Aku terbangun dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah selesai aku langsung berjalan turun untuk menuju dapur,namun saat aku akan membuka pintu tiba-tiba,
"Mau kemana kamu sepagi ini..?" tanya mas Malik
"Aku ingin ke dapur" jawabku
"Tak perlu sudah ada banyak pembantu disini dan mereka melakukan pekerjaan mereka masing-masing" ucap mas Malik
"Tapi aku ingin memasak sendiri" ucapku
"Jadi kau memaksa ingin mengerjakan sesuatu..?" tanya mas Malik dengan mendekat kepadaku,
"Ma..mau apa kamu mas" tanyaku
"Aku ingin memberimu pekerjaan sesuai keinginanmu,kamu ingin bekerja bukan..?" tanya mas Malik dengan tatapan tajamnya,
Namun belum sempat dia semakin mendekat tiba-tiba pintu digedor dengan kencang,
"Sayang kamu bangun sekarang dan jelaskan semuanya" ucap seorang wanita dari luar
Mas Malik pun segera membuka pintu kamarnya dan menemui wanita itu,
"Selamat pagi sayang" ucap mas Malik memeluk wanita itu
"Jelaskan semuanya,tega kamu mas menikahi wanita lain" ucap wanita itu dengan menangis,
"Hei sayang dengarkan aku dulu,ayo kita masuk" ucap mas Malik dan wanita itu masuk kedalam kamar dan aku masih duduk didepan cermin,
"Heh pelakor berani kamu merebut pacarku" ucap wanita itu menarik rambutku,
"Hey sayang sabarlah,jangan emosi seperti itu aku memang menikahinya tapi aku tak menyentuhnya aku mencintaimu sayang hanya kamu" ucap mas Malik
"Benarkah..?" tanya wanita itu dengan bergelayut manja
"Iya sayang" jawab mas Malik dengan mencium pipinya
"Aku merindukanmu sayang" ucap wanita itu duduk dipangkuan mas Malik,
Seperti tak punya malu,mereka melakukan adegan itu dihadapan aku,
Mas Malik dengan lahapnya melumat bibir wanita itu dan melepaskan semua pakaian wanita itu,mas Malik meremas dan mengulum payudara wanita itu dan wanita itu mendesah dengan kencangnya,
"Ya allah dosa apa aku sampai harus menyaksikan suamiku beradegan panas dengan wanita lain" batinku berucap dan entah kenapa hati ini begitu sakit menyaksikan adegan itu,
"Ah sayang pelan-pelan" ucap wanita itu dengan manja,
Rasa sakit kini aku rasakan saat melihat adegan panas suamiku dengan wanita lain,tanpa terasa air mata ini menetes,aku memejamkan mataku dan menutup telingaku agar aku tak mendengar dan melihat apapun,setelah selesai wanita itu kembali memakai pakaiannya dan pergi,
"Sayang aku mau shoping" ucap wanita itu sebelum pergi
"Iya sayang" ucap mas Malik menyerahkan kartu kredit miliknya dan wanita itu meninggalkan kamar,mas Malik pun berjalan menuju kamar mandi,tangis yang sedari tadi aku tahan kini aku tumpahkan,
"Kenapa aku merasa sesakit ini ya allah" batinku berucap
Saat melihat mas Malik keluar dari kamar mandi aku menyeka air mataku,aku tak ingin dia melihat aku menangis namun siapa sangka mas Malik justru mengangkat tubuhku dan menidurkan aku diatas ranjang,
"Aku masih belum puas jadi kamu harus memuaskan aku" ucap mas Malik
"Mas jangan mas..aku belum siap" ucapku
Dia tak mau mendengar ucapan ku,dia merenggut kesucian ku secara paksa,setelah dia merasa puas dia tertidur dengan pulas,aku mencoba untuk turun dari ranjang melangkah ke kamar mandi dan menangisi semua yang terjadi,
"Ibu,sakit bu" jeritku dalam tangis
Aku mengusap kasar tubuhku,aku menyadari ini memang tugas seorang istri tapi jika dengan cara seperti ini sungguh aku tidak ridha,aku terus menangis meratapi kehidupanku apalagi selanjutnya nanti yang akan aku hadapi,
"Ayah kenapa ayah tega menjual aku,menjadikan aku alat untuk menebus hutang-hutang ayah" aku berbicara dalam tangisku dibawah guyuran air kamar mandi.
Setelah puas meluapkan semuanya aku keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaianku,aku tak mampu berjalan dengan cepat karena rasa sakit yang aku rasakan pada kemaluanku,setelah siap aku melangkah turun kebawah untuk menuju taman,aku duduk di taman dengan air mata yang terus mengalir,
"Nyonya" panggil seseorang,aku segera mengusap air mataku,
"Iya" jawabku,dan menengok kearahnya,
"Nyonya sedih iya..?" tanyanya
Aku hanya menjawab dengan tersenyum,
"Kenalkan namaku Gadis" dia mengulurkan tangannya
"Arin" aku menjabat uluran tangannya,
"Saya mengerti bagaimana perasaan nyonya" ucapnya
"Maksud kamu..?" tanyaku
"Aku dan hampir semua pembantu disini sama seperti nyonya,bedanya kalau nyonya dijadikan istri kalau kami dijadikan pembantu" ucap Gadis dengan senyumnya
"Kalau boleh tau memangnya kamu dan orang-orang disini kenapa..?bukankah kalian memang bekerja disini..?" tanyaku
"Tidak nyonya,kami bekerja disini tanpa bayaran itu karena hutang keluarga kami pada tuan Malik sangat besar" ucap Gadis
"Tapi nyonya beruntung karena dijadikan istri bukan pembantu" lanjutnya
"Tidak ada yang untung Gadis,aku kalau bisa memilih ingin memilih menjadi pembantu saja" ucapku dengan air mata menetes,
"Apa kita bisa menjadi teman..?" ucap Gadis
"Bisa" ucapku dengan menghapus air mataku,
"tuan Abraham tidak menyukai non Vita,karena menurut tuan Abraham non Vita itu hanya mencintai harta tuan Malik" ucap Gadis
"Siapa tuan Abraham..?" tanyaku
"Tuan Abraham itu orang tua tuan Malik" jelas Gadis
"Oh" jawabku
"Tapi berbeda dengan nyonya Agnes,dia sangat menyukai non Vita dan mempercayai non Vita" ucap Gadis
"Apakah nyonya Agnes itu istri dari tuan Abraham..?" tanyaku
"Iya benar sekali" ucapnya
"Tapi kenapa meraka tidak hadir di pernikahan kemarin..?" tanyaku
"Karena mereka sedang tidak ada di indonesia" ucap Gadis
"Apa mereka bisa menerimaku sebagai menantu..?" tanyaku pada Gadis
"Aku tidak tau,mudah-mudahan saja menyukaimu" ucap Gadis
"Nyonya Arin dicari tuan Malik" seorang wanita datang menghampiri kami yang sedang asik mengobrol,
"Baiklah" ucapku
Aku dan wanita itu berjalan menemui mas Malik,entah apalagi yang akan aku terima selanjutnya,
"Heh kamu fikir kamu aku nikahi hanya untuk menjadi ratu.!!!!" bentak mas Malik
"Ma..ma..maaf mas,aku tadi di taman" ucapku
"Kamu aku nikahi hanya untuk melayaniku sama seperti mereka" mas Malik menarik daguku dan menghempaskan wajahku kasar,aku hanya meneteskan air mata.
"Aku tak butuh air matamu,sekarang siapkan aku makan !!!," ucap mas Malik dengan emosi.
Aku segera bangun dan menyiapkan sarapan untuk mas Malik,tapi aku tidak tahu apa yang harus aku masak sementara air mataku terus mengalir tanpa henti,
"Ini bahan-bahan sudah saya siapkan nyonya,tinggal anda masak,tuan Malik kalau sarapan sukanya sup" ucap seseorang yang mungkin chef disini,
"Terimakasih mas" ucapku
"Biar saya bantu nyonya" ucap laki-laki itu
"I..iya mas" jawabku
"Tak perlu memanggil dengan mas,panggil saja Antoni" ucapnya memperkenalkan diri
"I..iya Antoni"
Aku pun segera memasak sup untuk mas Malik sarapan,setelah siap aku menyajikannya dimeja makan,
"wuek...masakan apa ini kamu itu becus masak tidak..?" jawabnya menarik kencang tanganku,
"Ma..maaf mas aku sudah berusaha" ucapku
"Usaha-usaha,kamu coba ini" dia menyuapkan sup panas kedalam mulutku rasa melepuh mulut dan lidahku aku memuntahkan sup itu tanpa sengaja mengenai pakaian mas Malik,
"Kamu..!!!!!! PLAK" mas Malik menamparku,
"Maaf mas" ucapku dengan berusaha berbicara dengan lidah dan mulutku melepuh karena sup panas,
"Kamu fikir kamu siapa..?" bentaknya,mas Malik menyeret aku dan masuk ke kamar mandi,aku disiram dengan air sampai basah semua pakaianku,lalu dia mengunciku didalam gudang,
"Mas buka pintunya,maafkan aku" teriakku dengan menggedor-gedor pintu gudang yang dikunci dari luar.
Namun tak ada jawaban apapun itu artinya mas Malik sudah tidak ada disini,aku terduduk dan menangis meratapi kehidupanku,
"Ibu bukan ini pernikahan yang Arin harapkan" ucapku dalam tangis