Aku bangun pagi ini dan segera bersiap untuk turun kebawah menyiapkan sarapan sebelum mas Malik,tubuhku rasanya masih sakit untuk menerima hukuman darinya lagi,setelah selesai bersiap aku turun kebawah dan menuju dapur.
"Selamat pagi nyonya" sapa Gadis dan Antoni
"Pagi" jawabku dengan tersenyum,
"Bagaimana keadaanmu..?" tanya Gadis
"Sudah lebih baik" jawabku tersenyum,
"Kita masak apa hari ini..?" tanyaku pada Antoni dan Gadis,
"Kita akan membuat salad" ucap Antoni
"Gadis,bisakah kau menolongku..?" tanyaku
"Apapun Rin,aku akan membantumu" ucap Gadis
"Tolong bantu aku mengobati luka di punggungku,tapi nanti setelah aku selesai membuat sarapan" bisik ku
"Baiklah" jawabnya,
Aku membuat salad dibantu oleh Antoni sedangkan Gadis pergi mengerjakan yang lain,setelah selesai aku menyajikannya dimeja,saat aku akan memanggil mas Malik tiba-tiba aku mendengar ketukan pintu,
"Arin" seseorang memanggilku dari luar,aku sangat mengenal suara itu,aku berjalan menuju pintu namun aku dihentikan oleh suara mas Malik,
"Berhenti!!!" ucapnya mendekatiku
"Tapi mas seseorang diluar memanggilku" ucapku
"Aku bilang berhenti iya berhenti!!!" ucapnya emosi
Aku menuruti perkataannya aku pun kembali menuju dapur namun aku mengintip dari balik dinding dapur karena penasaran dengan siapa yang datang,
"Untuk apalagi kau datang kemari" ucap mas Malik pada ayah,ayah ternyata yang datang dengan wajah sedihnya,
"Ada apa dengan ayah??,kenapa terlihat begitu sedih" batinku bertanya-tanya
"Malik ijinkan saya bertemu Arin" ucap ayah memohon,
"Untuk meminta uang..?,ini" mas Malik melempar beberapa lembar uang ke wajah ayah,
"Lastri,ibu istriku...ibu dari Arin meninggal" ucap ayah dengan wajah sedihnya,
"Apa..?" ucapku berjalan menghampiri ayah,
"Nak Arin ibumu meninggal" ucap ayah dengan tangisannya,
"Ayah bagaimana bisa ibu meninggal..?" tanyaku
"Setelah pulang dari sini ibumu sakit nak,dan tak lama dia meninggal" jelas ayah
"Ayah,aku ingin bertemu ibu yah" ucapku menarik tangan ayah dan air mata yang tak dapat lagi aku bendung,
"Aku tidak akan mengijinkan kamu pergi dari sini" ucap mas Malik tegas,
"Tapi mas ibu orang tua kandungku,aku ingin melihatnya yang terakhir kali" ucapku memohon,
"Kalau aku bilang tidak iya tidak,sekarang kamu masuk!!!!!" bentak mas Malik
"Mas aku mohon" aku memohon sampai sujud dikakinya berharap ada sedikit rasa iba untukku,
"Masuk!!!!" ucap mas Malik dengan menendang tubuhku,
"Nak biarkan Arin menemui ibunya untuk yang terakhir kali" ucap ayah
Namun lagi-lagi mas Malik melempar uang ke wajah ayah dan mengusir ayah,
"Pergi!!!!" teriak mas Malik,
Saat ayah akan pergi,ayah memungut uang yang sudah dilempar oleh mas Malik kemudian pergi,
"Dasar pengemis,pemeras" ucap mas Malik saat ayah memunguti uang,
"Mas ijinkan aku datang untuk melihat ibu terakhir kalinya" ucapku sujud dan memohon pada mas Malik,
"Sekali aku bilang tidak iya tidak!!!!" bentak mas Malik padaku,
Mas Malik meninggalkanku sendiri,aku menangis tanpa henti memikirkan bagaimana dengan Dito dan Dea,
"Nyonya yang sabar iya" ucap Gadis mendekatiku dan menenangkan aku,
"Gadis bagaimana dengan kedua adikku,aku tidak tega dengan mereka,aku ingin menyemangati mereka" ucapku
"Sabar nyonya,aku bisa mengantarmu ke rumah orang tuamu" ucap Gadis
"Bagaimana caranya Gadis,mas Malik melarang aku untuk datang kerumah orang tuaku" ucapku
"Nyonya tenang saja,aku punya cara sendiri" ucapnya
"Iya sudah aku bersiap dulu" ucapku dan pergi meninggalkan Gadis menuju ke kamar,
Aku bersiap secepat mungkin sebelum mas Malik pulang,setelah selesai bersiap aku keluar dari kamarku dan menemui Gadis,
"Ayo nyonya" ucap Gadis
"Ayo Gadis" jawabku
"Antoni jangan lupa pesanku" ucap Gadis pada Antoni,
Kami pun berjalan keluar menuju motor yang sudah disiapkan Antoni,kami bergegas menuju rumah orang tuaku,kurang lebih 2 jam aku dan Gadis menaiki motor akhirnya aku sampai didepan rumah,dan ternyata mayat ibu sudah diangkat dan akan dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya,
"Tunggu" ucapku berlari dan menahan orang yang membawa keranda,
"Mbak Arni" panggil kedua adikku Dito dan Dea berlari memelukku,
"Dito...Dea" aku membalas pelukan mereka,
"Pak ijinkan saya melihat ibu sebentar untuk yang terakhir kalinya" ucapku pada orang-orang yang membawa keranda,
Keranda pun diturunkan dan dibuka dengan perlahan,kain kafan yang menutupi wajah ibu pun dibuka perlahan,aku bisa melihat wajah ibuku,wajah yang amat aku sayangi dan aku rindukan.
Air mataku menetes tanpa henti begitupun dengan Dito dan Dea,
"Arin,biarkan ibumu segera dimakamkan kasihan jika tidak segera dimakamkan,sepertinya akan turun hujan juga" ucap bu Ustadzah mencoba menenangkan Arin
"Baik Ustadzah", ucapku dan kembali menutup kain kafan ibu dibantu oleh Ustadzah,
Namun saat jenazah ibu hendak diangkat,tiba-tiba ada seseorang menarik tubuhku,
"Apa ini..?lepaskan aku" ucapku mencoba melepaskan tanganku yang ditarik paksa,
"Siapa yang menyuruhmu pergi dari rumah dan datang kemari..?" teriak seseorang dari jauh,aku melihat ke sumber suara,
"Mas Malik" ucapku
"Siapa yang mengijinkan kamu datang kemari hah..??!!!" ucap mas Malik menarik lenganku secara kasar,
"Mas tolong lepaskan aku,biarkan aku mengantar jenazah ibu ke peristirahatan terakhirnya" ucapku
"Pulang!!!!" mas Malik menarik tanganku dengan kasar,
"Mbak Arin" teriak Dito dan Dea menghampiriku dan memelukku,
"Kamu pulang denganku sekarang juga atau kamu akan melihat kedua adik kesayanganmu ini celaka..?" bisik mas Malik di telingaku,
"Tidak mas,jangan kamu sakiti adikku" ucapku pelan,
"Sayang,mbak pulang dulu iya,nanti mbak akan sering jenguk kalian" ucapku pada Dito dan Dea,
"Mbak jangan pergi,kalau mbak pergi kami dengan siapa" ucap Dito sambil menangis,
"Dito jaga Dea iya,mbak akan kembali untuk kalian" ucapku,tanganku ditarik paksa mas Malik dan tubuhku diseret masuk kedalam mobil.
Saat didalam mobil aku melihat kedua adikku menangis dan berlari mengejar aku namun ditahan oleh Ustadzah,
"Maafkan mbak dek,mbak janji mbak akan kembali" batinku berucap,mobil pun berjalan dengan kecepatan tinggi sehingga hanya butuh waktu satu setengah jam kami sampai dirumah,
"Turun" tubuhku diseret mas Malik tanpa mengijinkan aku berjalan,
"Mas ampun mas..sakit" ucapku
"Ampun..?kamu fikir aku akan dengan mudah mengampuni kamu..?" mas Malik mencengkram kencang rahang ku,
"Sakit mas" aku menangis sejadi-jadinya,
"Kamu berani keluar tanpa ijin dariku dan kamu meminta ampunan dengan mudah..?" tanya mas Malik dengan senyum misteriusnya,
"Aku hanya ingin melihat ibu untuk yang terakhir kali" ucapku
"Apakah kau ingin ikut dengannya juga..?" ucap mas Malik dengan wajah seperti ingin membunuhku,
"Ampun mas" aku terus memohon padanya,
Namun dia justru menarik aku masuk menuju halaman belakang,dia melempar tubuhku sampai aku terjatuh.
"Aku akan menghukum kamu karena kamu sudah berani keluar tanpa ijin dariku" ucap mas Malik,
"Mas jangan mas,aku mohon maafkan aku ampuni aku" ucapku
"Denis,ambilkan sekarang!!!" perintah mas Malik pada salah satu bodyguardnya,
"Baik tuan" ucapnya lalu pergi,
"Selly pergi panggil semua orang!!" perintah mas Malik
"Baik tuan" ucap Selly,
Semua orang sudah berkumpul dan Denis pun datang dengan membawa sepeda motor yang aku dan Gadis pakai tadi siang,
"Denis,ikat tangan dan kakinya!!" perintah mas Malik pada Denis,
"Baik tuan" ucap Denis dan mengikat kedua tangan dan kakiku,
"Mas tolong jangan hukum aku,ampuni aku" ucapku memohon dengan tangisanku,
Setelah tangan dan kakiku terikat mas Malik menaiki motor itu dan menyalakan motor tersebut,
"Bersiaplah,ini hukuman untukmu karena kamu berani keluar dari rumah ini padahal aku sudah melarang kamu" ucap mas Malik,
"Mas jangan mas" ucapku dengan wajah berlinang air mata dan memohon,
Namun mas Malik tidak memperdulikan ucapan ku,dia menarik gas motor tersebut dan melajukan untuk melindas kakiku,
"Ya allah aku pasrahkan semuanya" batinku berucap
Kulihat semua orang ikut meneteskan air mata melihat aku yang sedang menjalani hukuman,ku lirik Gadis,dia tak sanggup menatapku air matanya mengalir deras.
Aku mencoba menutupi semua rasa sakit yang aku rasakan,dan memasrahkan semuanya kepada sang pencipta dan sang pemilik hati,
"Ya allah,engkau maha membalikan hati,tolong ubahlah hati mas Malik yang keras dan kejam ini,menjadi mas Malik yang baik hati dan lemah lembut" batinku meminta kepada sang pencipta dengan senyum di wajahku.
"Bismillahirokhmanirokhim" ucapku
Namun tiba-tiba bruk,semua orang menangis aku pun memejamkan mataku dengan sangat rapat,tapi aku tidak merasakan sakit apapun,perlahan aku membuka mataku,dan ternyata
"Mas Malik" teriakku dan mencoba melepaskan diri dari jeratan tali yang mengikat kaki dan tanganku.