Chereads / Mencari cahaya / Chapter 6 - 6. Berusaha membuka lembaran baru

Chapter 6 - 6. Berusaha membuka lembaran baru

Dalam perjalanan menuju tempat Rio, supir taksi mendapat sedikit kendala, lokasi yang dibagikan Rio mendapat sedikit eror yg menyebabkan kami nyasar dan menemukan jalan buntu.

"Kok jalan buntu pak!" Tanyaku agak sedikit gelisah ke supir taksi itu

"Aduh, Ndak tau juga, mbak!. ini udah sesuai dgn alamat temen mbak. kok?"tanya Supir taksi itu juga kebingungan sambil menunjukan google map itu.

"Ya...pak". Kataku

Aku langsung menelpon Rio. "Rio, jalan yang kamu kirim salah ni?" Tanyaku melalui panggilan telepon.

"Kok bisa?" Tanya Rio agak keheranan juga.

"Coba kirim ulang deh, kayaknya error." Pintaku ke Rio

"Ya….gw kirim ulang" seru Rio.

Setelah aku melihat lokasi yang dikirimkan Rio ternyata memang terjadi kesalahan karena lokasi yang dikirim Rio beda lima belas menit dari lokasi aku sekarang.

"Ya.. dah ketemu di sana. Nanti ko telpon lagi kalau sudah sampai sana" kataku. Aku menekan tombol merah bergambarkan telepon di HP ku. " ini jalannya pak kita" seruku supir taksi itu.

***

"Halo..Rio aku udah di depan ni."kataku

"Ya..tunggu, gue langsung turun nie" jelang beberapa menit, Rio muncul. Setelah rio terlihat keluar dari kaca mobil taksi itu, aku langsung membayar taksi itu, dan keluar untuk menemui Rio.

"Ayo masuk, lenn kita ngobrol di dalam aja! Pinta Rio. Mengajakku langsung masuk ke dalam kantornya. Rio mengajakku untuk berbicara di dalam ruangannya.

"Ayo, lenn…. Masuk!. Mau minum apa?" Pintanya sekaligus menawarkan aku minuman.

"Ada kopi, jus, atau apapun yang kamu, sebut aja dan jangan sungkan! senyum Rio menyungging di wajahnya

"Jus aja!" Kataku sambil mencari tempat duduk.

"Santai aja, lenn." Kata Rio. Sambil mempersilahkan aku untuk duduk di sofa empuk dimana dia sering menerima tamu pentingnya.

Setelah aku duduk, Rio berjalan ke meja kerjanya dan meraih telepon kantor. Dan menyuruh sekretarisnya membawakan jus dan secangkir kopi. Setelah ia kembali berjalan ke arahku dan mengambil posisi duduk. Tanpa pikir panjang aku langsung mengeluarkan jam tangan itu.

"Kenapa? Ini aku sengaja kasih buat kamu lenn." Rio dengan wajah ramahnya, mempertanyakan kenapa aku tidak menerima pemberian darinya.

"Bukan aku tidak menghargai pemberian kamu, tapi… kita aja baru kenal semalam, dan sekarang kamu sudah memberi aku hadiah yang begitu tidak masuk diakal untukku. Sebagai orang baru banget kamu kenal." Aku berusaha menjelaskan ke Rio dengan pelan, agar dia tak salah tangkap, dan berpikir aku orang yang sombong, menolak pemberian darinya.

"Aku kasih ke kamu, karena aku anggap kamu berhak dan cocok menggunakannya!, Jadi aku mohon kamu terima!" Ia berusaha merayuku agar mau menerima pemberiannya.

"Maaf, Rio, aku Gak bisa nerima ini." Pelan sekali aku menolaknya sambil tersenyum

"Ya udah, kalau kamu tidak mau terima hadiah dari aku ini. Aku tidak akan memaksamu untuk menerima ini. Tapi kalau nanti malam aku ajak kamu makan malam gimana, dan kali ini aku minta kamu juga jangan menolaknya. lenn.?" dengan wajah ramahnya.

"Ya...kita liat nanti, ya..." tanda aku tidak memberi jawaban yang pasti

setelah mendengar jawabanku itu. tak kusangka Rio berkata.

"Maaf ya, kalau kamu merasa tersinggung dengan hadiah yang aku berikan ini!"

"Ndk,kok" kataku. Dengan wajah tersenyum. Yang mengartikan tidak apa-apa.

"Tapi tawaranku untuk makan malam?" Tanya Rio

"Kita liat aja nanti. Nanti telpon aja aku pukul tujuh malam. Kalau aku tidak ada acara. Aku kabari kamu." aku tersenyum kepadanya.

"Oke" Rio tersenyum lega

"Kamu mau kemana? Habis ini!"

"Aku, ke kampus...aku mau menyelesaikan revisi dari dosen pengujiku."

"Oke, tapi biarkan sopirku mengantar kamu, lenn" pintanya

"Ndk usah, repot-repot. ioooo..!" dengan sedikit senyum. aku tak ingin merepotkan Rio

"Ndk apa-apa" Rio, menjawab ku.

"Please kali ini, terima ya. Aku merasa bersalah karena aku kamu sampai capek-capek ke kantorku."__ Rio kali ini agak sedikit memohon agar aku menerima tawarannya.

"Hmmm. Ya dh, boleh." Jawabku. dengan sedikit tersenyum. menolak kebaikan orang juga tak baik pikirku.

"Kalo gitu aku langsung pergi ya." Kataku

"Ya.... Tau jalan kan?" Tanya Rio, dengan nada melucu

"Ya." Kataku. seraya tersenyum.

Aku langsung berdiri dan permisi ke Rio. Dan Rio menyuruh sekretarisnya untuk mengantarkanku berjalan ke depan kantor. Setibaku dibawah, sopir sudah menungguku. Aku diperlakukan bak ratu oleh Sopir itu. membuka-kan aku pintu layaknya pengawal kerajaan yang mempersilahkan ratunya untuk memasuki kereta kencana. bahkan dalam perjalan sopir itu ramah sekali.

Itulah Rio, lelaki yang aku temukan di klub tanpa sengaja, yang selalu berusaha membuatku bak ratu, meskipun kita baru bertemu semalam. Yang aku herankan kenapa orang hebat tampan seperti Rio rela melakukan hal-hal semacam itu untukku. Dalam benakku ketika dalam perjalan menuju kampus. Kenapa dia bisa sebaik itu?, Kenapa dia seperhatian itu?, Kenapa dia mau berkorban sejauh itu? Padahal belum tentu aku akan sesuai dengan apa yang dia bayangkan. Pertanyaan-pertanyaan itu keluar begitu saja dalam benakku.

***

Tak lama setelah itu aku sampai ke kampus. Dan lagi-lagi supir Rio membukakan pintu mobil itu bak ratu. "Terimakasih, pak" aku melemparkan senyumanku ke sopir itu. Dia membalas tersenyum. Dan ketika aku sudah memasuki gerbang kampus. Baru sopir itu pergi. setelah sopir Rio pergi. aku berjalan masuk ke kampus dan memutuskan untuk menemui dosenku.

***

Aku langsung ke ruangan dosen-dosen pembimbing dan penguji ku untuk menyerahkan hasil revisi sidang kemarin. Dan ajaibnya mereka tidak terlalu banyak tanya seperti saat aku melakukan bimbingan dahulu. dan langsung menandatangani semua hasil revisiku. betapa bahagianya aku hari ini, bak keajaiban menyertaiku.

Sehabis mendapatkan tanda tangan aku berjalan ke akademik untuk menyelesaikan syarat-syarat untuk mendaftar yudisium dan wisuda. Selepas itu aku putuskan ke kantin untuk membeli beberapa minuman. Tak lama setelah aku memesan minuman. Tiba-tiba Indri datang bersama Samuel.

"Lo, sudah daftar yudisium? Tanya Indri sambil mencari tempat duduk di depanku

"Duduk sini, yank" Indri menyuruh Samuel untuk ikut duduk di sampingnya.

"Iya udah. kamu udah ndri?" kataku dan bertanya ke indri

"bagus dah. iya, ini aku baru selesai" __indri

"Nanti malam ke klub,yuk" ajak Indri padaku

"Ndak bisa gw!" Dengan tersenyum memelas ke Indri

"Emang Lo mau kemana?, Ntar sedih lagi Lo kayak kemaren" Indri berusaha mengajakku.

"Ndk bisa….gw mau makan malam sama Rio" jawabku

"Rio?! Yang kemarin di klub itu?" Tanya Indri kaget mendengar nama Rio keluar dari mulutku.

"Ndak sia-sia gw ajak Lo ke klub tadi malam….Lo malah dapat jodoh" Indri menggodaku.

"Sebenernya gw males ndri, tapi kagak enak gw sama Rio.." aku memasang wajah bingung. Antara mengiyakan ajakan Rio atau tidak.

"Udah jalan aja, siapa tau cocok. Kasian Lo juga. Lo butuh temen curhat dan perhatian kan sekarang lenn."

"Rio juga kelihatannya orang baik-baik lenn" lanjut Indri.

"Ya. Juga sih" kataku

"Gw sebenarnya juga kasian liat Lo mengurung diri terus Lennn" kata Indri

"Yayaya.." kataku. dengan sedikit kesal,. Indri senang sekali mengejekku jomblo. katanya sih mubazir wajah cantik kalau jomblo terus.

"Jadi, mau pergi diner atau mengurung diri?" Goda Indri lagi.

"Ya.. gue coba deh ikutin saran Lo ndri." Jawabku.

"Denger kan sayang, kita ndk sia-sia ajak allen keluar kemarin" meminta pendapat kepada Samuel pacarnya

"Ya benar juga kata Indri, udah saatnya kamu mulai lembaran baru, lenn.. keluar dari kesedihan Lo. Fokus menata hidup" tambah Samuel.

"Wih...sejak kapan jadi Socrates yank? Goda Indri ke Samuel.

"Ya.. aku sebenarnya bijak yank. Tpi gara-gara kamu ajak aku bar-bar terus jadi kata-kata bijak seperti tadi hanya keluar pada waktu yang tak disangka-sangka. hahaha" Tambah Samuel sambil tertawa.

"Balik yuk! Lo balik bareng kita. Lenn!" ajak Indri

"Iya" jawabku. tanpa pikir panjang.

Kami beranjak dari tempat kami. Dan pergi ke parkiran. Dalam perjalanan Indri terus bertanya. tentang Rio. Bagaimana ceritanya aku mau mengiyakan ajakan seorang lelaki yang tak lama aku kenal itu. Dan tiba-tiba mengajak makan malam. Aku hanya menjawabnya "nanti aku ceritain gimana-gimananya aku bisa diajak makan malamnya, bawel" kataku

"ihhh, gw penasaran sama Lo, kok bisa diajak makan malam sama cowok sekeren Rio? goda Indri lagi

"Keren?" tanyaku ke Indri

"iya keren. lenn!" Indri mengulang kata-kata nya

"ihh....jadi itu selera Lo? aku menngoda Indri balik

"hust...." Indri menyuruku mengecilkan volume bicaraku. "nanti Samuel cemburu, lenn"

"hahahahaha" kami tertawa bareng.

itu hanyalah pendapat Indri aku melihat Rio, biasa-biasa saja waktu itu. tapi Mungkin kalian sekarang akan menganggap aku sebagai wanita yang sok cantik. Yang tidak langsung mengiyakan ajakan Rio. Dan jual mahal menolak pemberian Rio. terserah kalian namun untuk jatuh cinta fisik bukanlah kriteria utamaku, pengertian dan mengerti akulah yang utama. kalau dapat yang ganteng itu bonus.

Pada dasarnya aku tidak ingin disibukkan dengan urusan cinta. Dan aku ingin fokus untuk mencari kerja untuk memenuhi kebutuhanku di Jakarta. karena Aku ingin kembali membantu para petani seperti mendiang ayahku. Dan bisa berbuat banyak untuk masyarakat desaku. Dan aku tau untuk bisa mewujudkan itu aku harus menjadi orang yang sukses. Tentunya dengan usahaku sendiri entah dengan cara apapun.