Chereads / Friendshit Zone / Chapter 5 - 5. Gejolak Hati Arjuna

Chapter 5 - 5. Gejolak Hati Arjuna

Sudah menjadi rahasia umum, jika seorang perempuan dan laki-laki bersahabat maka ujian terberatnya yaitu perasaan. Artinya sudah banyak orang yang mengetahui bahkan menyadari misteri itu dibalik canda tawa, rasa nyaman, dan sayang di balik kata persahabatan. Entah itu perasaan yang dimiliki oleh kedua belah pihak atau hanya salah satunya.

Sama seperti yang dirasakan oleh Arjuna saat ini, tetapi dia adalah yang terberat. Karena gadis yang ia sukai merupakan sahabatnya, tetangganya, dan teman bermainnya sejak kecil. Selalu ada perasaan ketika mereka sedang bersama, entah itu saat pergi sekolah bersama, saat Kiara tidak bisa menaiki sepeda jadi ia selalu membonceng nya tiap kali berangkat ke sekolah waktu SMP.

Atau malah saat gadis itu terjatuh sampai lututnya lecet terkena aspal gara-gara ia balapan lari dengannya saat pulang sekolah SD ketika saat itu tidak ada yang menjemput mereka.

Dari kecil mereka selalu bersama, awal perkenalannya dengan Kiara yaitu semenjak ada tetangga baru yang akan pindah di samping rumahnya. Kala itu Arjuna masih di usia kanak-kanak kisaran umur enam tahun.

Mamanya sangat sibuk di dapur begitu mendengar ada tetangga yang akan menempati rumah kosong di sampingnya, kemudian mamanya menyuruhnya untuk memberikan kue buatannya sendiri untuk diberikan kepada tetangga baru, katanya sebagai ucapan selamat datang dan semoga betah tinggal di lingkungannya.

Arjuna pun memberikannya kepada tetangga barunya yang hanya tersekat oleh pagar rumahnya. Saat itu juga Arjuna melihat ada gadis cantik seumurannya yang bersembunyi dibalik baju mamanya.

"Ra, keluar lah, Nak. Ini ada kakak tampan baik hati kasih kamu kue loh, sini jangan sembunyi-sembunyi gitu. Katanya kamu suka kue?" Kata seorang wanita berumur yang hampir seusia mamanya, tetapi masih terlihat muda wanita itu beberapa tahun. Arjuna pun menengok penasaran dengan gadis yang bersembunyi di belakang wanita itu.

"Sini ah, Ra. Jangan gitu terus, coba bilang terimakasih sama kakaknya."

Akhirnya gadis kecil berkepang dua itu memunculkan wajahnya dan berdiri malu-malu di depannya dengan kedua tangan yang disembunyikan di belakang tubuhnya.

"Makasih, Kakak. Aku suka banget sama kue." Gadis itu melirik ibunya sejenak dan kembali bersembunyi di belakangnya.

"Haha ... Maaf, ya, Nak. Kiara emang gitu anaknya pemalu dia. Eh nama kamu siapa tadi belum bertanya, ya?"

Oh. Namanya Kiara.

"Namaku Arjuna, Bibi. Rumahku dekat ada di sana!" Tunjuknya tepat ke rumah yang berada di samping rumah itu.

Wanita itu mengangguk. "Ah tetangga dekat, oh iya Arjuna. Sepertinya bibi lihat kamu seumuran dengan Kiara, nanti Kiara diajak main bareng ya biar ada temannya, kamu boleh juga loh sering-sering main kesini." Wanita itu tersenyum lebar memandangnya, berharap ia bisa dekat dengan putrinya yang pemalu itu.

"Iya, Bibi. Saya pulang dulu, ya," pamitnya saat tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Ia pun melirik lagi ke arah gadis yang menatapnya diam-diam itu, manis sekali.

"Oh, iya. Jangan lupa ucapkan terimakasih banyak buat mamamu, ya. Kapan-kapan kalau waktu luang bibi akan berkunjung kesana sama Kiara."

"Iya, Bi."

Saat itu Arjuna merasa senang sekali memiliki teman yang dekat dengan rumahnya, karena ia tidak memiliki teman sebaya di lingkungan komplek rumahnya. Biasanya ia selalu bermain sendirian, tetapi semenjak ada gadis itu Arjuna selalu berusaha mendekati gadis yang katanya pemalu itu dan berteman dengannya. Dirinya selalu mengajaknya untuk bermain keluar rumah, tetapi terus ditolaknya karena ia masih takut berada di lingkungan barunya.

Semua usaha dilakukannya agar menjadi akrab dengan gadis itu. Akhirnya lama kelamaan Kiara pun mulai terbiasa dengan lingkungannya dan sikap nya yang selalu perhatian dengan gadis itu. Mereka pun semakin dekat ketika sudah memasuki taman kanak-kanak. Mulai saat itu Arjuna selalu menjemput ke rumahnya untuk berangkat sekolah dan pulang bersama. Hal itu terus berlanjut dari SD, SMP, bahkan sampai SMA sekarang ini yang sudah mulai memasuki tahun ketiganya.

Tidak ada yang berubah apapun dari mereka dalam hal kedekatan maupun hubungan baiknya. Pertemanan mereka tetap berlanjut dengan baik, bahkan saking nyamannya Arjuna sampai lupa kalau mereka hanya berteman.

Ada yang salah adalah perasaannya, Arjuna sangat menyesali kenapa dirinya harus menyukai gadis yang sudah hampir ia anggap seperti adiknya sendiri itu. Dan kenapa juga semesta tidak membiarkannya merasakan kebahagiaannya. Menahan perasaannya ini selama hampir dua belas tahun. Bahkan sejak kecil saja ia sudah mengerti artinya menyukai seseorang. Walaupun dalam persepsi itu dia hanya berpikir menyukai adalah bermain bersama.

Saat ini Kiara sudah beranjak dewasa semakin bertambah pula kecantikannya. Dia sudah besar, bukan lagi gadis kecil pemalu yang bersembunyi di balik baju ibunya. Kiara sudah semakin pandai bergaul dengan teman-teman nya. Bukan hanya teman perempuan, yang laki-laki juga banyak yang menjadi temannya. Bisa dibilang Kiara populer di sekolahan nya, bahkan banyak cowok-cowok di sekolahnya yang melirik gadis itu saat sedang berjalan bersama dengannya menuju kelas.

Selalu ada perasaan tidak rela ketika Kiara dipandang kagum oleh cowok lain. Rasanya ingin memiliki Kiara untuknya sendiri, tidak untuk dibagi-bagi dan tidak untuk diperlihatkan kepada orang lain terutama para cowok di sekolah nya. Tetapi ia sadar, Kiara juga gadis remaja yang menginginkan sebuah kebebasan. Tentunya dia juga tidak suka jika terlalu dikekang sana sini olehnya.

Arjuna tidak bisa terlalu egois untuk itu. Dia dan Kiara adalah sahabat, teman berbagi rasa namun bukan perasaan cinta. Teman untuk saling mencurahkan cerita namun bukan untuk dimiliki. Teman yang setiap harinya bercanda tawa tetapi-

Mengapa ia yang akhirnya jatuh cinta?

Dan pahitnya lagi kenapa hanya dirinya yang merasakan hal itu, sedangkan Kiara tidak sama sekali.

Menahan rasa cinta di balik hubungan pertemanan itu sangat sulit, sangat menyakitkan, apalagi hanya dirinya yang bertahan sendirian. Arjuna seringkali mendengar keluh kesah Kiara tentang kekasihnya yang sangat jahat menurutnya, karena telah meninggalkan dirinya demi cewek lain.

Tetapi dia sendiri lebih jahat. Mengapa dia tidak bisa merasakan ketulusan hati dan perhatian Arjuna sama sekali?

Hati Arjuna kembali terasa tercabik-cabik saat mendengar tangisan Kiara membicarakan Raka yang sudah memutuskan dirinya demi Andria. Sangat perih dan sangat sesak untuk didengarkan.

Tetapi ia lebih merasa sesak jika gadis itu terus menangis demi cowok berengsek tidak bertanggungjawab itu. Rasanya tidak jauh berbeda dari waktu kelas 1 SMA. Ketika Kiara sedang patah hati oleh kekasihnya yang bernama Bobby. Lagi-lagi gadis itu yang menjadi korban hubungan mereka. Bobby ketahuan berselingkuh dengan cewek sekelasnya.

Kiara yang sudah sangat mempertahankan hubungan itu sampai dirinya pun juga harus kesakitan menahan perasaannya sendiri. Dan ternyata pada akhirnya malah cowok berengsek itu mengingkari janjinya, padahal sebelumnya Arjuna sudah berbicara diam-diam tanpa sepengetahuan Kiara dan memberikan amanah kepada cowok itu untuk menjaga Kiara dengan baik.

Ternyata perjuangannya menahan perasaannya sendiri pun menjadi sia-sia.

Cowok-cowok yang tidak bertanggung jawab itu terlalu beruntung mendapatkan Kiara, tetapi mereka malah mengecewakannya. Dan bullshit nya lagi, Kiara selalu saja menangisi cowok-cowok tak berperasaan itu.

Padahal Arjuna selalu ada di sampingnya, selalu ada untuknya, dan tidak pernah meninggalkan dirinya sama sekali. Apakah dia tidak mendapatkan kesempatan itu, bahkan hanya untuk sekali saja?

Padahal mereka selalu bersama, saling mengerti perasaan sayang satu sama lain. Tetapi tidak untuk cinta. Perasaan sayang ini hanya untuk sebatas teman. Sebatas kakak adik. Sebatas tetangga yang hanya menjadi teman dekat ketika hati sudah merasa sepi.

Segitu menyedihkan kah hidupnya?

Tidak bisa merengkuhnya walaupun sangat dekat di depan mata. Tidak bisa memilikinya walaupun sudah sangat erat di dalam genggaman tangannya. Tidak bisa mengatakan cinta walaupun berkali-kali ia memberikan seluruh perhatian kepadanya.

Tetapi yang ada di dalam mata cantiknya adalah bayangan cowok lain. Bukan dirinya. Bahkan hidupnya saja tak lebih beruntung dari para-para cowok berengsek itu yang sudah menyia-nyiakan Kiara.

Tak sadar Arjuna menitikkan air mata di kedua sudut matanya. Pandangannya lurus menatap ke arah langit-langit kamar. Selalu menjadi kebiasaannya setiap malam sebelum tidur, memikirkan bagaimana hubungannya dengan Kiara ke depannya.

Apakah hanya sampai di batas itu saja? Atau dirinya bisa menghancurkan satir kokoh di depannya itu?

Semuanya menjadi serba salah ketika memikirkan gadis itu kembali. Perasaannya terus bertambah tanpa memikirkan konsekuensi yang akan didapatkan nya kemudian. Dirinya sudah terlalu jauh untuk mengharapkan gadis itu menjadi miliknya.

Sebelah tangan besar itu mengusap air mata yang turun tanpa permisi di pipinya. Dia tidak boleh menyerah hanya untuk kali ini, ia harus kembali bertahan dan menjadi baik-baik saja seperti sebelumnya. Sebelumnya dan bertahun-tahun seperti saat ia tidak mengenal Kiara.

Tetapi bagaimanapun dirinya beralih, Arjuna tidak dapat menjauh sekalipun ia berusaha melupakan perasaannya. Karena Kiara sangat dekat, dan selalu ada di sekitarnya. Tidak mungkin ia bisa melupakan orang yang hampir setiap hari ia temui itu. Rasanya lebih menyakitkan seperti ini daripada harus merindui seseorang yang jauh. Karena ia tidak bisa menghindarinya, bahkan hanya untuk menolak pembicaraan nya saja tidak bisa.

Arjuna menghela napasnya panjang. Pikirannya sudah kembali setelah berlama-lama memikirkan masa lalu mereka.

"Karena saking nyamannya aku ketika saat-saat bersamamu. Diriku sampai lupa bahwa itu semua hanya sebatas teman."

***