Chereads / Friendshit Zone / Chapter 1 - 1. Putus Cinta

Friendshit Zone

🇮🇩Rhyzuchan
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Putus Cinta

"Maaf, yah, kita sampai di sini saja."

Seseorang lelaki yang memakai jaket kulit berwarna hitam itu memandang gadis yang sedang menangis sesenggukan di depannya, setelah mengatakan kata-kata yang amat menyakitkan seperti ujung busur panah yang langsung mengenai hati gadisnya. Bahkan gadis itu semakin terisak setelah mendengarkan pengakuannya yang tiba-tiba.

"Hiks ... Hiks ... T-tapi kenapa? Apa aku kurang baik untukmu? Apa selama ini aku selalu menyulitkan mu, Ka?" Tanya Kiara lesu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia menatap dalam mata kekasihnya yang sekarang hampir menjadi mantannya. Tidak mengalihkannya dari sana sama sekali karena ingin mengetahui kejujuran darinya.

Raka mengalihkan pandangannya sesaat, lalu kembali fokus menatap gadisnya yang entah berapa lama telah mengeluarkan air matanya. Ia berkali-kali sudah menjelaskan, namun sepertinya ia sulit untuk melepaskannya. Raka menghela napasnya panjang.

"Ra, dengar. Kamu sudah cukup baik buatku, selama hubungan kita setahun ini kamu tidak menyulitkan ku sama sekali. Justru akulah yang lebih menyulitkan mu, maka dari itu aku merasa diriku tidak cocok untuk orang sebaik kamu," jawab Raka mencoba menjelaskan kembali bagaimana hubungan mereka.

Mereka berdua sudah berpacaran selama satu tahun lamanya. Semenjak kelas 2 SMA Raka yang pertamakali menembak Kiara dan memohon-mohon untuk menjadi pacarnya. Dan setelah setahun Raka merasa hubungannya terjadi masalah, ia ingin mengakhirinya hanya untuk satu tahun ini saja. Dia sudah menjelaskan dengan baik-baik kepada calon mantannya itu agar dapat melepaskannya, karena selama berpacaran ia merasa selalu dikekang oleh gadis itu.

"Ka, jangan berkata seperti itu. Aku menerima mu apa adanya, dulu kamu yang memintaku untuk menjadi pacarmu, lalu aku menyetujuinya. Itu berarti aku sudah siap dengan segala konsekuensinya, tapi tolong jangan putuskan aku! Jangan bilang ini terakhir untuk kita!" Air mata gadis itu berlinangan merembes keluar membasahi wajah cantiknya. Raka menutup hidungnya sambil kembali berpikir.

Tidak ada yang salah dengan dirinya. Wajahnya cantik, tubuhnya langsing, tingginya pas, tidak terlalu pintar namun juga tidak bodoh, rambutnya hitam panjang, bahkan dirinya pun populer di kalangan siswa-siswa di SMA Bakti Pertiwi yang menjadi tempat sekolahnya saat ini. Tetapi mengapa cowok itu malah ingin putus darinya? Apa yang salah dengannya?

"Apa yang salah dariku? Kenapa kamu malah ingin putus? Katakan, Ka agar aku bisa memperbaikinya!" Seru Kiara bertubi-tubi sambil memukul pelan lengan Raka di depannya. Ia sudah hampir putus asa dengan keadaan ini, belum rela jika akan ditinggal oleh orang yang sangat ia sayangi.

"Ra, dengarkan aku, Kiara!" Tegas Raka akhirnya dapat membuat gadis itu berhenti memukulinya dan terdiam menatapnya sesenggukan.

"Kamu tidak salah, aku yang salah. Maka dari itu hubungan kita sampai di sini saja, kita itu tidak cocok, Ra. Aku dan kamu itu beda, kamu terlalu baik untuk aku yang seperti ini, aku merasa tidak sebanding dengan kebaikanmu."

"Kenapa? Kebaikanku yang mana? Apa karena aku yang membiarkanmu saat kamu ketahuan diam-diam dekat sama Andria? Itu memang pilihanku, Ka. Aku memang memilih untuk mempertahankan mu, karena aku menyayangimu, Raka!" Balas Kiara dengan nada lirihnya. Hanya menanggapi cowok di depannya ini sudah membuatnya darah tinggi, beruntung yang di depannya adalah kekasihnya orang yang disayanginya, jadi dia pun tidak akan bisa marah kepadanya apapun itu alasannya.

Kecuali jika memang perasaan lelaki itu sudah berubah, yang spesial di hatinya bukan lagi dirinya, tetapi orang lain. Maka Kiara pun tidak dapat melakukan apa-apa lagi.

"Atau memang kamu lebih memilih Andria daripada aku?" Ucapnya terakhir dengan penuh kekecewaan. Matanya menatap lurus ke arah manik Raka yang juga menatapnya gusar.

Raka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia melarikan pandangannya kemanapun selain ke depan agar dapat menghindari tatapan sendu gadis itu. "Eemm ...."

"Iya, 'kan? Benar, 'kan apa yang kukatakan? Jadi selama ini kamu itu cintanya kepada Andria daripada kepadaku?"

"Eh-"

"Jawab, Ka. Aku pun juga butuh kepastian kalau seperti ini!!" Pekik Kiara keras karena geramnya hampir membuat seluruh pengunjung pasar malam di sekitarnya memandangnya heran.

"Ah iya, oke-oke aku jawab." Akhirnya Raka dapat mengeluarkan suaranya, pekikan nyaring Kiara tadi hampir membuatnya seperti pelaku kejahatan di tengah-tengah keramaian malam ini.

Kiara mengatur napasnya yang memburu sambil memerhatikan kekasihnya yang ingin berbicara.

"Okey, aku jelasin. Jadi gini, aku sudah dekat dengan Andria akhir-akhir ini. Benar. Memang aku merasa lebih nyaman dengannya daripada denganmu, tapi itu bukan berarti kamu jahat, bukan begitu. Justru kamu yang sangat baik kepadaku sampai aku merasa tidak enak untuk mengatakan ini, aku merasa tidak cocok untukmu yang sangat baik kepada ku. Maaf, memang aku yang salah."

Air mata Kiara sudah merembes keluar spontan diusapnya dengan sebelah tangan. Ia hanya menatap Raka sesaat, lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap jalan, menahan tangis.

"Jadi benar, kamu sudah tidak memiliki perasaan lagi untukku dan lebih menyukai Andria? Ekhmm ... Okey, ya sudah kalau begitu. Aku rasa pilihanku untuk mempertahankan mu itu sudah berakhir. Kamu bisa memulai hubunganmu dengan Andria sekarang, tanpa ada rasa bersalah lagi kepadaku. Selamat, sekarang kamu bebas dari kekanganku lagi."

Dengan sekuat tenaga Kiara mengatakan itu sambil tersenyum menahan tangisnya. Ia pun menjulurkan tangannya untuk memberinya selamat kepada cowok di depannya. Karena malam ini dirinya sudah positif putus dengan cowok itu.

Raka kebingungan saat Kiara menjulurkan tangannya, dirinya bimbang untuk menerimanya atau tidak. Tetapi melihat wajah gadis yang sedang berusaha tersenyum di tengah-tengah tangisannya itu membuatnya semakin merasa bersalah.

"Maafkan aku, Ra."

***

"Kak, dimana rubik ku yang waktu itu di depan tivi?" Pekik seorang cowok yang lebih muda kepada kakaknya yang sedang menonton televisi.

"Tauklah, cari sendiri!" Jawabnya cuek tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi di depannya.

Televisi di depannya sedang menampilkan acara FTV. Hari ini malam Minggu, seharusnya untuk para jiwa-jiwa remaja seperti dirinya itu memanfaatkan malam spesial ini untuk keluar rumah. Entah itu berkencan, jalan-jalan, atau hanya sekedar nongki-nongki di cafe bersama teman-temannya.

Tetapi tidak dengan Arjuna Pratama. Cowok tampan namun pemalas, yang cuek dengan sekitar, berbicara seperlunya itu tidak terlalu memikirkan malam Minggu seperti yang lainnya. Menurutnya hal-hal seperti itu malah membuatnya menyia-nyiakan waktu, uang, dan tenaga. Lebih baik menonton televisi di rumah gratis tanpa bayar, sambil makan kacang kulit dan kopi yang sudah hampir dingin di meja nya.

"Kak, bantuin napa? Aku dah cari kemana-mana nggak nemuin ini!"

Suara teriakan yang nyaring itu kembali terdengar hingga membuat malam santainya terganggu. Sungguh adik yang durhaka, waktu spesialnya menjadi tidak nyaman gara-gara suara nyaring adik cowoknya itu. Entah cowok atau cewek yang cocok untuknya, nyatanya suaranya sangat melengking melebihi suara cewek.

"Ogah! Cari aja sendiri, salah siapa naruh barang sembarangan!" Balasnya dengan nada lebih tinggi.

Sebenarnya ia tidak ingin berteriak-teriak seperti itu karena sangat menyayangkan tenaganya yang keluar sia-sia. Tapi demi adik bandel kesayangan, dia harus mengajarinya tentang sesuatu agar tidak ceroboh.

"Ya ampun, Kak. Kamu tuh kakak aku bukan sih! Heran deh, suruh bantuin gitu aja nggak mau!" Protesnya kesal lalu beranjak pergi dari depan kakaknya.

Namun saat ia ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba pintu depan terbuka dengan keras.

Brak

"Astaga! Apa lagi itu?" Kaget Byan saat melihat pintu itu terbuka dan menampilkan seseorang dibaliknya.

"Kak Kiara?" Serunya terkejut melihat gadis yang menangis sesenggukan sedang berdiri di depan pintu.

Mendengar nama Kiara dipanggil Arjuna segera beranjak dari tidurnya dan membersihkan tempat duduknya. Ia pun segera mengumpulkan kulit-kulit kacangnya yang berserakan dan memasukkannya ke dalam tong sampah.

"Kak, kamu kenapa menangis? Kakak sedang bersedih?" Tanya Byan kepada Kiara yang semakin membuat tangisannya semakin kencang. Kiara segera berlari ke dalam tanpa menutup pintunya. Byan segera menutupnya dan mengikuti gadis itu pergi.

"Ra?" Sapa Arjuna kepadanya yang hanya dilewati begitu saja olehnya. Kemudian Kiara berjalan menunduk dan masuk kamarnya.

Arjuna mengernyitkan keningnya heran. Ada apa lagi dengan gadis itu? Kenapa tiba-tiba datang dengan menangis sesenggukan dan langsung menuju kamarnya.

Byan mengangkat bahunya menjawab ekspresi wajah Arjuna yang seperti bertanya 'Ada apa dengannya?'.

"Nggak tau, dia tiba-tiba datang udah nangis dan pas kutanyain nggak jawab, langsung nyelonong masuk aja," jelas Byan yang tidak tahu apapun tentang yang terjadi pada gadis yang dimaksud Arjuna.

Arjuna menghela napasnya panjang. Pasti telah terjadi sesuatu yang salah. Gadis itu tidak mungkin menangis jika tidak ada yang menyakitinya. Ia sudah mengenal Kiara hampir dua belas tahun lamanya. Banyak yang sudah ia ketahui di luar kepala tentang sifat gadis itu. Dan yang ada di dalam pikirannya sekarang pasti gadis itu sedang bersedih karena hubungannya.

***