Dalam perjalanan, Indri terus memancing ku untuk bercerita tentang Rio, Indri begitu penasaran dengan Rio.
"Lenn. Sumpah gw penasaran banget, kok bisa tuan putri yang galau ini dipertemukan dengan pangeran kodoknya." Goda Indri, sekaligus memancingku bercerita tentang Rio.
"Ihhh. Kepo banget, sih..nanti kalau udah cocok aku ceritain semuanya" jawabku.
"Ya, deh...tapi inget gue harus jadi orang pertama yang Lo ceritain tentang si Rio itu."
"Iya,iya… bawel. Lagian yg gua anggap keluarga itu cuman Lo ndri." Sembari ku memegang muka Indri.
"Janji, ya." Sembari iya menurunkan tanganku. Dan meminta aku tuk salam kelingking. Untuk janji satu sama lain.
***
Beberapa saat kami sampai di depan apartemen ku.
"Dah sampai ni….ibu ratu dan tuan putri," goda Samuel, sembari menyungging senyum ke kami, layaknya pengawal kerajaan.
"Terima Kasih, ajudanku" Indri sambil menyunggingkan senyumnya.
"Pengawal tidak membukakan pintu ni? Timpal Indri lagi
"Ah males…" timbal Samuel. Ketika Indri meminta dibukakan pintu.
"Kok gitu pak pengawal?" Goda Indri kembali.
"Ndk ada gajinya, ibu ratu" jawab Samuel
"Nanti iu ratu kasi jatah" jawab Indri. Dengan wajah menggoda.
"Ihhhh. Pembahasan liar dah ini." Aku menyela percakapan mereka.
"Jomblo panas, yank" Indri membalasku.
"Hahahaha, bentar lagi lo juga bakal kayak kami Lennn." Goda Samuel juga kepada ku.
"Yaudah, gue keluar aja takut ganggu keromantisan kalian. Dan makasih tumpangan kalian ya." kataku seraya menyunggingkan senyum. Dan aku keluar dari mobil Samuel. "Iya lenn, sama-sama" mereka serempak menyaut.
Dan aku langsung berjalan masuk ke apartemen ku. Dan rebahan di ranjang kesayangan. Namun dalam benakku ketika ketika badanku sudah terlentang di atas ranjang ku. Aku sedikit merasa bersalah dengan sikapku tadi tak seharusnya aku kesal, dan agak judes ketika Indri dan Samuel bermesraan tadi.
Ya aku tau mereka hanya menggodaku tapi aku juga tidak merasa nyaman dengan hal intim seperti itu, karena hal yang bersifat pribadi seperti itu cukup menjadi privasi saja. Aku mengerti, Indri hanya menggodaku dan menunjukan keromantisan mereka tapi entah kenapa aku merasa terganggu dengan tingkah mereka. Mungkin karena aku sedang PMS juga. Entahlah atau apa tapi aku hanya tidak nyaman dengan hal-hal seperti itu.
"Astaga, nanti malam kan gw ada janji sama Rio"
Ingatku. Aku lansung terbagun dari ranjang ku. Dan bersiap-siap mandi dan berdandan dan menunggu Rio menghubungiku. Setelah mandi, aku memilih dress yang sesuai dong. Supaya tidak membuat Rio malu nantinya. Entah kenapa aku ingin tampil bagus di depan Rio dan juga ingin terlihat menawan di depan Rio. Iya. Ini hanya balas budiku kepada Rio, karena sudah berbaik hati mengutus sopir yang baik dan mengantarkan aku sampai kampus bak tuan putri.
Nada dering handphone ku tiba-tiba berbunyi.
"Halo, siapa ya?" Tanyaku. Kebetulan nomornya belum di save.
"Halo, ini aku Rio, lenn. Malam ini, kita diner kan?" Tanya Rio, tanpa basa basi panjang.
"Iya, boleh" jawabku halus
"Ya udah, aku langsung jemput kamu" jawabnya
"Iyaa.." jawabku
"See you, bay"__Rio. Dan memutuskan telepon.
Setelah Rio mematikan telepon, aku berulang kali berjalan di depan cermin, memastikan kalau penampilan aku sudah pas dan cukup enak tuk di pandang.
Tiba-tiba notifikasi pesan handphone ku berbunyi."aku udah di depan nie" pesan dari Samuel.
Tanpa pikir panjang aku langsung berjalan keluar untuk menemui Rio
"Kamu cantik banget, lenn" Rio menatapku tajam.
"Makasih," senyumku ku tersungging ke Rio.
Melihat tatapan Rio kepadaku, tiba-tiba hatiku berdebar begitu hebatnya. Aku juga bingung dengan perasaanku sendiri, kenapa hatiku berdebar kencang seperti ini. Aku berusaha berjalan seperti biasa agar terlihat biasa saja oleh Rio.
"Kita diner dimana?" Tanyaku sembari menghampiri Rio
"Malam ini kamu ikut aku, percaya sama aku, aku tidak akan membuat kamu kecewa dimalam pertama kita diner" kata Rio berantusias seraya menyunggingkan senyum manisnya.
"Iya" kataku, sembari tersenyum.
Rio mem bukakan aku pintu seperti sopirnya tadi pagi. Seraya berkata.
"Silahkan masuk" Rio membukakan badannya dan mempersilahkan aku masuk mobil tepat di sebelahnya.
"Terimakasih" seraya aku tersenyum. Dan memasuki mobil. Setelah aku masuk. Rio berjalan masuk mobil juga.
Dalam perjalanan kami mengobrol satu sama lain, berusaha mengenal satu sama lain dan bercerita banyak hal. Tentang hobinya Rio yang suka membantu kegiatan-kegiatan sosial, tour club motor gedenya dan traveling ke berbagai destinasi wisata indah di Indonesia yang pernah ia kunjungi.tentunya, semua hobi itu dia lakukan kalau urusan kantor tidak begitu padat dan perjalanan memantau anak-anak perusahaannya di beberapa kota yang lain.
Ya…. Rio juga bercerita dia hanya pegawai dari ayahnya yang kebetulan sebagai pemilik perusahaan tempat dia bekerja, dan dia harus profesional layaknya karyawan yang lain karena dia digaji ayahnya.
***
Setiba kami di restoran, aku cukup tercengang sedikit. Soalnya aku tak menyangka bakal di ajak ke restoran mewah seperti ini. Untung saja tadi aku benar-benar mempersiapkan dengan mateng.
"Kita makan disini?" Tanyaku ke Rio
"Iya, lenn. Kenapa? Kamu tidak suka aku ajak kesini?" Tanya Rio dengan tersenyum
" Ndak, iooo. Aku suka tapi…"
"Ndk usah tapi, kalau kamu suka. Kita langsung masuk aja, gak usah mikir yang macem-macem" kata Rio sambil tersenyum.
Rio langsung membukakan pintu mobilnya. Sekali lagi ia melakukannya layak seorang pengawal yang membuka ratunya.
"Ayo, Len kita masuk" ajak Rio, dengan tersenyum kepadaku.
"Ini pak" Rio memberikan kunci mobilnya ke satpam yang berjaga di restoran itu untuk menaruh mobilnya di parkiran.
Ketika aku masuk ke dalam restoran itu aku terkejut. Dengan Suasana restoran yang sudah ditata dengan romantis, pencahayaan yang redup namun indah dengan bunga-bunga mawar di sekitar meja yang akan menjadi tempat duduk kami sudah tertata rapi dengan makanan menu-menu spesial restoran dan tentunya ditengah meja itu ada sebuah lilin yang begitu indah. Musik romantis yang dimainkan dan para pelayan restoran menyambut kami dengan senyuman begitu hangat dan ramah. Aku tidak menyangka Rio memesan restoran itu hanya untuk kita berdua. Aku benar-benar diperlakukan begitu sempurna, bagaikan seorang ratu.
"Malam ini, restoran ini aku pesan khusus untuk kita berdua. Aku tidak ingin satupun mengganggu kita" Rio menjelaskan keadaan restoran yang khusus untuk menyambut kami saja.
"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini iooo" kataku sembari tersenyum.
"Iya nggak apa-apa, kalau sama kamu, semuanya harus spesial lenn" jawabnya dengan senyum.
"Iya, makasih untuk semuanya, iooo" jawabku
Aku hanya bisa membalas Rio dengan ucapan terimakasih, dan tersenyum aku tidak tahu harus membalasnya dengan apa lagi. Cara dia memperlakukan bak seorang ratu sedikit demi sedikit membuatku mulai membuka hati kepadanya.
Mungkin sudah saatnya aku membuka hati. Setidaknya sebagai pengingat ku dan memberikan aku motivasi dan lebih bersemangat untuk menjalani kehidupan ini. Aku tidak bisa berbohong aku juga butuh untuk berbagi cerita dan tentunya kepada seseorang yang bisa mengerti keadaanku dan memahamiku. Meskipun aku tau belum tentu Rio bisa memahamiku tapi aku percaya dia akan berusaha untuk memahamiku.
Setidaknya ini sebagai alasanku untuk menerima Rio. Perlakuan dia yang begitu spesial, berhasil membuatku berpikir dia akan cocok menjadi teman, dan pendamping hidupku.