Chereads / Wanita Berhati Dingin / Chapter 5 - BAB 5 Alexandra Werner

Chapter 5 - BAB 5 Alexandra Werner

Alexandra Werner turun dari taxi tepat di depan kantornya. Hari ini merupakan hari pertama bagi Alexandra Werner untuk bekerja di perusahaan ekspor impor milik Victor Hubertus, seorang pengusaha yang terkenal dan kaya raya. Alexandra Werner merasa sangat beruntung bisa diterima bekerja di perusahaan tersebut, dia yang berasal dari desa kecil di pinggiran wilayah Salzkammergut bisa diterima di sebuah perusahaan besar seperti ini.

Alexandra memasuki lobby kantor dan mendekati meja receptionist.

"Hai, aku Alexandra Werner. Aku ada janji temu dengan Martin Peter," kata Alexandra sembari tersenyum manis.

"Oh, ya. Tadi Tuan Peter sudah berpesan pada saya. Mari saya antar anda ke ruangan Tuan Peter." Sang receptionist yang bernama Julia Hend melangkah lebih dulu.

Di belakangnya, Alexandra Werner pun mengikutinya.

Julia Hend mengetuk pintu ruang kerja Martin Peter dan membukanya.

"Tuan Peter, Nona Alexandra Werner sudah tiba," kata Julia Hend di ambang pintu.

"Ok, persilakan Nona Werner masuk!" ujar Martin Peter.

Julia Hend pun mempersilakan Alenxandra Werner masuk, kemudian dia menutup pintu kantor dan pergi.

"Mari mari, silakan Nona Werner! Duduklah di sofa, nyamankan diri anda," tutur Martin Peter ramah.

"Terima kasih." Alexandra Werner pun mengambil tempat duduk di dekat meja kecil berisi vas bunga.

Martin Peter duduk tepat di hadapan Alexandra Werner. Laki-laki berusia empat puluh tahun itu menatap Alexandra Werener tanpa berkedip. Dalam pandangan Martin Peter, wanita yang duduk tepat di hadapannya itu sangatlah cantik dan mempesona. Layaknya seorang bidadari jelita yang bertabur pesona. Tubuh tinggi dan sexy, kulit putih mulus bagai pualam, senyum yang merekah dari bibir yang teramat sexy, rambut ikal sebahu yang pas dengan postur tubuhnya, ditambah lagi tahi lalat yang bertengger di atas bibir sebelah kanannya, sungguh semua itu menambah kecantikan dan kesempurnaan Alexandra Werner.

Alexandra Werner merasa tidak nyaman mendapat tatapan sedemikian rupa dari laki-laki di hadapannya itu. Dengan langkah berani, Alexandra Werner pun berdehem untuk menyadarkan Martin Peter.

"Oh, maaf. Waduh, saya mohon maaf, Nona. Maklumlah saya terpesona oleh kecantikan Nona Werner, hehehe," ujar Martin Peter.

"Terima kasih. Pujian anda terlalu tinggi bagi saya, Tuan Peter," jawab Alexandra Werner tersipu malu.

"Nah, Nona Weren_"

"Panggil saja Alexandra," ucap Alexandra Werner sembari tersenyum penuh arti.

Martin Peter yang mendapat senyuman super manis itu pun tak mampu membantah perkataan wanita cantik di hadapannya itu.

"Baiklah, Nona Werner, oh maksud saya Nona Alexandra. Oh ya, hari ini anda bisa mulai bekerja ya. Tugas anda di sini adalah sebagai sekretaris saya. Tentunya anda sudah memahami betul 'kan apa saja tugas seorang sekretaris?" tutur Martin Peter dengan pandangan nakal.

Alexandra Werner pura-pura tidak paham akan arti pandangan Martin Peter.

"Tentu saja. Saya akan berusaha sebaik mungkin dalam bekerja, kebetulan saya juga menguasai semua ilmu perkantoran, Tuan. Jadi, Tuan tidak perlu meragukan kemampuan saya," ujar Alexandra Werner tersenyum.

Martin Peter menggerutu dalam hati, pancingannya gagal. Tetapi, tidak apalah, bukankah masih banyak waktu untuk dirinya bisa mengajak Alexandra Werner naik ke tempat tidur. Memang kalau saat ini ya jelas terlalu gegabah dan terburu-buru, pikir Martin Peter.

"Baiklah, Nona Alexandra. Saya akan panggil Nona Julia Hend dulu, agar dia bisa menunjukan padamu di mana meja kerjamu, Nona." Martin Peter pun melangkah mendekati meja kerjanya dan menekan interkom.

Setelah Martin Peter bicara pada Julia Hend, dia kembali lagi duduk di hadapan Alexandra Werner.

"Saya tidak menyangka Nona Alexandra begitu cantik," ujar Martin Peter tanpa ditutup-tutupi.

"Ah, Tuan Peter bisa saja, tetapi saya mengucapkan terima kasih atas penilaian anda," jawab Alexandra Werner tersenyum malu.

Tiba-tiba pintu diketuk dan terbuka. Martin Peter dan Alexandra Werner menoleh ke arah pintu secara bersamaan.

"Oh, Tuan Jonathan!" kata Martin Peter langsung berdiri menyambut pemuda tampan yang gagah itu.

Alexandra Werner mengernyitkan dahinya.

Di belakang pemuda itu menyusullah Julia Hend yang sekarang bengong di ambang pintu.

"Oh, eh, maaf. Saya tidak melihat kedatangan Tuan Jonathan," ujar Julia Hend menganggukkan kepalanya sambil berjalan mundur.

"Julia, tetaplah di sini! Aku cuma sebentar kok," kata pemuda gagah itu.

Julia Hend pun mengurungkan niatnya untuk melangkah pergi, dia tetap berada di ruang kerja Martin Peter. Pintu ruang kerja pun ditutupnya kembali, dan Julia Hend tetap berdiri di dekat pintu.

"Ada keperluan apa Tuan Jonathan kemari?" tanya Martin Peter dengan nada ramah.

Alexandra Werner mendadak jijik mendengar keramahan Martin Peter yang tidak tulus itu.

"Aku hanya mampir untuk mengingatkanmu tentang rapat besok. Dan, siapakah wanita cantik ini?" ujar pemuda itu sambil menatap Alexandra Werner.

"Ah, mari saya perkenalkan. Ini Nona Alexandra Werner, sekretaris saya yang baru. Dan ini Tuan Jonathan Hubertus, tuan muda anak pemilik perusahaan ini," tutur Martin Peter memperkenalkan mereka berdua.

Alexandra Werner tersenyum manis sembari berdiri dan menyalami Jonathan Hubertus.

"Wah, wah, ternyata kau memilih seorang gadis cantik untuk menjadi sekretarismu. Hai, Nona Weren, apakah kau senang bekerja di sini?" tanya Jonathan Hubertus yang langsung menempatkan diri di sofa yang terletak tepat di hadapan Alexandra Werner.

Martin Peter pun turut duduk di samping Jonathan Hubertus.

"Well, tentu saja saya sangat senang bisa diterima di sini. Apalagi perusahaan ini 'kan merupakan perusahaan yang sangat maju, saya bisa banyak belajar dan memperolah pengalaman di sini," tutur Alexandra Werner.

"Dan jangan lupa, kau juga akan mendapat gaji yang layak di sini!" ujar Jonathan Hubertus tersenyum.

"Terima kasih atas kemurahan hati Tuan Jonathan Hubertus pada saya," ucap Alexandra Werner santun.

"Baiklah, silakan kau ikut Julia!" ujar Jonathan Hubertus lagi.

"Baik, terima kasih." Alexandra Werner pun berdiri dan menganggukkan kepala pada Jonathan Hubertus dan Martin Peter.

Alexandra Werner mengikuti Julia Hend ke luar dari ruang kerja Martin Peter.

"Hai, Julia. Apakah Tuan Jonathan Hubertus juga bekerja di sini?" tanya Alexandra.

"Ya begitulah. Dia baru mulai di sini sekitar dua bulan lalu. Setelah lulus kuliah, dia mulai belajar menjalankan perusahaan ayahnya, Tuan Victor Hubertus," jawab Julia Hend.

"Jadi, apa posisinya dalam perusahaan?" kembali Alexandra bertanya.

"Tuan Jonathan menjadi wakil Tuan Victor Hubertus, jadi bawahnya langsung begitu," ujar Julia Hend lagi.

"Apakah Tuan Victor Hubertus ke kantor setiap hari?"

"Oh, tidak. Sejak Tuan Jonathan di sini, Tuan Victor paling ke sini hanya satu minggu sekali, kadang malah dua minggu tidak kemari. Oh, aku lupa bertanya. Dari mana asalmu?" ujar Julia Hend.

"Oh yeah, aku dari Hallstatt," jawab Alexandra.

"Wow, desa yang amat indah. Kabarnya film frozen terinspirasi dari situ, hehehe," kata Julia Hend.

"Bisa saja kau ini," ucap Alexandra.

"Ok, ini mejamu. Tepat di depan kantor Tuan Martin Peter. Apakah ada yang perlu aku bantu lagi? Jika tidak ada, aku akan kembali ke mejaku," kata Julia Hend.

Ok, terima kasih. Untuk saat ini cukup. Mohon bantuanmu jika aku mengalami kesulitan ya," tutur Alexandra tersenyum.

"Siap, aku akan ada untukmu. Sekarang aku tinggal ya." Julia Hend berlalu meninggalkan Alexandra di meja kerjanya.

Alexandra Weren tersenyum, sorot matanya mengisyaratkan sesuatu hal yang sulit diartikan.