Chereads / Friendshit Zone / Chapter 10 - 10. Aku Selalu Ada Untukmu

Chapter 10 - 10. Aku Selalu Ada Untukmu

Mereka berdua akhirnya menuju kantin bersama dan makan berdua di satu meja.

Hanya berdua. Arjuna dan Kiara.

Beberapa menit kemudian akhirnya perut mereka telah kenyang setelah menghabiskan semua makanan yang dipesannya.

Kiara menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memegangi perutnya yang penuh.

"Wah, ternyata aku sudah menghabiskan makanan sebanyak ini. Aku sampai nggak sadar kalo udah pesen banyak banget. Dan sekarang perutku sangat penuh."

Kiara memerhatikan piring-piring kosong di mejanya, sangat banyak. Bahkan ia makan lebih banyak daripada Arjuna yang hanya satu piring. Arjuna mengikuti arah pandangnya pada beberapa makanan yang telah dihabiskan Kiara sendirian.

Karena saking pusingnya memikirkan mantannya, alias memikirkan bagaimana cara melupakan dan move on dari Raka, ia melepaskan dendamnya pada makanan.

"Aah ... Setelah putus cinta aku malah tidak memerhatikan pola makanku sekarang. Mungkin sebentar lagi aku akan gemuk. Aaah tidak-tidak! Aku harus mulai diet lagi sekarang!"

"Kamu tidak gemuk," kata Arjuna menghabiskan makanan terakhirnya di piring.

"Apa? Aku tidak gemuk? Aku bahkan makan sangat banyak hari ini, melebihi porsi makanmu."

Kiara memandang Arjuna menghabiskan suapan terakhir nya. Bagaimana bisa dia seorang cewek makan dengan porsi dua kali lipat dari porsi cowok di depannya ini. Dia harus menyadarkan dirinya sekarang kalau tidak ia akan menjadi gemuk dan chubby.

Ih amit-amit, Kiara tidak mau seperti itu lagi. Sudah cukup masa kecilnya saja yang chubby. Untuk sekarang waktunya pembalasan dendam kepada Raka. Ia harus tampil lebih cantik sekarang, hanya untuk membuatnya merasa menyesal telah meninggalkannya.

"Tidak, beneran deh. Kamu masih terlihat kurus walaupun makan banyak, tidak perlu diet-diet segala yang nanti malah nyakitin dirimu sendiri. Kamu segitu aja udah cantik." Arjuna mengatakan apa adanya. Tulus dari hati.

Benar, Kiara memang cantik dengan tubuh idealnya. Tinggi rata-rata, kulit putih, tubuh tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, sangat pas. Tidak ada yang perlu diubah lagi dari penampilannya, dia sudah sangat baik dengan dirinya sendiri.

Tetapi bukannya setuju, Kiara malah tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan jujur Arjuna. Seolah yang dikatakannya hanya sebuah candaan.

"Terimakasih, aku sangat terhibur, sungguh! Kamu mengatakan itu memang sangat pas untuk membuat hatiku merasa tenang. Kamu memang pandai membuat orang lain memercayainya perkataan mu, aku saja hampir benar-benar percaya."

"Aku bersungguh-sungguh."

Perkataan Arjuna itu sontak membuat tawa Kiara berhenti seketika. Dan berubah menjadi kekehan canggung saat Arjuna menatap matanya dalam.

"Ehe, ah iya. Aku percaya kok, kamu memang yang terbaik," ucap Kiara hampir mati rasa dengan kecanggungan ini. Ia batuk-batuk dan berdeham kecil.

"Ekhmm."

"Aku tidak sedang menghibur mu, aku mengatakan yang sebenarnya."

Lagi.

Lagi-lagi Arjuna membuatnya merasa tidak nyaman dengan suasana ini. Tatapannya sudah berbeda, ia tidak lagi seperti tatapan Arjuna sahabatnya yang seperti biasanya. Baru kali ini ia melihat pandangan serius Arjuna kepadanya.

Kenapa? Ada dia membuat kesalahan lagi sekarang? Kenapa Arjuna melihatnya seperti itu?

"Ahh, begitukah?" Kiara mengangguk-angguk dan menyambar gelasnya. Air yang tinggal sedikit itu ia tegak hingga tandas. Tenggorokannya yang kering sudah mulai terobati.

Tetapi masih ada perasaan tidak nyaman. Ia membutuhkan lebih banyak air minum untuk menenangkan degupan jantungnya yang tiba-tiba maraton.

Bertatapan dengan Arjuna tidak pernah secanggung ini sebelumnya. Bahkan ia tidak pernah merasakan dada yang berdegup kencang hanya dengan lirikan mata saat bersama mantan kekasihnya dulu.

"Airnya habis. Aku akan membeli air minum lagi sebentar."

"Tunggu-"

Arjuna menghentikan tangan Kiara. Ia melirik ke arah gelasnya yang tinggal beberapa tegukan lagi. Padahal sebenarnya ia ingin membaginya dengan Kiara.

Kiara langsung memahami apa yang dipikirkan oleh nya. Ia pun melepas genggaman tangan Arjuna.

"Tidak apa, itu minumlah. Aku akan membeli yang baru dua botol. Tunggu sebentar saja, aku akan kembali dengan cepat," ucap Kiara sembari berjalan meninggalkan Arjuna di tempatnya.

Cowok itu langsung memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

"Arghh! Apa yang sedang kamu pikirkan, Arjuna. Mengapa kamu membuat suasana menjadi sangat canggung seperti ini?!" Geram Arjuna pada dirinya sendiri.

Ia menatap punggung Kiara yang sudah menghilang di balik tembok.

Apa yang terjadi dengannya? Kenapa ia melakukan hal seperti itu? Dan membuat Kiara menjadi canggung dengannya.

Padahal ia tidak berniat melakukan hal itu. Ia ingin Kiara merasa nyaman-nyaman saja bersamanya. Tetapi ia malah hampir mengungkapkan perasaannya. Dan sudah bisa dipastikan bahwa Kiara akan merasa canggung ketika mengetahui perasaan nya yang sebenarnya.

Maka dari itu ia lebih memilih untuk pura-pura tidak merasakan apapun agar tidak terjadi hal seperti ini lagi.

"Kendalikan dirimu, Jun. Kamu harus bisa menguasai pikiran dan perkataan mu. Jangan sampai Kiara menjadi salah paham dan mulai merasa tidak enak padamu, bahkan hingga menjauhimu. Aahh ... Jangan sampai!"

Arjuna menegak airnya di gelas hingga tandas. Ia menyandarkan tubuhnya. Waktu istirahat tidak lama lagi, tetapi kenapa Kiara tidak kunjung kembali juga. Padahal jarak tempat penjual minumannya dengan mejanya saat ini tidak begitu jauh. Apa ada masalah dengan nya? Atau jangan-jangan Kiara memang sengaja menghindari nya?

"Oh tidak. Aku harus mencarinya sekarang!"

***

Kiara berada di depan lemari pendingin. Bermacam-macam minuman tertata rapi di depannya. Sangat banyak sehingga membuatnya kesulitan untuk memilih. Selain karena banyaknya pilihan minuman itu, ia juga masih memikirkan apa yang terjadi sebelumnya, sampai-sampai ia sudah berdiri beberapa menit di sana tanpa mengambil minuman apapun dan tidak menutupnya.

Arjuna tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya. Apa yang sedang dilakukannya? Kenapa ia membuatnya semakin kebingungan seperti ini. Tetapi ada sesuatu yang lebih aneh dari itu semua.

Degupan jantungnya.

Benar. Kenapa ia merasakan deg-degan sangat kencang saat bersamanya. Padahal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Dari ia kecil sampai sebesar ini berdekatan dengan Arjuna tidak pernah merasakan hal ini.

Kiara menyentuh dadanya yang masih menyisakan debarannya. Kemudian menepuk-nepuk nya perlahan.

"Ada apa denganku? Kenapa aku merasakan hal seperti ini? Dan juga ada apa dengan dia? Kenapa ia membuat ku merasakan semua ini?"

Tiba-tiba Kiara merasakan ada seseorang di sampingnya. Sepertinya orang itu ingin mengambil minuman, tetapi tidak bisa karena Kiara menghalanginya. Kiara tidak langsung menyingkir dari sana karena masih terjebak dalam pikirannya.

"Apa kamu tidak ingin membeli sesuatu?"

Suara itu. Suara yang sangat ia kenal. Kenapa dia ada di sini?

Kiara menoleh dan sontak terkejut saat mendapati Raka berada di belakangnya.

"E-eh? Emm ...." Gumam Kiara merasa canggung.

Baru kali ini ia ketemu Raka setelah insiden diputuskan kemarin. Ia sangat canggung sehingga tidak tahu mau berbicara apa kepadanya.

Tetapi entah mengapa baru saja melihat wajah Raka kembali membuat nya merasa tenang. Rencana pembalasan dendam, melupakan, move on dan apapun itu seketika menghilang ketika bertatapan mata dengannya.

Mata yang sangat ia rindukan. Yang ia harapkan kembali seperti semula kepadanya. Yang ia inginkan untuk menjadi baik-baik saja dan tidak pernah terjadi apapun. Kiara bahkan tidak bisa menahan senyumannya saat cowok itu tersenyum kepadanya.

"Maaf, tapi bisakah menyingkir sebentar. Aku akan mengambil minuman," kata Raka kepadanya.

Kiara terbelalak langsung menyadari sikapnya. Ia pun meminggirkan tubuhnya ke samping agar Raka dapat mengambil minuman.

Raka sepertinya tidak merasakan seperti apa yang tengah ia rasakan saat ini. Sepertinya memang benar, Raka sudah melupakannya. Bahkan ia juga baru menyadari bahwa Andria tengah berdiri di sampingnya, menatapnya dengan tatapan tidak suka.

"Ay, kenapa lama banget sih milih minumannya. Aku udah haus nih! Terserah apa aja minumnya, cepetan!" Kata Andria kepada Raka, namun tatapannya masih mengarah kepada Kiara. Seolah menekankan bahwa cowok itu menjadi miliknya sekarang. Tidak ada lagi yang menjadi urusan dengannya.

"Iya-iya, Ay. Bentar, sabar dong."

Kiara mengatupkan matanya. Menghela napas. Memang seharusnya tidak ada lagi yang perlu diharapkan darinya. Sekalinya telah selesai, maka tidak ada lagi hubungan diantaranya. Bahkan sepertinya cewek itu juga tidak menyukainya.

"Ini ada susu yang rasa pisang atau stroberi?"

"Stroberi lah, kamu kan udah tahu sendiri kesukaan ku apa," jawab Andria dengan manja.

"Iya."

Raka mengangguk dan mengambil dua kotak susu rasa stroberi dan pisang. Ia merasa keadaan ini cukup canggung. Ia perlahan melirik ke arah Kiara yang masih berdiri mematung di sana. Tak disangka tatapan mereka bertemu, Raka langsung mengalihkan pandangannya.

"Aku sudah selesai. Silahkan jika kamu ingin mengambil minuman. Maaf mengganggu mu tadi."

Kiara tidak merespon apapun saat Raka berbicara dengannya. Tangan Andria sudah berada di lengan cowok itu, bergelayut manja.

"Ay, udah ih. Kenapa minta maaf, emang kamu salah apa? Ngapain juga ngomong sama dia, orang nggak ditanggepin juga," sewot Andria meliriknya dari atas kebawah. Sepertinya sedang menghakiminya mengapa Raka bisa putus dengannya.

Memang penampilan Andria sangat cantik dan modis. Bahkan dengan seragam sekolah saja body nya terbentuk sangat bagus. Tetapi sayang sekali dengan sikapnya yang tidak sebagus penampilannya.

"Emm nggak apa-apa."

"Ya udah, ayo pergi!"

Mereka segera melangkah pergi meninggalkan Kiara yang masih mematung di tempatnya. Sebelumnya Raka sempat menoleh ke belakang untuk melihatnya. Namun Kiara tidak menyadarinya karena ia terus menunduk ke bawah.

"Benar apa yang dikatakannya tadi. Kenapa minta maaf? Toh memang dia tidak salah apa-apa. Tidak ada yang perlu disalahkan dan dipermasalahkan, semua sudah selesai," gumam Kiara lirih.

"Apanya yang sudah selesai?" Tiba-tiba Arjuna sudah berada di sampingnya entah kapan datangnya.

"Eh kamu udah ambil minumannya? Maaf, aku langsung menyusul mu kesini saat tahu kamu tidak segera balik. Kukira kamu lagi ada masalah di sini makanya aku-"

Grep

Arjuna terkejut bukan main saat tiba-tiba Kiara memeluknya erat. Ia bahkan menangis sesenggukan di bahunya. Spontan kedua tangannya mengelus-elus punggung dan kepala gadis itu.

"Hiks ... Hiks ... Hiks."

"Kenapa, Key? Ada apa? Apa ada seseorang yang mengganggumu? Apa yang terjadi?" Tanyanya khawatir.

Ia benar-benar tidak menyangka gadis itu akan menangis sampai sesenggukan seperti ini. Apa yang sudah terjadi dengannya?

Oh tunggu dulu. Apa dia baru saja bertemu dengan mantan kekasihnya?

Arjuna mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin. Ia tidak menemukan orang yang ia cari. Raka tidak ada di sini. Apa cowok itu sudah pergi sejak tadi?

"Key, sudah jangan menangis. Ada apa? Ceritakan semuanya kepadaku."

Kiara melepaskan pelukannya dengan air mata yang berderai di wajahnya. Arjuna segera mengusapnya dengan ibu jarinya. Ia sangat tidak suka melihat Kiara bersedih seperti ini.

"Sudah, tidak apa. Tenanglah dulu, nanti kalau udah mendingan kamu bisa bercerita kepadaku. Aku akan selalu mendengarkan mu."

Baiklah, memang seharusnya seperti ini. Ia sudah benar menjadi sahabatnya. Menghapus lukanya dan menjadi tempatnya bersandar. Tidak perlu apapun lagi untuk itu. Dengan menjaga nya dan menemaninya disaat kesepian itu sudah menjadi hal terbaik baginya.

Ia tidak membutuhkan status apapun diluar sahabat dan pertemanan. Tidak sama sekali.

Benarkah?

***