat sarapan, dan aku yakin Nona Weren pun belum sempat sarapan juga 'kan?" ujar Jonathan Weren tersenyum.
"Yeah, memang,"jawab Alexandra Werner tersipu malu.
"Baiklah mari kita turun!" kata Jonathan Werner.
Alexandra Werner segera membuka pintu dan turun dari mobil. Dia tidak ingin Jonathan Hubertus mendahuluinya dan membukakan pintu baginya. Mereka berjalan bersama masuk ke dalam restaurant dan mengambil tempat duduk di sudut paling belakang.
Seorang pelayan mendekat sambil membawa buku menu. Beberapa saat kemudian Alexandra Werner dan Jonathan Hubertus sudah memutuskan menu yang mereka pesan. Sambil menunggu pesanan mereka dibuat, kedua orang itu pun mengobrol ringan.
"Tuan Hubertus, terima kasih sudah menjemput dan mengajak saya makan," tutur Alexandra Weren sungguh-sungguh.
"Ah, tidak seberapa itu sih. Oh ya, biar lebih akrab dan nyaman, mulai saat ini panggil saja Jonathan."
"Aduh, saya mana berani, Tuan," ucap Alexandra Weren bingung.
"Kok tuan lagi? Bukankah aku sudah bilang panggil aku Jonathan saja, titik!" ujar Jonathan Hubertus tegas.
"Lagipula, kamu dan aku paling hanya terpaut satu tahun, jadi apa salahnya kita saling panggil nama saja?" sambung Jonathan Hubertus lagi.
"Baiklah jika itu keinginan anda," kata Alexandra Weren akhirnya.
Pesanan mereka datang, pembicaraan antara mereka pun terhenti sementara. Pelayan mempersilakan kedua tamunya dan beranjak pergi meninggalkan meja Jonathan Hubertus dan Alexandra Weren.
"Ok, terima kasih," ucap Jonathan Hubertus hampir bersamaan dengan Alexandra Weren.
"Yuk, kita makan!" ujar Jonathan Hubertus.
Alexandra Weren mengoleskan unsalted butter di atas rotinya lalu menuangkan madu ke atas roti tersebut.
"Kamu lebih suka unsalted butter rupanya?" ujar Jonathan Hubertus dengan mulut penuh daging ham.
"Yeah, aku kurang suka rasa asin," kata Alexandra Weren.
"Hum, mungkin kamu diet ya?" tanya Jonathan Hubertus lagi.
"Ah, tidak juga. Biasa saja sih," tutur Alexandra Weren.
Alexandra Weren mulai menggigit rotinya sedikit demi sedikit. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Jonathan Hubertus barusan ada benarnya juga. Alexandra Weren memang harus menjaga pola makannya dengan ketat. Wanita cantik itu memiliki tipe badan yang mudah gemuk jika kelebihan kalori maupun lemak. Alexandra Weren menyadari betul tipe tubuhnya itu, maka sebisa mungkin dirinya akan benar-benar menjaga pola makan serta rajin olah tubuh.
Tubuh Alexandra Weren yang sexy itu tidak didapat dengan mudah. Alexandra Weren harus berjuang dengan keras sampai bisa mendapatkan tubuh yang body goals semacam itu. Selain bentuk tubuhnya yang aduhai, kecantikan dan kecerdasannya turut menambah poin plus bagi diri wanita tinggi langsing itu. Maka wajar jika banyak kaum adam yang menaruh hati padanya. Bahkan bukan hanya laki-laki single saja yang diam-diam jatuh cinta pada Alexandra Weren, tetapi beberapa laki-laki yang sudah berumur dan mempunyai keluarga pun jatuh dalam pesonanya. Tetapi, Alexandra Weren sama sekali tidak berniat membuka hati pada para lelaki itu. Sampai detik ini dirinya belum menemukan laki-laki yang mampu meluluhkan hatinya. Hal itu bukan karena Alexandra Weren tidak mau mencari, namun memang dalam hati dia sudah bersumpah tidak akan jatuh cinta sebelum semua tujuannya tercapai.
Bahkan, papa dan mama Alexandra Weren sampai khawatir memikirkan sang anak yang tidak mau serius mencari pasangan hidup, atau setidaknya seorang kekasih. Memang sih di usianya yang masih terbilang muda itu, Alexandra Weren masih banyak kesempatan untuk mencari pasangan hidup. Namun demikian, fokus utama wanita cantik itu tak lain adalah mewujudkan visinya terhadap keluarga Victor Hubertus.