Pagi telah berlalu menjadi lebih terang, waktunya Rama dan Henry pergi kekampus. Kali ini mereka berdua datang bersamaan menggunakan mobil yang biasa digunakan Rama. Henry yang merasa dirinya sudah terlambat langsung berlari menuju gedung perkuliahannya meninggalkan Rama sendirian memarkirkan mobil. Memang tidak seperti biasanya, mungkin hari sedang berada disebuah waktu yang berkebalikan, Rama datang 2 jam sebelum perkuliahan dan Henry datang agak terlambat karena perubahan jadwan yang dialami Henry.
Sedang asyiknya berjalan menuju kantin yang bersebelahan dengan perpustakaan, Rama dikejutkan dengan pemandangan yang sangat lain dari biasanya. Rama coba dekati seseorang yang seperti ia kenali, orang itu memang sedang asyik membaca sebuah buku didalam perpusatakaan dan tidak memperhatikan kedatangan Rama.
"Bu Myra" sapa Rama menunjuk wanita berkemeja coklat dengan rambut belah tengah yang terurai ke belakang.
"Henry? Eh, siapa ya? Saya lupa" jawab Myra sambil terus mengingat.
"Rama, bu. Kok ibu disini? Ngajar disini ya? Wuiiih, udah jadi dosen aja bu" goda Rama memperhatikan guru SMAnya yang nampak lebih muda menggunakan baju biasa.
"Ah, kamu bisa aja. Saya kuliah disini, kamu kuliah disini juga?" tanya Myra.
"Bukannya ibu udah jadi guru, kuliah buat jadi dosen ya bu?" tanya Rama kebingungan.
"Nggak, kemarin kan saya cuma gantiin Bu Asa yang lahiran. Padahal saya daftarnya buat jadi staff TU, tapi disuruh ngajar. Untung bukan Mtk atau Bahasa Inggris, hehehehe" jawab Myra sambil sesekali tertawa kearah Rama.
Rama kaget melihat senyum Myra yang terlihat sangat manis dengan lesung pipit disebelah kirinya, senyum dan tawanya seakan mengajak Rama ikut tertawa bersama. Perasaan yang alami dialami oleh seseorang yang jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Ram, Rama" sapa Myra menyadarkan lamunan Ram.
"Oh, iya bu. Gimana?" tanya Rama dengan sedikit cengengesan.
"Kamu sakit? Kok wajahnya merah banget?" tanya Myra yang melihat pipi Rama berubah menjadi buah tomat yang segar.
Rama yang sadar bahwa dirinya tersipu malu mulai memberanikan diri menanyakan beberapa pertanyaan yang perlu ia tahu jawabannya untuk menentukan kelanjutan hubungannya.
"Oh, ya bu. Kalau boleh tau, ibu umurnya berapa sih?" tanya Rama sedikit berhati-hati.
"Kira-kira berapa menurut kamu?" tanya Myra menggoda Rama.
"Emmm, berapa ya? 20 atau 19 tahun gitu bu?" tanya Rama kurang yakin.
"19? Apa saya semuda itu kah? Hehehehe, saya udah 21 tahun" jawab Myra yang kembali menggoda Rama.
"Kan tadi ibu nyuruh saya nebak. Saya 19 bu, boleh nggak saya panggil Myra aja? Cuma beda beberapa tahun kan bu?" tanya Rama lagi.
"Ya boleh=boleh aja sih. Saya malah risih kalo dipanggil bu" jawab Myra lagi.
Sedang enaknya berbincang-bincang, Myra yang tidak sengaja menilik jam tangannya memutuskan untuk masuk kekelas karena sudah saatnya mata kuliah yang ia ikuti berlangsung.
"Maaf ya, Rama. Saya masuk kelas dulu" kata Myra ijin meninggalkan Rama diperpustakaan.
"Oh, iya bu" jawab Rama yang kembali tersipu malu, membuat pipinya kembali memerah karena kulitnya memang berwarna kuning langsat.
Perut Rama yang terasa lapar mengingatkan dirinya tentang niatnya berangkat lebih awal karena ingin pergi kekantin kampus untuk sarapan dahulu sebelum mengikuti perkuliahan hari ini. Setelah selesai mengisi perut, Rama memutuskan pergi kekelas untuk mengikuti perkuliahan. Namun, hal yang tak terduga malah dialami Rama. Matanya kembali terbelalak saat melihat Myra masuk kekelasnya untuk mengikuti perkuliahan yang sama dengan dirinya. Rama yang tadinya duduk dibelakang akhirnya memutuskan untuk menjejeri Myra yang duduk dikursi nomor dua dari depan. Myra yang melihat kehadiran Rama juga terkejut, namun Myra sangat pintar menutupi rasa bahagianya dapat satu kelas dengan Rama. Meskipun hanya satu mata kuliah, tapi tetap saja. Myra bisa memandangi wajah Rama untuk waktu yang lebih lama, keduanya seperti sedang merasakan jatuh cinta. Namun, perasaan itu buru-buru ditepis oleh Myra yang sadar bahwa dirinya jauh lebih tua dari Rama yang awalnya menjadi muridnya dulu. Keduanya tetap mengikuti perkuliahan dengan perasaan yang canggung, hingga keduanya dapat bernafas lega ketika mata kuliah telah selesai.
"Kamu langsung pulang?" tanya Rama pada Myra.
"Saya?" tanya Myra meyakinkan Rama.
"Iya" jawab Rama.
"Oh ya, kita ngomongnya santai aja bisa nggak? Lagian kan umur kita".
"Nggak terlalu jauh" jawab Myra menggoda.
"Hahahaha, nah itu tau. Pulang bareng aku yuk, Myr?" ajak Rama pada Myra yang membuat Myra seketika gagu dan mencoba menolak Rama dengan menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis.
"Ayolah, sekalian aku mau pulang juga" ajak Rama penuh rayuan.
"Emmm, aku masih ada kelas soalnya. Ram" jawab Myra berbohong.
"Ohh, oke. Lain kali aja deh ya?" tanya Rama memastika jawaban Myra.
"Oke, lain kali. Yaudah, aku lanjut kekelas dulu ya" jawab Myra yang kemudian pergi meninggalkan Rama dikelas.
Sudah hampir satu jam lamanya Myra berada di toilet mahasiswi hanya untu menghindari Rama yang tiba-tiba menunjukkan rasa tertariknya kepada Myra, sebenarnya Myra juga tidak bisa menyangkal perasaannya kepada Rama. Jauh sebelum dirinya dan Rama berkuliah dikampus yang sama, mungkin terdengar aneh jika seorang guru jatuh cinta kepada siswanya. Semuanya memang terlihat agak menjijikan, namun itulah yang dirasakan Myra. Cinta, rejeki bahkan masa depan manusia hanya Tuhan yang tahu. Siapa yang mau jika ditakdirkan jatuh cinta kepada seseorang yang lebih muda dari dirinya, siap atau tidak siap memang itulah takdir yang ditentukan untuk dirinya.
"Loh, kamu belum pulang?" tanya Myra yang kembali terkejut saat mendapati Rama berada didepan pintu toilet mahasiwa yang letaknya bersebelahan dengan toilet mahasiswi.
"Ah, Myra. Iya, aku nunggu temenku. Aku duluan ya, udah nggak tahan" jawab Rama yang kemudian berlari memasuki toilet mahasiswa dengan terburu-buru.
Myra menggunakan kesempatan ini untuk pergi meninggalkan Rama yang sedang siuk dengan urusannya sendiri. Dengan langkah kaki terburu-buru Myra terus berjalan menyusuri jalan menuju halte yang jaraknya lumayan jauh dari kampus, langkahnya kini berubah menjadi berlari saat dirinya melihat bis yang biasa dinaikinya saat pulang kuliah. Betapa sialnya Myra hari ini mendapati bis yang susah payah ia kejar hingga nafasnya beada diujung nyawa rupanya sudah penuh oleh penumpang. Namun, lagi-lagi Myra dihadapkan dengan Rama yang sudah duduk dikursi mobilnya dengan kaca yang terbuka lebar.
"Ayo, Myr. Bareng aja" ajak Rama dari dalam mobil.
"Iya, bu. Ayo, panas banget pasti kan?" ajak Hendry yang kini duduk dikursi penumpang.
Melihat salah satu muridnya juga duduk dimobil, Myra memberanikan diri untuk pulang bersama dengan Rama dan Henry.
Akhirnya, semua berjalan dengan apa yang sudah Rama rencanakan. Untung saja perhitungannya tentang selesainya kelas Henry tepat, meskipun dirinya harus bolos beberapa mata kuliah yang seharusnya dirinya ikuti. Ialah Rama, orang yang selalu mengahalalkan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, Myra salah satunya.