Setelah satu minggu dirawat akhirnya mas Malik diijinkan untuk pulang,aku mengemas semua barang mas Malik dan memasukannya ke dalam tas,
"Mas" Aku menghampiri mas Malik yang sedang melamun menatap jendela,
"Untuk apa kau mendatangiku,pergi" Ucapnya,
"Mas,kamu boleh menghukum aku atau jika kamu ingin membuatku sama sepertimu kamu boleh melakukannya asal kamu tidak terpuruk seperti ini" Ucapku,namun dia tak memberi jawaban,
DRET...DRET...DRET...Ponsel mas Malik bergetar,tertulis nama Gadis disana,
"Mas ada telfon" Ucapku,namun dia tak merespon,aku pun memutuskan untuk menjawab panggilan itu,
"Kak,mamah dan papah kecelakaan kak" Ucap Gadis,
"Kakak..?" Tanyaku terkejut,namun mas Malik segera mengambil ponselnya,
"Ada apa..?" Tanya mas Malik,
"Apa..?" Ucap mas Malik terkejut dan ponsel terjatuh dari genggamannya.
"Mas kamu tidak apa-apa mas..?" Tanyaku,
"Papah dan mamah" Jawabnya dengan linangan air mata,
"Ada apa dengan papah dan mamah..?" Tanyaku,
"Papah dan mamah mengalami kecelakaan pesawat saat akan datang kemari" Ucap mas Malik,
"Apa .?" Aku tak kalah terkejut mendengar kabar itu,
"Aku tak tau apa dosaku sehingga bertubi-tubi aku mengalami penderitaan,pertama aku lumpuh,kedua aku ditinggalkan kekasihku,dan sekarang orang tuaku meninggalkanku" Ucapnya dengan air mata,
"Sabar mas" Ucapku menenangkan mas Malik.
Rasa sakit yang mas Malik alami begitu bertubi-tubi,tak kuat dia menahan semuanya sendiri sampai dia harus meneteskan air mata,aku beranikan diri untuk memegang bahunya,namun tangannya menarik tanganku dan dia memelukku dengan sangat erat.
"Kamu yang tenang mas,aku janji tak akan meninggalkanmu" Ucapku mengusap punggungnya,
"Sekarang kita pulang iya" Aku mengajaknya pulang dan dia menjawab dengan anggukan kepala,aku menyusuri lorong rumah sakit dengan membawa tas dan mendorong kursi roda mas Malik,
"Pak Diman" Panggilku pada supir yang sudah menjemput kami,pak Diman pun langsung berlari menghampiri kami,pak Diman membawa tas dan menyimpannya di bagasi mobil kemudian dia membantuku mengangkat tubuh mas Malik masuk kedalam mobil,mobil pun dilajukan menuju rumah.
Akhirnya kami sampai dirumah pak Diman pun membantuku untuk menurunkan mas Malik,ada Gadis sudah menunggu kami,
"Nyonya biar saya bawakan tasnya" Ucap Gadis,
"Terimakasih" Ucapku menyerahkan tas itu pada Gadis,aku mendorong kursi roda mas Malik sampai didepan tangga,
"Mas,pegangan yang kuat iya" Ucapku pada mas Malik dan dia menganggukkan kepalanya.
Perlahan aku mendorong kursi roda naik tangga,setelah sampai dikamar aku membantu mas Malik pindah ketempat tidur,
"Gadis terimakasih" Ucapku,
"Iya nyonya sama-sama,saya pergi dulu" Ucapnya kemudian meninggalkan kami,
"Mas apa kamu mau sesuatu..?" Tanyaku,
"Arin,kenapa kamu baik padaku..?padahal aku sudah sangat menyakiti hatimu" Tanya mas Malik
"Mas,kamu tidak menyakiti aku,kamu hanya memberiku hukuman dan diberi hukuman itu karena aku salah lagi pula kamu suamiku jadi aku punya kewajiban merawat kamu" Ucapku
"Terimakasih Arin kamu sudah mau merawat aku dan aku mohon jangan tinggalkan aku" Ucapnya dengan air mata yang mengalir,
"Aku janji tak akan meninggalkanmu kecuali kamu yang meminta mas" Aku menggenggam tangannya dan tersenyum.
"Sekarang kamu istirahat,aku akan membuatkan kamu bubur untuk kamu minum obat" Ucapku membaringkan mas Malik dan menyelimutinya.
Aku berjalan menuju dapur dan aku berpapasan dengan Gadis,
"Gadis bisakah kita bicara..?" Tanyaku,
"Baik nyonya" Jawabnya,aku dan Gadis berjalan menuju taman belakang,
"Saat aku mengangkat telfon darimu tadi aku dengar kamu memanggil mas Malik dengan sebutan kakak,siapa sebenarnya dirimu..?" Tanyaku
"Maaf nyonya mungkin anda salah dengar" Ucapnya dengan memalingkan wajahnya,
"Gadis,jujurlah padaku karena aku pun melihat matamu bengkak,kamu habis menangis bukan..?" Aku menggenggam erat tangannya,
"I..iya nyonya,nama saya yang sebenarnya adalah Angel,papah meminta saya untuk mengawasi kak Malik,dan memberitahu ayah bagaimana sikap wanita-wanita yang dibawa pulang oleh kak Malik" Ucapnya
"Jadi kamu adik dari mas Malik..?Dan namamu Angel bukan Gadis..?Apakah mas Malik tau semuanya..?" Tanyaku,
"Iya nyonya,kak Malik sebenarnya sudah tau kalau Vita itu hanya menginginkan harta tapi mamah terus menekan kak Malik agar selalu bersama Vita" Ucapku,
"Tapi dirumah sakit kamu pun melihatnya betapa terpukulnya dia saat Vita meninggalkannya.." Ucapku
"Benar nyonya,tapi itu hanya akting semata agar kak Malik bisa menyalahkan Vita nantinya,kak Malik itu sebenarnya laki-laki yang baik dan penyayang,hanya saja dia selalu ditekan oleh mamah,itu sebabnya dia selalu kasar padamu,dan kamu ingat kejadian saat kak Malik akan melindas kakimu..?Itu kak Malik sengaja menabrakkan diri ke tembok" Ucap Gadis,
"Apa..?" Tanyaku,
"Iya nyonya,aku pun sering melihat kak Malik menangis saat kak Malik selesai menghukum kamu,karena penyesalannya" Ucap Gadis
"Tapi selama ini dia selalu bertindak kasar dan melukai fisikku" Ucapku,
"Itu dia lakukan karena mamah memantaunya lewat Anita" Ucap Gadis,
"Anita..?" Tanyaku,
"Iya,Anita salah satu pembantu dirumah ini tapi saat aku mendengar kabar papah dan mamah kecelakaan aku memecatnya" Ucap Gadis,
"Lantas sekarang dimana jasad papah dan mamah..?" Tanyaku,
"Papah dan mamah jasadnya sudah dimakamkan,sengaja aku tidak menunggu kak Malik,karena aku tidak ingin membuatnya semakin terpuruk dan lama untuk sembuh" Ucap Gadis,
"Kamu tidak usah khawatir,mulai sekarang kehidupan kak Malik akan normal seperti semula dan kamu akan mendapat perlakuan baik darinya" Lanjut Gadis,
"Aku boleh minta satu permintaan padamu..?" Tanyaku,
"Boleh silahkan" Ucapnya dengan tersenyum,
"Bolehkah kamu memanggilku kakak jangan nyonya" Ucapku
"Oh soal itu,itu masalah gampang tapi aku tidak tau dengan kak Antoni" Jawabnya,
"Kak Antoni..?" Tanyaku,
Dia tersenyum,"Antoni itu kakakku juga dia adik dari kak Malik" Ucapnya,
"Apa..?Jadi kalian semua keluarga..?" Tanyaku,
"Iya,dan mungkin kak Antoni menyukaimu" Ucapnya
"Darimana kamu tau kalau Antoni menyukaiku..?" Tanyaku,
"Dari cara dia menatapmu dan berbicara denganmu" Ucap Gadis,
"Sepertinya biasa saja Gadis,tak ada yang aneh" Ucapku
"Kita lihat saja nanti" Ucapnya dengan tersenyum,
"Astaghfirullah,aku lupa kalau aku harus membuat bubur untuk kakakmu Malik" Ucapku dan bergegas menuju dapur meninggalkan Gadis,
"Nyonya" Sapa Antoni saat bertemu denganku,
"Berhenti memanggilku nyonya Antoni" Jawabku memicingkan mata,
"Maksud nyonya..?" Tanyanya,
"Kamu itu adik iparku" Jawabku,dan dia seperti terkejut mendengar ucapan aku,
"Ah nyonya bisa saja,aku adik ipar nyonya..?Adik ipar dari mana nyonya" Tanyanya,
"Sekarang aku tanya kenapa kamu mengenakan pakaian serba hitam..?Dan darimana kamu..?Dari pemakaman mamah dan papah bukan..?" Tanyaku,
"E...Aku...Aku" Ucapnya terbata-bata,
"Sudah kak,kak Arin sudah mengetahui semuanya tidak perlu lagi ditutup-tutupi" Ucap Gadis yang tiba-tiba nongol,
"Maafkan aku" Ucap Antoni,
"Tidak apa,sudah aku akan membuat bubur untuk kakakmu" Ucapku dan mulai memasak bubur.
Setelah siap aku membawakannya keatas menuju kamar mas Malik,
"Kak,apa aku boleh ikut" Pinta Gadis,
"Boleh,ayo" Ucapku,aku dan Gadis bersama-sama menaiki tangga dan menuju kamar mas Malik.
"Mas,bangun buburnya sudah siap,makan dulu terus diminum obatnya biar kamu cepat sembuh" Ucapku,
"Iya" Jawabnya membuka mata,
Aku membantunya untuk duduk,dan menaruh meja diatasnya agar dia bisa dengan mudah memakan buburnya,
"Gadis,bagaimana dengan..?" Ucapan mas Malik menggantung,
"Semua sudah selesai kak,sekarang kamu hanya perlu memulihkan keadaanmu" Ucap Gadis,mas Malik menatapku.
"Aku sudah mengetahui semuanya mas,Gadis dan Antoni adalah adikmu" Ucapku dan dijawab senyuman olehnya,
Setelah mas Malik melahap habis buburnya,aku memberinya obat.
"Sekarang kembali beristirahat" Ucapku,menidurkannya dan menutupinya dengan selimut,
"Terimakasih Arin" Jawabnya memegang tanganku,
"Sama-sama" Ucapku tersenyum,aku dan Gadis kembali kebawah dan membiarkan mas Malik beristirahat.