Chereads / Wanita Berhati Dingin / Chapter 2 - BAB 2 Rencana Jahat

Chapter 2 - BAB 2 Rencana Jahat

Sudah dua bulan sejak Victor Hubertus meninggalkan Elena Gunther. Persiapan pernikahan Victor Hubertus dengan Nicole Meinrad sudah beres, tinggal menunggu waktu saja. Hari penikahan mereka akan dilangsungkan dua minggu lagi.

Selama dua bulan itu. Victor Hubertus tidak pernah mendengar kabar tentang Elena Gunther. Ketika satu bulan yang lalu Vinctor Hubertus sengaja mendatangi flat yang dulu ditempatinya bersama Elena, ternyata flat itu sudah berganti penghuni. Saat Victor Hubertus menanyakan pada si pengurus flat, sama sekali tidak ada informasi tentang Elena Gunther yang bisa diberikan oleh pengurus flat itu. Praktis, kini Victor Hubertus telah putus kontak dengan Elene Gunther.

Jika Victor Hubertus telah putus kontak dengan Elena Gunther, namun tidak demikian dengan Nicole Meinrad. Nicole yang mengetahui bahwa calon suaminya telah memiliki kekasih, tentu saja tidak mau tinggal diam. Nicole Meinrad harus memastikan Elena Gunther kelak tidak akan mengganggu rumah tangganya bersama Victor Hubertus. Maka, diam-diam Nicole Meinrad mengupah orang bayaran untuk mencari informasi tentang Elena Gunther.

Hari itu di kantornya, Nicole Meinrad kedatangan tiga tamu. Mereka adalah orang-orang yang dibayar oleh Nicole Meinrad. Kebetulan hari itu Victor Hubertus sedang tidak berada di kantornya, dia sedang menemui rekan bisnis bersama Benedito Meinrad, ayah Nicole sekaligus bosnya. Nicole Meinrad bersedia menerima Matheo Kion, Phineas Fabio, dan Marvin Norbert di kantornya.

"Jadi, apa yang kalian dapatkan?" tanya Nicole Meinrad membuka percakapan.

"Kami mendapatkan informasi mengenai Elena Gunther, Nona. Elena Gunther sekarang tinggal di desa Hallstatt, wilayah Salzkammergut. Dia hidup sendiri dan bekerja di salah satu tempat makan di situ sebagai juru masak," tutur Matheo Kion memulai laporannya.

Matheo Kion adalah penjahat bengis yang tidak kenal belas kasihan. Dia bersama rekannya, Phineas Fabio merupakan rekan kejahatan yang sudah cukup lama saling kenal. Mereka berdua sering keluar masuk penjara karena kasus-kasus kejahatan yang berbeda-beda. Matheo Kion dan Phineas Fabio tidak akan segan membunuh korbannya. Berbeda dengan kedua rekannya, Marvin Norbert adalah penjahat kelas teri yang masih terhitung baru. Sebenarnya, Marvin Norbert mempunyai pekerjaan di sebuah kantor percetakan kecil. Namun, karena gajinya tidak cukup untuk biaya berobat istrinya, maka dengan terpaksa dia mencari tambahan. Kebetulan Phineas Fabio adalah teman semasa kecil Marvin Norbert, sehingga ketika Marvin Norbert mengeluhkan tentang kesulitannya, tanpa segan Phineas Fabio mengajaknya bergabung. Karena terdesak untuk mendapatkan uang banyak dan secepatnya, maka Marvin Norbert pun bersedia.

"Ada hal yang lebih mengejutkan lagi, Nona!" ujar Phineas Fabio sembari menyunggingkan senyum.

"Apa itu?" tanya Nicole Meinrad penasaran.

"Elena Gunther ternyata sedang hamil besar. Menurut informasi yang kami dapatkan, usia kehamilannya sudah memasuki bulan ke sembilan, Nona," ujar Phineas Fabio lagi.

Nicole Meinrad terkejut bukan main mendengar penuturan Phineas Fabio. Nicole Meinrad sama sekali tidak menyangka jika Elena Gunther hamil. Selama ini Victor Hubertus sama sekali tidak pernah menceritakan hal itu pada dirinya. Nicole Meinrad yakin bahwa anak yang ada dalam kandungan Elena Gunther adalah anak Victor Hubertus, calon suaminya. Ah, Nicole Meinrad tidak mau ada masalah dikemudian hari. Nicole Meinrad juga tidak mau jika kehormatan keluarga besarnya yang selama ini berstatus sosial tinggi akan hancur. Nicole Meinrad tidak mau orang-orang tahu bahwa calon menantu keluarga Meinrad adalah laki-laki yang telah memiliki anak dengan wanita lain.

Nicole Meinrad harus melindungi martabat dan kehormatan keluarganya. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Nicole Meinrad pun memperoleh jalan keluarnya.

"Apakah kalian ingin uang yang lebih besar lagi?" tanya Nicole Meinrad dengan tatapan tajam tertuju pada ketiga orang yang duduk di hadapannya itu.

Ketiga orang itu pun saling berpandangan satu sama lain, kemudian mereka pun saling mengangguk.

"Kami mau, Nona. Tugas apa lagi yang harus kami selesaikan untuk anda?" tanya Matheo Kion.

Nicole Meinrad menimbang-nimbang sebentar lalu berkata, "Aku ingin kalian menculik dan membunuh Elena Gunther beserta bayi dalam kandungannya itu!"

Matheo Kion dan Phineas Fabio mengangguk sambil menyeringai memperlihatkan wajah bengis mereka. Namun tidak demikian dengan Marvin Norbert, dia terbelalak mendengar perkataan Nicole Meinrad yang terdengar sangat kejam di telinganya.

"Itu sih mudah, Nona. Yang penting bayarannya cocok, hahaha!" ujar Matheo Kion.

"Tentang bayaran itu sih gampang! Yang penting aku mau pekerjaan kalian bersih, jangan sampai ada yang menghubungkan kematian Elena dengan aku!" ujar Nicole Meinrad serius.

"Siap, Nona!" sahut Matheo Kion dan Phineas Fabio bersamaan.

"Dan satu lagi," kata Nicole Meinrad.

"Apa itu, Nona?" tanya Matheo Kion heran.

"Aku harus memastikan dengan mata kepalaku sendiri bahwa Elena Gunther dan bayinya sudah tewas!" kata Nicole Meinrad tajam.

"Itu sih beres, Nona. Kami akan atur semua itu. Nanti kalau pekerjaan kami telah berhasil, Nona segera kami kabari," kata Phineas Fabio meyakinkan.

"Bagus, aku suka semangat kerja kalian! Sebentar, aku tulis cek untuk uang muka dulu."

Nicole Meinrad beranjak dari sofanya dan melangkah menuju ke meja kerjanya. Nicole Meinrad duduk di kursinya dan mulai mengambil buku ceknya lalu menuliskan sejumlah uang di situ. Nicole Meinrad menyerahkan selembar cek itu pada Matheo Kion yang menerimanya dengan senyum lebar. Metheo Kion dan Phineas Fabio membaca nominal yang tercantum pada cek itu, dan seketika senyum mereka berdua makin lebar.

"Ngomong-ngomong, kapan kami bisa mulai pekerjaan ini, Nona?" Tanya Matheo Kion sembari melipat cek dan memasukkannya ke dompetnya.

"Secepatnya! Aku ingin sebelum hari pernikahanku, pekerjaan kalian sudah beres," ucap Nicole Meinrad tegas.

"Itu artinya kami hanya punya waktu kurang dari dua minggu. Itu sudah cukup banyak untuk kami, Nona. Ok, kalau begitu kami pamit dulu, Nona." Matheo Kion berdiri dan menyalami Nicole Meinrad.

Phineas Fabio dan Marvin Norbert pun ikut berdiri dan melakukan hal yang sama pula. Mereka bertiga ke luar dari kantor Nicole Meinrad dengan wajah sumringah, kecuali Marvin Norbert yang masih terlihat takut dan cemas.

"Hei, Marvin, mengapa kamu dari tadi hanya diam?" tegur Phineas Fabio ketika mereka bertiga sudah berada di dalam mobil yang melaju di jalan raya.

"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya terkejut saja melihat nominal dalam cek tadi," kata Marvin Norbart beralasan.

"Hahaha, itu belum seberapa, Vin. Nanti kalau pekerjaan kita sudah beres, akan lebih banyak lagi uang yang kita dapat. Kamu tidak rugi 'kan ikut kami? Uang bagianmu nanti bisa kamu gunakan untuk pengobatan istrimu," kata Phineas Fabio tersenyum lebar.

"Iya, Phin," kata Marvin Norbert singkat.

Mobil yang mereka tumpangi pun melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan Kota Wina yang lengang. Mereka bertiga membicarakan rencana untuk menculik dan membunuh Elena Gunther. Di sela-sela obrolan itu, terkadang tawa mereka pun terdengar. Bagi mereka, melakukan sebuah kejahatan semacam itu bukanlah hal yang menakutkan, justru itu merupakan hal yang menyenangkan.