Chereads / Should I Marry Our CEO?? / Chapter 19 - Chapter -018-

Chapter 19 - Chapter -018-

"Ekhm, ok, jadi yang ingin di daftarkan untuk pertemuan kencan buta ini adalah Pak Ken?" Tanya Liv membulat pembicaraan diantara dirinya bersama keempat sahabatnya dan juga Leo setelah beberapa saat tadi mereka terdiam karena benar benar merasa terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Zoya.

Namun beruntunglah setelahnya Leo dengan senang hati menjelaskan kepada mereka mengenai Ken yang saat ini sedang mecari pasangan yang ingin di nikahi oleh CEO mereka.

Leo yang baru saja mendengar apa yang ditanyakan oleh Liv pun menganggukan kepalanya, membuat Liv menghela nafas panjang sesaat. Menurutnya ini akan cukup sulit mencarikan pasangan untuk sang CEO, karena biasanya mereka melakukan kencan buta hanya untuk bersenang senang saja mencari pasangan untuk di kencani, meski tidak sedikit juga yang benar benar melangkah hingga kenjenjang sakral dan suci pernikahan, namun tidak sedikit juga hanya berakhir begitu saja, seperti apa yang di rasakan dan di alami oleh Zoya.

"Baiklah, kalau begitu, apa mas Leo mengetahui tipe ideal yang disukai oleh pak Ken dalam perihal memilih pasangan?" Tanya Liv lagi yang membuat Leo kini terdiam sesaat di tempatnya, lalu membuka suara untuk menjawab apa yang baru saja di tanyakan kepada dirinya.

"Yang terpenting adalah tidak merepotkan dan tidak bergantung kepada dirinya." Jawab Leo membuat Zoya, Liv, Naomi, Piyu dan Pidey terdiam di tempat mereka masing masing dengan mulut yang terbuka kecil dan iuga kedua mata mereka yang berkedip kedip bersamaan.

"Ekhm, ok ada ya pria yang seperti itu di dunia ini. Baik tidak masalah, perasaan suka dan cinta dapat tumbuh kapan pun dengan seiring waktu nya." Ujar Liv yang di balas dengan anggukan kepala kaku oleh ke empat sahabatnya.

"Lalu, apakah kami boleh mengungkapkan jika pak Ken adalah seorang CEO?" tanya Liv yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Leo.

"Boleh, tapi jangan memasukan nama perusahaan kita." Jawab Leo yang kembali di balas dengan anggukan kepala oleh Liv.

"Baik, hmm lalu apa lagi ya. Oh iya, berapa waktu yang diberikan kepada kami untuk menemukan pasangan ini?"

Helaan nafas panjang Leo hembuskan. "Pak Ken hanya memberikan waktu kurang dari satu Minggu. Jadi kurasa lebih baik kalian hanya perlu memberikan beberapa foto dan juga daftar riwayat hidup perempuan yang menurut kalian sesuai dengan kriteria nya."

Liv pun ikut menghela nafas panjang. "Hah, ini akan menjadi pencarian yang begitu panjang dalam mencari kandidat untuk kencan buta."

Zoya, Naomi, Piyu dan Pidey pun menganggukan kepala lesu menyetujui apa yang di katakan oleh Liv.

"Tapi tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik demi bapak CEO. Karena jika kami tidak melakukan yang terbaik, maka nama baik kami akan tercoreng. Benar bukan teman-teman?"

Zoya, Naomi, Piyu dan Pidey kembali menganggukan kepala mereka bersamaan kali ini dengan sedikit bersemangat untuk meyakinkan Leo jika mereka akan melakukan yang terbaik.

Leo yang mendengar dan melihat apa yang di katakan dan di lakukan oleh kelima karyawan perempuan di hadapannya pun balas menganggukan kepala jika dirinya akan mempercayai apa yang sudah di katakan oleh mereka.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu semua laporan dari kalian. Pilihlah menurut sesuai dengan penilaian kalian seorang perempuan. Dan aku harap Pak Ken tidak akan menolak semua list yang sudah kalian berikan nanti, seperti apa yang sudah dirinya lakukan pada hasil jerih payah ku."

Liv, Naomi, Zoya, Piyu dan Pidey yang mendengar apa yang di katakan oleh Leo pun merasa kasihan.

"Tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik dan pak Ken pasti tidak akan menolak semua list kandidat yang udah kami buat nanti." Ucap Liv dan kembali di balas dengan anggukan kepala oleh keempat sahabatnya dan juga Leo.

***

Ken yang saat ini sedang berada di dalam ruangannya melirikan matanya kearah amplo yang tadi di berikan oleh Leo dan berisikan dua puluh foto perempuan yang merupakan putri dan cucu dari beberapa relasi yang dirinya kenal.

Namun tidak ada satu pun dari mereka yang membuat dirinya tertarik untuk melakukan interaksi secara langsung. Dengan melihat foto dan juga riwayat hidup mengenai mereka, sudah membuat dirinya tahu sifat dan perangai yang di miliki oleh mereka dan itu akan membuat dirinya merasa kerepotan di kemudian hari jika benar benar memilih mereka sebagai pasangan nikah kontraknya ini.

"Hah, seharusnya aku mengatakan kepada Leo untuk mencari perempuan yang berasal dari keluarga biasa biasa saja, jangan yang berasal dari keluarga yang setara dengan ku." Gumam Ke sambil kembali mengarahkan tatapan kedua matanya kearah laptop.

"Hmm, apa di perusahaan ini ada perempuan yang sesuai dengan kriteria ku ya? Karena sebagain besar dari mereka pasti hanya berasal dari kalangan keluarga biasa saja." Gumam Ken lagi pada dirinya sendiri, lalu tidak lama kemudian sebelah tangannya terulur untuk mengambil gagang telepon dan menekan beberapa digit tombol angka yang akan menghubungkannya pada bagian kepegawaian.

Pada nada dering pertama panggilannya, Ken sama sekali belum mendapatkan jawaban dari seberang sana.

Lalu pada nada dering panggilan ketiga barulah Ken dapat mendengar suara jawaban dari seberang sana dimana yang tidak lain dan tidak bukan salah satu staff kepegawaian lah yang menjawab panggilannya ini.

'Hallo, selamat siang Pak Ken, apa ada yang bisa kami bantu?'

Tanpa membalas sapaan staff kepegawaian tersebut, Ken pun langsung mengatakan apa tujuannya menghubungi bagian staff kepegawaian.

"Saya ingin kalian buatkan saya data semua karyawan yang bekerja di perusahaan ini beserta denga daftar riwaya hidup mereka. Saya ingin laporan tersebut di kirimkan kepada saya jam tiga sore." Ucap Ken dengan nada tegas dan tidak ingin di bantah sama sekali.

Staff kepegawaian yang mendapatkan tugas seperti itu dari Ken pun dengan gugup dan terbata membalas apa yang di katakan oleh sang CEO.

'B-baik pak, akan kami buatkan dan kirimkan segera kepada anda.'

Dehaman pelan pun keluar dari bibir Ken dan setelah nya tanpa berkata terimakasih atau apapun, Ken langsung memutus sambungan telepon itu secara sepihak tanpa mengetahui jika di seberang sana staff kepegawaian yang tadi berbicara kepadanya menghela nafas panjang dan berat karena harus memberikan seluruh data kawayaran yang bekerja di perusahaan ini hanya dalam hitungan jam aja. Padahal yang berkerja di perusahaan ini tidak hanya puluhan orang saja, bahkan ratusan, hampir ribuan banyaknya karyawan yang bekerja di perusahaan ini.

Sedangkan itu kembali kepada Ken, setelah memutus panggilan secara sepihak, sebelah alisnya pun terangkat keatas ketika melihat saat ini jam sudah menunjukan pukul satu lebih sepuluh menit, namun Leo sama sekali masih belum berada di ruangannya. Membuat dirinya merasa heran sekaligus kesal pada sekretaris pribadinya ini.

"Kemana dia jam segini belum juga kembali? Jam makan siang sudah selesai sepuluh menit yang lalu." Gumam Ken dengan nada kesal sambil melirikan kembali matanya kearah jam dinding di ruangannya.

Hembusan nafas panjang bercampur jengkel pun Ken hembuskan.

"Baiklah, kali ini aku kan membiarkannya karena sudah bersusah payah mencarikan ku pasangan untuk menikah kontrak. Namun selanjutnya aku tidak akan membirkan dirinya bermalas malasan seperti ini." Gumam Ken pada dirinya sendiri dengan nada dalam menatap tajam kearah layar laptopnya.