Rama berjalan memasuki rumah dengan pikiran yang tidak tenang, dirinya hanya takut mencintai orang yang salah, ciri-ciri hingga alergi yang ia punya sama dengan yang Myra punya. Sangat tidak mungkin untuk mengatakan itu semua hanya kebetulan, pasti ada hal lain yang Rama belum tau. Dirinya kemudian masuk kekamar Tante Risa yang kosong dan mulai mencari berkas yang berhubungan dengan Rumi, satu persatu lembaran dokumen ia baca. Dari lembaran kertas hingga yang didalam amplop dan terlipat rapi, seperti takdir yang memihak padanya. Ditemukannya sebuah dokumen dengan tulisan 'Panti Asuhan Bunda' dengan foto Rumi yang ditempelkan didepan dokumennya. Belum sempat dirinya membaca, tiba-tiba Tante Risa memergoki dirinya dan merebut dokumen ditangan Rama dengan kasar.
"Apa yang kamu lakuin disini, Rama?" tanya Tante Risa tegas.
"Ini dokumen apa mah?" tanya Rama meminta penjelasan Tante Risa.
"Kamu nggak perlu tau" jawab Tante Risa sembari merapikan dokumen tadi.
"Kenapa ada foto Kak Rumi, Mah!" bentak Rama merasa diacuhkan.
"Rama, ini bukan saatnya kita bahas ini semua. Suatu saat mamah akan jelaskan semua" jelas Tante Risa meyakinkan anaknya.
"Kak Rumi udah ketemu kan mah?" tanya Rama yang sontak membuat Tante Risa diam mematung.
"Dari mana kamu tau?" tanya Tante Risa yang kemudian mendudukkan Rama diatas ranjangnya.
"Jadi bener Kak Rumi udah ditemuin?" tanya Rama meyakinkan mamahnya.
"Iya, tapi mamah nggak tau dimana dia sekarang. Mamah mohon tutupi ini semua dari papah" kata Tante Risa mencoba memelankan suaranya.
"Kenapa mah?" tanya Rama dengan suara yang tak kalah pelan.
"Mamah pengen kamu tau sendiri, sekarang keluar dari mamah dan anggap aja kamu nggak pernah tau kalau kakak mu masih hidup" jelas Tante Risa yang pergi meninggalkan Rama dikamarnya.
Rama masih tidak bisa berpikir dengan benar, kepalanya penuh dengan teka-teki yang tak ia ketahui jawabannya, bahkan petunjuknya pun tak ia pahami sepenuhnya. Mata Rama tertuju oleh Tante Risa yang bergegas pergi meninggalkan rumah, ini saatnya Rama mencari tahu keberadaan kakaknya. Dirinya berharap bahwa Myra bukanlah kakak kandung yang selama ini ia cari, dirinya tentu berharap kakaknya segera ditemukan, tapi bukan sosok seorang Myra yang ia cintai.
Sebuah jalan berlenggok dengan aspal yang kurang rapi, beberapa pohon rindah disebelah kanan dan kiri jalan. Benar saja, ia tahu betul kemana perginya mobil Tante Risa. Sebuah rumah dengan bangunan kuno dengan pagar setinggi dua meter. Rumah Myra, betapa terkejutnya ia saat menyadari mobil Tante Risa terparkir disebrang rumah Myra. Sepertinya dugaan dirianya betul, Myra ialah Rumi kakaknya yang telah hilang beberapa tahun lalu. Tapi bagaimana Tante Risa tau tentang Myra, Rama mencoba mencari tau jawaban yang saangat sukar untuk ditebak. Kecewa dan sakit hati, itulah yang saat ini dirasakan Rama, baru saja dirinya mencoba mencintai malah harus berakhir sebelum memulai. Dirinya bukan tak cukup tampan untuk dicintai, namun perasaanya terhadap Myra jelas berbeda. Dengan berat hati, ia belokkan sepeda motornya dan pergi meninggalkan rumah Myra. Teringat dirinya saat pertama kali bertemu dan merasakan jatuh cinta pada seorang guru.
Hawa yang panas karena terik matahari menembak kaca depan mobil Rama, dirinya terlalu gengsi untuk meminta maaf pada Henry. Rama yang keras kepala masih mencoba bertahan didalam mobil hingga tanpa disadarinya keringat membanjiri tubuhnya, bukan pendingin udara pada mobilnya yang mati, namun hari itu memang sangat panas. Dilihatnya sekeliling mobil untuk memeriksa keadaan, dirinya tentu malas bertemu dengan Henry. Namun, perutnya yang lapar mengaharuskan dirinya pergi kekantin untuk makan dan menambah tenaga. Sebotol jus mangga dan roti telah terparkir diatas kap mobilnya, diraihnya kedua makanan itu dengan note dibagian depan wadah roti. Setelah membaca kalimat yang ada pada kertas note, Rama kembali tersenyum puas. Rupanya Henry mengakui kesalahannya dan mencoba meminta maaf pada Rama. Dirinya kembali kedalam mobil dan menikmati makanan gratis disiang hari. Sedang asiknya menikmati makanannya, kedua mata Rama terpaku pada seorang perempuan yang berjalan memasuki kelasnya. Segera dibereskannya bekas makanan yang telah selesai ia makan, dirinya kemudian mengejar perempuan itu dan masuk kedalam kelasnya. Dipandanginya perempuan yang rupanya guru pengganti disekolahnya, perempuan yang cukup muda untuk menjadi seorang guru. Penjelasannya yang rapi dengan suara yang lantang, cukup nyaring bagi Rama yang duduk dikursi belakang. Antara paham dan tidak dengan materi yang diajarkan, Rama tetap terpaku dengan penjelasan guru itu. Dirinya yang biasa tidur malah mencoba membuka matanya lebar-lebar, dengan sungguh-sungguh dirinya mengikuti pelajaran. Dirinya bahkan mengangkat kedua tangannya saat guru itu menanyakan soal yang berkaitan dengan materi hari itu.
"Iya, kamu. Bisa jelaskan pengertian teks hikayat?" tanya Bu Myra yang beriri didepan kelas.
Dengan lantang dan mantap Rama jelaskan jawaban yang sesuai dengan penjelasn Bu Myra sebelumnya, Henry seketika kaget melihat Rama yang tiba-tiba bisa menjawab pertanyaan Bu Myra. Melihat Rama yang tidak tidur saat jam pelajaran terakhir saja sudah membuat Henry kebingungan, ditambah dengan Rama yang mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari Bu Myra dengan benar. Matanya terbelalak, mulutnya menganga dan tangannya menggaruk rambut yang sebenarnya tidak gatal. Dirinya tak habis pikir dengan perubahan Rama yang sangat ajaib. Itulah kekuatan cinta, Rama benar-benar mencintai gurunya. Lucu namun menyedihkan.