"Hah.."
Zoya yang baru aja datang dan sedang berdiri di depan pintu lift tersentak kaget saat mendengar helaan nafas berat tepat di dekat telinga sebelah kanannya.
Dengan cepat Zoya segera menolehkan kepalanya kearah kanan untuk melihat siapa orang yang tengah berdiri tepat di sebelah kanannya sambil menghela nafas dalam meski saat ini jam masih menunjukan pukul delapan pagi.
Zoya yang baru saja menolehkan kepalanya kearah sebelah kanan, langsung membulatkan kedua bola matanya terkejut melihat Leo yang berdiri tepat di sebelahnya seperti mayat hidup. Bagiamana Zoya tidak menyebut Leo seperti mayat hidup? Karena saat ini sang keretaris CEO Itu terlihat seperti orang yang kurang beristirahat, atau bisa di bilang sang sekretaris CEO di sebelahnya ini nampak seperti orang yang sudah tidak tertidur beberapa hari.
Zoya yang ingin menyapa Leo pun berdeham sebentar untuk menjernah suaranya.
"Selamat pagi pak Leo." Sapa Zoya dengan seulas senyum tercetak di wajahnya dan tatapan matanya mengarah pada wajah Leo, Meksi kini dirinya harus sedikit mengangkat kepalanya karena perbedaan tinggi badan yang cukup kontras antara mereka berdua.
Leo yang mendengar dirinya di sapa dengan suara yang terdengar tidak asing baginya pun menolehka kepalanya keasal suara dan ternyata dirinya mendapati sosok Zoya yang berdiri tepat di sebelah sisi kirinya sambil menatap kearahnya dengan seulas senyum terulas di wajah perempuan itu.
Leo yang masih merasa nyawanya belum terkumpul karena baru tertidur selama satu jam pun hanya berdeham pelan sambil menganggukan kepalanya pelan. Membuat Zoya yang mendapatkan balasan seperti itu dari Leo pun sedikit mengerutkan dahinya heran. Karena biasanya Leo akan membalas sapaan siapapun dengan nada tegas dan seulas senyum kecil tercetak di wajah pria itu.
Zoya yang merasa penasaran pun membuka suaranya untuk bertanya kepada sang sekretaris CEO Tersebut.
Ting!
Namun Zoya mengurungkan niatnya saat mendengar suara dentingan lift dan tidak lama kemudian pintu lift pun terbuka, dirinya dan Leo pun berjalan bersisian memasuki lift.
Saat sudah berada di dalam lift, Zoya pun langsung membuka suaranya sambil menatap kearah Leo yang kini berdiri di sebelah kanannya.
"Mas Leo, kamu kenapa? Pak Ken lagi banyak ngasih kerjaan ya?" Tanya Zoya dengan informal, karena merasa jika saat ini hanya ada mereka berdua saja, jadi tidak perlu terlalu formal.
Leo yang mendengar pertanyaan Zoya pun kembali menghela nafas dalam, membuat Zoya langsung mengerti, meski tanpa harus mendapatkan jawaban berupa kata-kata.
"Ah, apa sebaiknya mas ngga bilang aja ke Pak Ken, untuk nggak terlalu melimpahkan begitu banyak pekerjaan ke mas?" Tanya Zoya lagi yang membuat Leo terdiam sesaat di tempatnya, lalu membuka suaranya.
"Jika pekerjaan yang berkaitan dengan dokumen dokumen perusahaan aku sama sekali ngga masalah Zoy. Memang ini masih berkaitan dengan perusahaan, tapi aku malas harus mengerjakan sesuatu yang tidak terstruktur."
Zoya menaikan sebelah alisnya merasa tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Leo. Memang ada pekerjaan yang berkaitan dengan perusahaan tapi tidak berupa dokumen dokumen? Hmm mungkin ada.
"Maksudnya gimana mas? Aku gagal paham nih." Ujar Zoya yang membuat Leo mendengus geli, dirinya merasa wajar jika Zoya tidak mengerti dengan apa yang dirinya katakan tadi, karena selama ini Zoya berkerja hanya berdasarkan dokumen saja, tidak seperti dirinya yang juga harus mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan pribadi Ken.
"Ya, kamu tahu bukan Zoy, pekerjaan seorang sekretaris seperti apa? Tidak hanya mengerjakan pekerjaan perusahaan yang berkaitan dengan dokumen saja, tatapi berkaitan dengan hal pribadi juga." Ucap Leo menjelaskan kepada Zoya, Zoya pun menganggukan kepalanya mulai mengerti dengan apa yang di katakan oleh Leo.
"Ah iya, duh aku hampir lupa. Padahal aku suka baca manhwa percintaan kantor antara sekretaris dan CEO. Tsk tsk tsk." Gerutu Zoya mengomeli dirinya sendiri, membuat Leo terkekeh pelan. Melihat tingkah Zoya saat ini entah mengapa mampu membuat dirinya tidak terlalu memikirkan mengenai pekerjaan yang di berikan oleh Ken kemarin kepada dirinya.
"Makasih ya Zoy. Kamu udah ngehibur aku, rasa penat aku sedikit berkurang."
Zoya yang mendengar perkataan Leo pun mengulaskan senyum di wajahnya dengan sebelah tangannya yang terulur untuk menepuk nepuk punggung Leo bagian kiri.
"Kalau butuh referensi dan saran, jangan sungkan datang ke aku ya mas. Meski aku ngga tahu akan seberapa banyak kasih saran buat mas, tapi seenggaknya mas merasa sedikit lega udah ceritain semuanya."
Leo menganggukan kepalanya pelan merespon perkataan Zoya dengan seulas senyum tercetak diwajahnya.
"Ya, nanti aku akan cerita ke kamu kalau aku merasa sudah tidak ada jalan lain."
Zoya menganggukan kepalanya dengan seulas senyum tercetak di wajahnya. "Siap mas."
Ting!
Tidak berapa lama pintu lift pun terbuka tepat di lantai ruang Departemen Keuangan berada.
"Kalau begitu aku duluan ya mas, see you." Ucap Zoya sambil melambaikan sebelah tangannya kepada Leo.
Leo pun menganggukan kepalanya sambil ikut melambaikan sebelah tangannya membalas Zoya meski tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Saat pintu lift sudah tertutup kembali, Leo kembali menghela nafas panjang sambil menatap bayangan dirinya yang terpantul pada dinding lift.
"Tidak mungkin bukan aku mengatakan kepada Zoya jika aku sedang pusing mencarikan beberapa kandidat perempuan yang akan di nikahkan kontrak dengan Ken. Yang ada satu perusahaan akan gempar, meski aku tahu Zoya tidak akan pernah menyebar luaskan berita itu." Gumam Leo pada dirinya sendiri.
Leo memilih terdiam di tempatnya mencoba memikirkan apa yang baru saja dirinya katakan tadi.
"Hmm, tapi mungkin jika nanti Ken menolak para perempuan yang sudah ku list kan, mungkin aku akan meminta bantuan kepada Zoya." Gumam Leo sambil menganggukan kapala menyetujui dengan apa yang dirinya katakan tadi untuk meminta bantuan kepada Zoya jika dirinya sudah benar benar tidak dapat mencarikan lagi perempuan yang akan menikah kontrak dengan Ken.
***
Tok tok tok
Zoya yang saat ini tengah merapihkan beberapa dokumen yang sudah dirinya kerjakan tadi pun menolehkan kepalanya kearah pintu ruangan manajer keuangan saat mendengar suara pintu itu terketuk dari luar, begitu juga dengan Hesti yang tengah menatap kearah layar laptop, kini menolehkan kepalanya kearah pintu ruangan manajer keuangan yang tengah di ketuk oleh seseorang dan ternyata orang tersebut adalah Leo.
Kerutan kecil tercetak di kening Hesti dan Zoya saat mendapati sang sekretaris CEO Itu tengah berdiri di depan pintu ruangan manajer keuangan. Bukan hanya Hesti dan Zoya saja yang merasa heran dengan kehadiran Leo, melainkan para staff departemen keuangan pun juga ikut mengerutkan dahi mereka heran melihat kedatangan pria itu.
"Zoy, coba kamu buka pintunya, mungkin ada hal penting yang mau di bicarakan Leo." Ucap Hesti kepada Zoya yang sudah menganggukan kepalanya merespon apa yang di katakannya.
Zoya pun kini melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu ruangan manajer keuangan dan membukakan pintu tersebut dengan perasaan heran dan penasaran.
"Siang pak Leo, ada apa ya pak bapak ke sini?" Tanya Zoya saat dirinya sudah membuka kan pintu ruangan manajer keuangan an kini berdiri tepat di hadapan Leo.
Leo yang di tanya oleh Zoya bukannya menjawab, justru dirinya menolehkan kepalanya untuk melihat kearah Hesti yang kebetulan kini tengah mengarahkan tatapan mata kearah dirinya.
"Bu Hesti maaf mengganggu. Apakah saya boleh mengajak Zoya keluar sebentar, karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengannya." Ucap Leo membuat Hesti, Zoya dan para staff departemen keuangan mengerutkan dahi heran.
Hesti terdiam sesaat menimbang nimbang apakah dirinya harus memberikan izin atau tidak, karena saat ini dirinya dan Zoya sedang mengerjakan laporan keuangan.
"Hmm boleh saja. Tapi jangan terlalu lama ya karena kami sedang mengerjakan laporan yang diminta oleh pak Ken." Ucap Hesti yang langsung di balas dengan anggukan kepala cepat oleh Leo.
"Baik Bu, tenang saja. Kamu tidak akan terlalu lama untuk membicarakan perihal ini "
Hesti balas menganggukan kepalanya merespon apa yang dikatakan oleh Leo dan kini tatapan matanya mengarah kepada Zoya yang tengah menatap kearahnya.
"Yasudah kamu ikut pergi dengan Pak Leo dulu, biar laporan ini saya yang akan lanjutkan." Ucap Hesti dan di balas dengan anggukan kepala oleh Zoya.
Kini tatapan mata Zoya beralih kepada Leo. "Baik pak Leo, ayo kita bisa bicara sekarang."
Leo pun kembali menganggukan kepalanya merespon perkataan Zoya, lalu dirinya berpamitan kepada Hesti dan melangkahkan kakinya berjalan keluar dari ruangan departemen keuangan bersama dengan Zoya yang berjalan di belakangnya.
Zoya yang sedang berjalan menuju pintu keluar ruangan departemen keuangan pun tidak sengaja tatapan matanya bersitatap dengan keempat sahabatnya yang tengah menatap kearah dirinya dengan tatapan heran.
Zoya yang belum mengetahui apa yang akan di bicarakan oleh Leo pun mengangkat kedua bahunya acuh untuk menunjukan jika dirinya juga tidak tahu apa yang aka di bicarakan oleh Leo saat ini.
Keempat sahabat Zoya yang tidak lain adalah Liv, Naomi, Pidey dan Piyu pun mendesah kecewa karena mereka tidak mendapatkan bahan bergosip hari ini.
Sedangkan itu Leo yang kini sudah berdiri diluar ruangan departemen keuangan pun langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi ekspresi wajah sedih membuat Zoya langsung membulatkan kedua bolamatanya terkejut dan memekik pelan melihat perubahan ekspresi di wajah Leo saat ini.
"Zoya, aku mohon, bantu aku, kali ini saja, aku sudah benar benar bingung harus berbuat apa lagi." Ucap Leo sambil menundukkan kepalanya sebentar, lalu kembali mengangkatnya dan menatap kearah Zoya dengan ekspresi sedih.
Zoya yang melihat reaksi dan juga mendengar perkataan yang di katakan oleh Leo tadi mengerutka dahinya heran.
"Yaampun kamu kenapa mas? Kamu mau minta tolong apa?" Tanya Zoya yang membuat Leo terdiam sesaat di tempatnya, sebelum akhirnya memilih membuka suara dan langsung membuat Zoya semakin membulatkan kedua bola mata terkejut mendengar apa yang di katakan oleh Leo.
"Zoya aku mohon daftarkan Pak Ken ke acara kencan buta malam ini!"