Hari ini memang cukup melelahkan dan juga menyenangkan, sebab bercerita dengan Indri dan hangout bareng Indri bisa dikatakan cukup langka. Sebelum berpacaran dengan Samuel. Aku dan Indri bagaikan sepasang sepatu yang selalu bersama meskipun kami jauh sekali berbeda dalam mengambil sudut pandang tentang cinta. Aku menganggap yang berurusan dengan cinta hanya akan menjadi penyakit kegagalan dalam mengejar nilai akademik yang bagus.
Namun Indri berbeda hidup tanpa cinta dan lelaki layaknya rembulan purnama tanpa sinar yang terang. Gelap gulita, tiada semangat dan harapan. Katanya padaku sesekali melihatku hanya fokus pada organisasi dan nilai akademisi.
Indri juga sebelum mengenal Samuel dulunya bagai pawang bagi para buaya jantan. Namun sekarang, mereka seperti pawang dan buaya dalam pertunjukan sirkus. Dimana mereka memberikan rasa cinta dan kenyamanan sebagai dasar mereka untuk menunjukan cinta yang indah layaknya tontonan sirkus yang banyak digemari orang-orang yang mendambakan cinta sejati di dunia nyata.
Setidaknya inilah referensi untuk merubah cara pandang ku melihat cinta dari sudut pandang yang berbeda.
Dan latar belakang yang mendasari pemikiran ini. Tidak lain karena asupan cinta dari kedua orang tuaku sudah tidak dapat aku rasakan lagi.
Aku berharap Rio bisa mencintaiku seperti Samuel mencintai Indri. Karena Rio merupakan Lelaki satu-satunya yang kuanggap dan yang akan aku izinkan mengisi, menghibur dan mengobati rasa kekosongan yang ada di dalam hatiku.
Dan aku sore ini hanya rebahan di apartemen, melepaskan sedikit lelah akibat berjalan mengelilingi mall dan berteriak-teriak di ruangan karaoke tadi. Melihat sinar merah cahaya sunset yang indah perlahan tenggelam dalam dan merubahnya menjadi gelap.
Ahhh… malas sekali rasanya beranjak dari ranjang ku. Namun ku paksakan diriku untuk beranjak untuk berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badanku dari debu dan keringat kecilku saat tadi berjalan di mall.
Dengan langkah yang berat, aku berjalan melawan rasa malasku dan mengisi bathtub.
Rasa malas ini memang sempurna, ditambah mandi di bathtub dengan posisi terlentang menambah nikmatnya.
Ditengah menikmati kemalasanku di dalam bathtub. Tiba-tiba Rio menelpon.
"Hallo … jawabku" jawabku. Setelah mengangkat telepon dari Rio.
"Hallo … lagi ngapain lenn?" Tanya Rio
"Lagi di bathtub ni !" Jawabku.
"Pantesan suaranya agak menggema." Timbal Rio.
"Sibuk gak ?" Tanya Rio menambahkan.
" kebetulan gak sih !" Jawabku.
" Aku... ingin ajak kamu keluar, boleh?" Tanyanya dengan suara agak ragu.
" Iya boleh… kok kayak orang ragu ngajaknya? Tanya ku mendengar nada bicaranya.
" Aku jemput. " Pinta Rio
"Iya " jawabku.
Aku berpikir dia mulai berhati-hati dalam bertindak dan tidak seagresif sebelumya. Yang tanpa ragu mengatakan cintanya.
Tapi wajar sih menurutku Rio mulai agak ragu mengajakku. Mungkin dia berpikir aku akan menolak ajakannya. Dan berpikir aku tidak tertarik dengannya.
Aku tidak ingin membuatnya berpikir seperti itu. Dan toh jua aku sudah mulai membuka hati ke Rio. Aku percaya dia, meskipun belum sepenuhnya. Tidak ada alasan sih untuk menolak Rio. Rio baik. Bahkan baik banget menurutku, pengertian, sabar dan menurut Indri Rio keren. Mungkin aku juga mulai berpendapat Rio itu keren.
Ah… masa ini namanya cinta. Padahal dulu Rio biasa saja di mataku. Dalam kamus ku semua lelaki itu aku anggap sama. Kecuali ada beberapa golongan lelaki yang tidak banget deh untuk aku ajak bicara, pertama lelaki itu bau badan, kedua tidak rapi dan ketiga tidak bisa mengimbangi ku dalam berdiskusi dan beradu argumen.
Dan syukurnya Rio tidak termasuk pengecualian ku tadi. Rio enak diajak bicara dan paling penting nyambung dan bisa diajak diskusi. Memang berkenalan dengan bos perusahaan itu tidak salah. Selain dia cerdas dan pintar dia juga akan bisa menjadi panutanku untuk membangun karir ku.
Setelah mengakhiri telpon dari Rio rasa malasku langsung hilang. Aku sesegera mungkin untuk selesai mandi dan berdandan.
Agar ketika Rio datang. Rio tidak lama-lama menunggu ku.
Jelang beberapa menit. Suara notifikasi pesan handphone ku berbunyi "aku sudah diluar " pesan Rio melalui massage. "Oke aku kesana" balasku.
Ketika aku keluar dia sudah berdiri di samping mobilnya dan menatapku tanpa kedipan dan tersenyum lebar dan manis.
"Kamu cantik sekali" sambutnya dengan senyuman manisnya.
Aku juga membalas senyumannya. " Makasi ".
Ketika aku berjalan menghampiri Rio. Rio langsung membukakan pintu mobilnya dan menyuruh dan membantuku masuk. Dia benar-benar tidak berubah dan malah semakin menambah perhatiannya. Aku menjadi semakin yakin sama Rio dan percaya dia adalah malaikat kiriman tuhan yang diutus untuk menggantikan kedua orang tuaku.
Setelah dia membantuku masuk mobil. Dia langsung bergegas masuk mobil.
"Lama ya nunggunya ?" Dia membuka obrolan.
"Ng...gak" jawabku
"Sorry tadi macet dijalan!" Jelasnya
"Iya, gak apa-apa kok" jawabku.
"Sekarang, kita mau ke mana ?" Tambahku bertanya.
"Hmmm...kemana ya?" Jawabnya
"Tapi sebelum kita jalan. Aku pengen kamu tutup mata deh lenn..." tambahnya.
"Buat apa?" Tanyaku dengan nada agak takut
"Gak ah nanti kamu apa-apain aku! Jawabku dengan menyungging senyum
"Hahaha… mana aku berani. Ramai kayak gini. Malah nanti kamu menjauh dong dari aku. Katanya setelah melihat reaksiku.
" Iya… siapa tau kan! Jawabku dengan nada agak bergurau.
" Aku ada hadiah buat kamu. So sebelum aku kasih hadiahnya aku pengen kamu tutup mata dulu!" Serunya padaku.
Tanpa berpikir dua kali aku mengiyakan instruksi dari Rio. Setelah aku membuka mata entah dari mana bunga mawar dengan buket yang besar itu datang.
"Terimakasih…" aku menyunggingkan senyum
"Iya sama. Kamu tau kenapa aku kasih bunga ini? Tanya Rio.
"Iya kenapa? Tanyaku penasaran.
" Aku kasi barang mewah pasti kamu tolak. Jadi aku kasi mawar aja. Untung kamu senang " pungkas Rio. Menyungging senyum.
Aku hanya membalasnya dengan senyum saja. Jujur aku mulai senang ketika menerima hadiah dari Rio.
Dan setelah melihatku senang Rio mulai melajukan mobilnya. Kami malam ini mengelilingi malam dan indahnya kota Jakarta. Dan terus berjalan dan berhenti di restoran yang kemarin tempat dinner pertamaku dengan Rio.
Namun kali ini berbeda, wajah Rio benar-benar jauh lebih berseri-seri dan jauh lebih bahagia dari sebelumnya. Aku tidak tahu apa yang lagi dia nantikan atau kejutan apa yang akan dia berikan kepadaku dan atau mungkin ada rekan bisnisnya di dalam sana yang menunggu dengan nilai profit yang besar menanti.
Aku tidak tau aku hanya berusaha mengikuti Rio dan mengikuti alur yang sedang dipersiapkan Rio. Aku percaya sepenuhnya dengan Rio, karena terakhir kali aku ke sini aku benar-benar bahagia dengan kejutan yang dibuat Rio untukku. Meskipun waktu itu aku belum merasakan getaran cinta seperti sekarang ini. Namun usahanya dahulu membuatku sedikit membuka hati dan perlahan-lahan terus menjadi rasa sayang dan cinta.
Aku bahagia sekali dipertemukan dengan Rio meskipun pertemuan kami di klub malam.