Chereads / Friendshit Zone / Chapter 7 - 7. Menjadi Diri Sendiri

Chapter 7 - 7. Menjadi Diri Sendiri

Paginya Kiara bangun tepat waktu. Ia mematikan alarm yang sudah ia setel pukul enam pagi. Cahaya matahari yang sudah menyoroti wajah khasnya bangun tidur menambah antusias nya untuk segera bangkit.

Byurrr

Kiara langsung mengguyur tubuhnya di bawah pancuran shower yang sangat dingin. Ia merasakan tubuhnya menguap dan kepalanya mendidih. Tadi malam dia sudah mengeluarkan semua tangisannya dan sekarang waktunya untuk membersihkan itu semua. Ia tidak ingin terlihat menyedihkan waktu di kelas nantinya.

"Lihat aja, Ka. Gue juga nggak semudah yang Lo bayangin. Gue bakal buktiin kalo gue itu bisa move on dari Lo!" Umpatnya sambil mengguyurkan air ke kepalanya.

Dengan rambut panjangnya yang terurai ke depan wajah, ia lebih mirip seperti kuntilanak yang akan membalaskan dendamnya. Apalagi sorotan matanya yang melotot hampir keluar itu siap memangsa apa saja yang ada di depannya.

Setengah jam ia berada di kamar mandi. Gadis itu keluar dan segera memakai seragam lengkapnya. Mulai dari baju, rok, dasi, dan jasnya yang sudah menempel pas di tubuhnya yang ramping.

Kiara menatap dirinya di cermin. Tubuh ramping, tingginya ideal, berkulit cerah, dan jangan lupa wajahnya yang selalu menarik perhatian itu.

Dia perfect.

Tak ada kekurangan baginya. Tidak terlalu pintar namun juga tidak bodoh. Dia kaya. Coba sebutkan apa kekurangannya? Tidak ada.

Tetapi kenapa dirinya selalu terlihat menyedihkan. Dicampakkan oleh kedua kekasihnya sendiri yang lebih memilih gadis lain. Kekurangannya hanya satu, ia terlalu patuh dan mudah dipengaruhi.

"Oke, hari ini aku akan tampil berbeda dari biasanya. Sekarang ini bukan lagi Kiara yang tersakiti, tapi ini dia Kiara siswi tercantik di seluruh SMA Bakti Pertiwi!" Serunya bersemangat dengan menatap ke cermin dengan percaya diri.

Dia melirik roknya yang panjang hingga ke bawah lutut. Kiara menampilkan smirknya. Ia menggulung rok atasnya hingga rok seragamnya menjadi beberapa centi di atas lutut. Kaki jenjangnya nampak sangat putih dan mulus. Kiara tersenyum percaya diri.

Tak lupa ia merapikan rambut panjangnya yang sudah ia keringkan tadi. Kemudian hendak memakai jepit rambut pita hijau, ia sempat lupa jika itu adalah pemberian dari Raka.

"Ack, nggak usah pakai ini." Ia mengembalikan jepitnya dan menggantinya dengan bandana rajut berwarna merah terang yang mencolok. "Nah, yang ini lebih baik," gumamnya kemudian.

Sekarang ia bukan hanya terlihat seperti siswi SMA yang akan masuk sekolah, tetapi lebih mirip pentolan gangster yang akan merampok kantin dengan penampilannya dan tatapan tajamnya.

"Yeah, aku harus tampil beda hari ini karena ini adalah hari bebasku. Inilah aku sebenarnya, bukan aku dari kata orang lain!"

Kiara meraih tasnya di atas nakas dan berjalan keluar dari kamar.

***

Arjuna mengeluarkan sepeda kayuhnya dari garasi. Ia sedikit kesusahan saat sepeda miliknya hampir terjepit diantara mobil dan tembok, apalagi di belakangnya masih ada jejeran motor.

"Jun, kenapa nggak pakai motor aja, sih? Kok repot-repot pake sepeda?" Yuni keluar dari rumah dan melihat Arjuna membawa sepeda nya keluar.

"Nggak apa-apa, Ma. Lebih enak pakai sepeda biar sekalian olahraga. Orang sekolahnya dekat juga, sayang bensinnya kalau pakai motor dan nanti malah nambah-nambahin polusi udara," jawabnya sedikit terkekeh.

"Ah kamu ini bisa aja jawabnya. Ya sudah kalau begitu hati-hati di jalan. Oh iya, jangan lupa Rara dijemput, ya!"

"Siap, Mah."

Sudah menjadi kebiasaan Arjuna, setiap pagi selalu berangkat bersama Kiara. Semenjak dari sekolah dasar sampai sekarang tidak berubah, mereka selalu bersama.

"Pagi, Mamah ... Aku sudah siap sekolah!" Seru seseorang dari depan gerbang.

Entah Arjuna ataupun Yuni sama-sama terkejutnya melihat gadis yang baru saja memasuki gerbang rumahnya. Dia sudah tidak asing dengan gadis itu, tetapi lain lagi dengan penampilannya. Mereka melongo melihat Kiara saat itu!

Dengan rok yang sangat pendek hingga hampir setengah memperlihatkan pahanya. Bahkan roknya tertutup dan tenggelam di dalam jasnya. Kemudian anting besar berwarna merah terang dan juga bandana yang sangat mencolok senada dengan warna antingnya.

"Key!"

"Rara?"

Kiara berjalan percaya diri menghampiri Yuni.

"Mamah, aku berangkat dulu ya sama Ajun," kata Kiara sembari menyalimi tangan Yuni dan menciumnya. Ia tersenyum lebar membalas tatapan mereka berdua yang sama-sama bengong.

Yuni sempat shock melihat Kiara berpenampilan seperti itu, tetapi ia lebih memilih tidak mengungkit nya dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Ah iya-iya, kalian berdua hati-hati di jalan. Mama masuk dulu mau bersih-bersih rumah!"

"Baik, Mamah!" Jawab Kiara dengan riangnya.

Arjuna menatapnya tajam seperti sedang menghakimi. Matanya menelusuri dari atas kepala Kiara sampai bawah ujung sepatunya.

"Key!" Desisnya melirik Kiara dengan mata kilatnya setelah Yuni masuk ke dalam rumah.

Kiara menoleh masih dengan senyuman lebarnya.

"Kenapa? Kenapa kamu liat aku seperti itu? Aku tahu aku sangat cantik dan menarik sampai-sampai kamu tidak bisa mengalihkan matamu dariku- Hei! Apa yang kamu lakukan!?"

Arjuna tiba-tiba bangkit dan menarik roknya ke bawah. Gulungan diatasnya terlepas saat Arjuna menariknya dengan kuat. Mata bulat Kiara melotot tak percaya dengan apa yang dilakukannya.

"Stop! Hey! Apa yang kamu lakukan!"

"Yaa!"

Roknya yang sudah susah-susah ia gulung hingga pendek tadi sia-sia. Sekarang roknya kembali panjang hingga bawah lutut.

"Ajun- aishh!" Mata Kiara melotot ke arah Arjuna yang juga menatapnya dengan tajam.

"Jangan terlalu pendek." Jawab Arjuna singkat.

"Ackk," decak Kiara memutarkan bola matanya.

"Ini style ku. Aku sudah memutuskan untuk berubah hari ini. Aku ingin menjadi diriku sendiri. Jadi jangan hentikan aku!"

Kiara kembali menggulung rok atasnya hingga beberapa lipatan dan membuat roknya kembali memendek di atas lutut.

Mata sipit Arjuna melotot sempurna saat rok Kiara bergerak ke atas. Dengan cepat ia menutup matanya dengan sebelah tangan.

"Kenapa? Hei? Kamu tergoda kalau aku pakai rok segini?" Kekeh Kiara menggoda Arjuna yang sedang menutup matanya.

"Kembalikan rokmu sekarang! Jangan dilipat seperti itu!"

"Memangnya kenapa? Ini rokku, jadi terserah aku mau pakai gimana!" Jawab Kiara mengelak.

"Kamu berangkat bareng aku. Jadi kamu harus ngikutin perintah ku!" Tegas Arjuna dengan penuh wibawa.

Arjuna sudah mengeluarkan mode 'kakak' nya, jika seperti itu maka tidak ada yang bisa melawannya. Bahkan Kiara yang cerewet itu langsung menurut dengannya.

"Ckk ahh! Gak seru ih kamu!" Gerutunya kesal.

"Cepat! Turunkan roknya!"

"Iya-iya ...," Jawab Kiara lemas sambil menguraikan gulungan roknya. Arjuna tersenyum kecil dengan tangan yang masih menutupi matanya.

"Udah nih!"

Arjuna membuka matanya. Bibirnya tersenyum puas melihat Kiara yang sudah menurunkan roknya hingga ke bawah lutut.

"Puas!" Cicitnya menekuk wajah.

Arjuna terkekeh geli memandang Kiara. Gadis itu walaupun sangat cerewet tetapi terkadang mendengarkan ucapannya. Ia mengusap-usap puncak kepala nya dengan lembut.

"Jangan sentuh rambut ku nanti rusak!"

Spontan Arjuna menjauhkan tangannya. Ia memiringkan wajahnya penuh tanda tanya.

"Ahhh ... Aku sudah susah-susah mencatoknya sampai lurus malah diberantakin lagi," decaknya menggumam kesal sembari menata kembali rambutnya agar rapi.

"Gitu aja nggak apa-apa, sih. Masih cantik juga."

Kiara menatapnya tiba-tiba. Arjuna terbelalak kebingungan.

Deg.

Apa ia salah berkata? Atau ia mengatakannya di waktu yang tidak tepat? Semoga Kiara tidak terlalu mendengarkan ucapannya tadi!

"Shh ... Hmm. Kamu ya, selalu bisa aja buat aku kesel. Udah suruh nurunin rokku, ngacauin rambutku dan masih mengejekku dengan berkata aku masih cantik dengan penampilan ini? Cantik darimana nya coba?"

Arjuna menghela napasnya saat mengetahui Kiara tidak menyadari perkataannya. Ia tersenyum kecil.

Ia tadi tak sengaja mengatakan Kiara cantik dan itu benar-benar tulus dari dalam hatinya. Beruntung Kiara tidak menanggapinya dengan serius, bisa canggung dirinya kalau seperti ini.

"Udahlah, yuk berangkat! Bisa telat nanti kalau lama-lama."

"Iya-iya!" Jawabnya jutek dan langsung mendudukkan pantatnya di tempat boncengan belakang. Tak lupa ia memeluk Arjuna dari belakang agar dirinya tidak jatuh nanti pas di jalan.

Di depan, Arjuna tidak dapat menahan senyumnya. Entah mengapa hatinya terasa sangat cerah hari ini, secerah mentari yang sudah keluar menyinari jalannya.

Dengan perlahan Arjuna mengayuh sepedanya. Merasakan angin yang mengenai wajahnya dengan lembut. Ia sangat menikmati suasana ini. Tangan Kiara yang masih memeluk erat di pinggangnya.

Tak apa perasaannya tersembunyi terlebih dahulu. Yang terpenting ia masih bisa bersamanya tanpa ada rasa canggung dan masih bisa berinteraksi layaknya sahabat sehari-harinya.

Walaupun tidak ada yang spesial dari hubungan ini. Setidaknya ia sudah merasa nyaman bersama dengannya dengan waktu yang lama.

Oh Tuhan. Biarkan aku menikmati hubungan nyaman seperti ini dalam waktu yang lama.

Aku tidak ingin kehilangannya sama sekali.

Biarlah aku hanya menjadi salah satu temannya, yang terpenting tidak ada penghalang diantara kita untuk bersama.

"Jun. Lama amat gayuh sepedanya! Ntar telat awas loh ya!"

Arjuna terkikik geli dan spontan mempercepat gayuhan pedal sepedanya. Gerakan Arjuna yang tiba-tiba itu membuatnya sontak mengeratkan pelukannya.

"Yaaa! Ajun! Jangan kencang-kencang juga!"

"Katanya suruh cepet?" Jawab Arjuna berteriak juga.

"Bukan gitu juga! Ntar aku jatuh nanti gimana, kamu mau tanggung jawab!"

"Nggak mau!" Godanya.

"Yaaaa!!!!"

***