Kukkuruyukkk ...
Kriiingg
Kriiingg
Suara ayam berkokok pagi itu sangat nyaring beradu dengan alarm jam beker yang sudah di setel setiap jam 06.45 pagi. Gadis yang habis menyelesaikan malam buruknya itu masih bergelung di dalam selimut tebalnya. Tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali walaupun dengan suara berisik yang amat sangat di sebelah tempat tidurnya.
Pagi ini dirinya akan menghabiskan waktu di dalam kamar saja karena ini adalah hari Minggu. Setelah mendapatkan malam Minggu yang sangat berantakan tadi malam, dirinya harus mendapatkan ketenangan di pagi harinya agar kembali mendapatkan moodnya yang baik. Walaupun bukan kamar miliknya sendiri tetapi ia sudah sangat nyaman berada di kamar sini.
Benar. Semalaman ia kembali tidur di kamar Arjuna, Kiara sangat malas untuk kembali ke rumahnya yang hanya sebatas beberapa langkah dari rumah Arjuna. Karena di rumahnya pun sangat sepi, bundanya masih sibuk mengurusi pasien-pasiennya daripada anaknya sendiri yang terlantar di rumah orang. Sedangkan ayahnya sudah dapat ia pastikan belum pulang walaupun ini adalah hari Minggu. Mungkin saja ayahnya pulang ketika mendapatkan jatah libur maksimal 3 hari saat akhir bulan karena saking sibuknya.
Jangan tanyakan soal Arjuna tidur dimana jika ia menempati kamarnya. Cowok itu pasti sudah terlelap di sofa luar di depan televisi. Sudah menjadi kebiasaannya ketika Kiara menginap di rumahnya, dia pasti tidur di kamar Arjuna. Padahal juga masih ada kamar kosong di sebelahnya yang merupakan kamar tamu, tetapi Kiara selalu menolaknya karena merasa lebih nyaman di kamar Arjuna.
Sedangkan Arjuna sendiri lebih memilih tidur di sofa yang terbuka daripada harus tidur di kamar tamu yang sangat luas tetapi tidak ada apa-apanya itu, terasa sangat kosong dan sepi. Apalagi di kamar Byan, ia akan menolak mentah-mentah sebelum ditawarinya, karena kamar adik laki-laki nya itu sangat berantakan dan pastinya akan membuatnya tambah pusing jika mendengar ocehan adiknya yang cerewet itu.
Kriiingg
Kriiingg
Jam beker di mejanya itu kembali berdering keras, Kiara masih belum terbangun dari tidurnya. Ia sangat malas sekali untuk menggerakkan tubuhnya walaupun hanya untuk mematikan alarm.
"Euuungghhh! Malas sekali mau bangun," dengus Kiara di balik selimutnya. Ia mencoba menggerakkan perlahan demi perlahan seluruh tubuhnya yang terasa sangat lelah itu.
Ternyata putus cinta tidak hanya membuat nya sakit hati saja. Tetapi juga memberikan efek yang cukup fatal kepada seluruh tubuhnya, karena selama semalam ia begadang karena tidak bisa tidur. Ia selalu berpindah-pindah posisi dan mencari tempat yang nyaman untuknya tertidur. Tetapi tetap saja tidak menemukan nya hingga ia berbalik posisi dari bantal kepalanya digunakan untuk menopang kedua kakinya. Sedangkan kepalanya sudah berada di bawah.
Duk duk duk!
"Key, bangun! Ini sudah pagi, itu alarmnya berisik banget! Bangun dulu matiin alarmnya!" Teriak Arjuna dari luar kamar sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar nya.
Sebenarnya ia bisa saja langsung masuk ke kamarnya sendiri tanpa susah payah menggedor-gedor seperti itu, karena tadi malam pun ia tidak menguncinya saat Kiara sudah tertidur di kamarnya. Tetapi Arjuna masih menghargai Kiara sebagai seorang gadis yang sudah dewasa, dia pasti memiliki privasi nya sendiri saat bangun tidur. Arjuna tidak ingin melihat pemandangan gadis itu yang masih memakai pakaian terbuka ataupun sedang berganti pakaian.
"Key, kamu denger nggak, sih? Udah bangun belum?"
Duk duk duk!
"Aaahh iya-iya, aku udah bangun bentar!" Sahut Kiara cepat dari dalam. Ia harus segera menjawab laki-laki itu jika tidak ingin mendengar nya mengomel lebih panjang lagi kepada nya. Ia pun juga harus berterima kasih kepada Arjuna karena cowok itu sudah baik hati kepadanya memberikan kamarnya lagi untuk dirinya menginap di sini dan membuat laki-laki itu kembali bermalam di sofa yang sangat dingin.
"Kenapa juga si Ajun menyetel alarm pagi-pagi buta seperti ini. Padahal ini saja hari Minggu, emangnya dia mau ngapain sih? Jogging atau olahraga?" Gerutunya kesal sambil bangkit dari tidurnya hingga setengah terduduk di atas ranjang sambil meraih jam beker di atas meja.
Memikirkan Arjuna yang sedang berjogging ataupun olahraga di dalam otaknya, tiba-tiba ia menggelengkan kepalanya keras. Seperti ada sesuatu yang salah dengan pemikirannya. Arjuna bukanlah cowok yang rajin seperti itu.
"Tidak, tidak mungkin. Haha ada apa dengan kepalaku, aku hampir saja berpikir kalau si Ajun suka berolahraga dan jogging seperti cowok normal lainnya ... Tidak, dia tidak begitu, dia lebih suka menghabiskan waktu liburnya dengan memeluk guling seharian atau bertatapan dengan layar televisi berjam-jam," kekehnya memikirkan sikap pemalas Arjuna sambil menggerakkan tubuhnya kembali ke tempat tidurnya dan menata kembali bantal gulingnya ke tempat semula.
Kiara baru saja akan tidur lagi jika tidak ada suara berisik yang mengganggunya lagi. Kembali terdengar ketukan pintu yang cukup lembut dan tenang, tidak seperti gedoran pertama yang dilakukan Arjuna tadi.
"Rara, Sayang? Kamu udah bangun, Nak?"
Itu adalah suara lembut Yuni, mama Arjuna dan Byan yang juga merangkap sebagai mama angkatnya. Yuni pun juga sudah sangat menyayangi Kiara seperti anaknya sendiri dan memperlakukannya dengan baik ketika Kiara menginap di rumahnya. Hubungan orang tua Arjuna dan Kiara pun juga sangat dekat, bahkan bunda ayahnya Kiara pun pernah bilang sendiri kepadanya bahwa ingin menitipkan Kiara jika mereka sedang sibuk bekerja. Dan Yuni menerimanya dengan senang hati karena dirinya pun juga sangat ingin memiliki anak perempuan di rumah nya yang akan menjadi lebih hidup dan berwarna.
"Iya sudah, Mah. Rara udah bangun, ini mau keluar," jawabnya segera dan bangkit dari tidurnya.
"Ayo kita sarapan bersama, Nak. Mama tunggu di meja!"
"Iya, Mah. Nanti Rara nyusul!"
Kiara bergegas merapikan kembali tempat tidurnya. Seperti biasanya ia akan mengemas kembali kamar Arjuna yang sudah sempat ia berantakin tadi malam. Sebagai bentuk pertanggungjawaban nya dan berterimakasih karena sudah memberinya tempat tidur yang nyaman ini.
Kedua tangan Kiara dengan cepat melebarkan selimut tebal dan berat itu ke atas ranjangnya. Kemudian beralih satu sudut ke sudut yang lainnya agar kembali terlihat rapi. Lalu mengambil satu bantal di lantai yang tak sengaja terjatuh saat ia tidur tadi malam, meletakkannya berjejer di tengah ranjang bersama bantal yang lain dan guling besarnya.
"Waahhh ... Nyaman sekali tidur di sini, rasanya pengen pindah kamar saja. Hmm ... Sebenarnya kamarku sendiri luas juga, tapi kenapa malah nyaman tidur di kamar orang lain, ya?"
Kiara menekuk kedua lengannya berkacak pinggang sambil memandang ranjang di depannya yang baru saja dirapikannya itu. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka keras yang cukup mengagetkan dirinya, Arjuna memasuki kamarnya dengan langkah santai.
"Karena kamu nggak perlu repot-repot merapikannya lagi saat pulang nanti, soalnya masih ada aku yang selalu membersihkan semua kekacauan yang kamu buat semalaman. Iya, 'kan?" Tebaknya sambil berjalan melewati Kiara di belakangnya menuju ke arah lemari besar untuk mengembalikan selimut yang ia gunakan di sofa tadi malam.
Kiara membalikkan badannya mengikuti arah langkah Arjuna di belakangnya. Matanya mengerjap beberapa kali tak percaya. Ia membuka mulutnya untuk mengeluarkan semua protesnya.
"Tidak benar. Aku selalu merapikannya kembali setelah membuat kekacauan. Lihat, ini saja aku sudah merapikannya kembali seperti semula, sudah bersih dan tidak ada yang tertinggal satupun. Aku cukup bertanggung jawab untuk hal ini, jangan membuat pernyataan seolah aku tidak tanggung jawab," selorohnya menunjukkan hasil pekerjaannya tadi kepadanya Arjuna.
"Lihat, 'kan? Sudah rapi!" Ia tersenyum miring melirik cowok itu yang berada di belakangnya. Kemudian tiba-tiba senyumannya luntur seketika saat Arjuna hanya melewatinya dan menatap tak minat pada ranjang yang sudah dibersihkan nya tadi.
"Ckk hanya segitu saja. Biasanya juga aku yang bersihin semuanya, mungkin karena otakmu sangat kacau tadi malam, jadi tiba-tiba membuatmu rajin seketika."
Kiara membuka mulutnya lebar mendengar tanggapan Arjuna tentang nya. Padahal ia sudah sangat berbaik hati dan semangat untuk membersihkan kamar, karena merasa tidak enak untuk nya harus tidur di luar lagi gara-gara dirinya. Tetapi sepertinya rasa tidak enaknya itu harus ditarik kembali dari perasaannya. Sia-sia bersimpati kepada cowok yang bahkan tidak memiliki perasaan itu.
"Hey! Apa yang kamu-" telunjuk tangannya terhenti saat wajah Arjuna berbalik menghadapnya, menatapnya dengan wajah datar itu, Kiara tidak bisa melanjutkan sumpah serapah nya. Kemudian Arjuna segera berbalik lagi dan meninggalkan dirinya yang masih mematung. "Waahh ... Aku sangat terkejut, padahal aku sudah merapikan kamarmu lagi tapi lihat balasan yang kuterima?"
Arjuna sudah berjalan keluar dari kamarnya meninggalkan dirinya sendiri.
"Waahh ... Benar-benar, kenapa juga aku harus berteman dengan cowok berwajah es batu itu? Yang bahkan nggak bisa tersenyum sedikit pun pada temannya sendiri?"
"Hey Ajuun! Tunggu dulu, aku belum selesai bicara!"
"Ajuuun!" Pekik Kiara kesal dan langsung melangkahkan kakinya dengan keluar, menghentak-hentak di lantai dan menutup pintunya dengan cepat.
Arjuna terus berjalan mengacuhkan jeritan gadis itu dari kamarnya. Ia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi kedua lubang telinga nya menghindari pekikan yang nyaring itu. Hidupnya sudah sangat melelahkan, memiliki dua toa nyaring di rumahnya. Satu adalah Byan versi seorang cowok cerewet dan Kiara, versi cewek yang pastinya lebih terdengar nyaring.
***