Zoya terdiam mematung di tempatnya seperti baru saja terkena sambaran petir di siang hari setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Ken.
"Apa pak? Bapak pasti bercanda bukan? Bahkan saya juga belum mengetahui permasalahan apa yang sedang terjadi sini." Ucap Zoya mengundang Ken menaikan sebelah alisnya.
"Apa kau yakin kau tidak mengetahui perihal ini Mala?" Tanya Ken masih tetap menyipitkan kedua matanya menatap penuh curiga kearah Zoya.
Zoya yang di tatap dengan tatapan penuh curiga oleh Ken pun merasa sedikit takut, namun dirinya baru saja akan kembali membuka suara untuk membela dirinya sendiri langsung mengurungkan niatnya saat mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Ken, membuat dirinya dan Leo tidak dapat berkutik untuk berkelit.
"Saya melihat secara langsung jika salah satu rekan kerjamu yang bernama Liv memberikan amplop ini kepada Leo. Dan saya yakin rekan kerja mu ini tidak mungkin tidak memberitahu mu apa yang sudah di kerjakan oleh dirinya dan Leo bukan?"
Glup..
Zoya menegup salivanya susah payah mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Ken. Begitu juga degan Leo yang sama sekali tidak menyangka jika Ken melihat dirinya dan Liv saat tengah memberikan dokumen ini.
Zoya terdiam di tempatnya, dirinya sama sekali tidak dapat berkutik saat ini, jika dirinya bilang tidak mengetahuinya, Ken pasti tidak akan mungkin percaya sama sekali kepada dirinya. Maka dari itu satu satunya cara yang bisa dirinya lakukan saat ini adalah mengetahui jika dirinya mengetahui permasalahan yang terjadi saat ini.
"B-
"Saya yang secara pribadi meminta bantuan kepada Zoya untuk mencarikan dan membuat list yang bapak suruh kepada saya. Karena jika saya yang membuatnya sendiri, saya merasa tidak bisa dan tidak percaya diri, melihat anda yang menolak semua list perempuan yang saya berikan saat itu, saya akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan kepada Zoya yang sudah bekerja lumayan lama di perusahaan ini. Dengan alasan saya ingin melakukan kencan buta." Ucap Leo menyelak perkataan Zoya yang tadi baru saja ingin membuka suara, Zoya yang perkataannya di selak oleh Leo pun langsung menghentikan perkataannya dan kini bibirnya terbuka sedikit dengan kedua manik matanya yang mengarah kepada Leo.
Ken yang baru saja mendengar apa yang di katakan oleh Leo pun kini melirikan matanya kearah Zoya yang sama sekali tidak menyadari jika dirinya tengah melihat kearah karyawannya itu. Karena saat ini karyawan perempuannya itu tengah melirikan mata keara Leo dengan bibir yang sedikit terbuka.
Leo yang melihat jika Ken mengarahkan tatapan mata kearah Zoya pun langsung memberikan kode kepada perempuan itu untuk memberi tahukan jika saat ini Ken tengah menatap kearahnya.
Zoya yang terngah menatap kearah Leo dan melihat Leo beberapa kali mengedipkan sebelah matanya seperti menunjukan sebuah kode pun menaikan sebelah alisnya heran lalu kini kembali mengarahkan tatapan matanya kearah Ken dan betapa terkejut dirinya saat kedua manik matanya kini langsung bersitatap dengan kedua manik mata milik Ken yang ternyata tengah menatap kearah dirinya.
Ken yang melihat kini Zoya juga tengah balas menatap kearah dirinya pun langsung membuka suaranya.
"Mala, apa ada yang ingin kau katakan kepada saya?" Tanya Ken dengan melayangkan tatapan tajam kepada Zoya membuat karyawan perempuannya itu terdiam sesaat di tempatnya dengan tatapan sedikit panik, namun Ken sedikit memuji perubahan cepat pada ekspresi wajah karyawannya tersebut yang kini sudah berubah menjadi ekspresi wajah serius.
"Ah ya pak. Sebenarnya saya ingin mengatakan apa yang di katakan oleh pak Leo tadi, jika sebenernya pak Leo beberapa hari lalu datang menemui saya untuk meminta bantuan bergabung dengan grup kencan buta. Maka dari itu saya membantunya dan menyiapkan beberapa list anggota perempuan yang akan diaturkan waktunya untuk melakukan kencan buta." Jawab Zoya melanjuti apa yang dikatakan oleh Leo tadi, agar Ken sama sekali tidak merasa curiga.
Ken terdiam ditempatnya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Zoya.
"Kalian berdua tidak sedang membohongi saya bukan?" Tanya Ken dengan nada dalam dan sorot mata tajam menatap kearah Zoya dan Leo bergantian, membuat kedua karyawan nya itu langsung menganggukan kepala cepat.
"Kami sama sekali tidak sedang membohongi anda pak." Jawab Leo dan Zoya yang hampir bersamaan.
Ken yang mendengar jawaban Zoya dan Leo pun menganggukan kepalanya pelan dan kembali duduk di kursi kerjanya.
Zoya dan Leo yang melihat Ken kembali duduk di kursi kerjanya pun menghela nafas lega pelan dan kini tatapan mata mereka tertuju kepada Ken yang tengah melihat kearah dokumen-dokumen diatas meja kerja pria tersebut.
Zoya yang kembali teringat jika data diri tentang dirinya yang masih berada diatas meja kerja Ken pun langsung membuka suaranya untuk meminta kembali dokumen tersebut.
"Hmm, pak Ken. Kalau begiitu saya ingin meminta kembali data diri saya yang berada di tangan bapa tadi." Ucap Zoya, membuat Ken menggelengkan kepalanya tanpa melihat kearah dirinya sama sekali.
Membuat Zoya menaikan sebelah alisnya heran, namun langsung membulatkan kedua bola matanya terkejut saat mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Ken selanjutnya.
"Bukankah tadi saya sudah mengatakan, Jika berkas yang sudah berada di tangan saya tidak dapat dikembalikan lagi."
"T-tapi pak,"
"Tidak ada tapi tapian Malla. Dengan ini kamu harus ikut menjadi pasangan kencan buta saya."
Zoya kembali membulatkan kedua bola matanya terkejut.
"No! Saya ngga mau. Saya ngga tertarik untuk ikut campur dengan urusan bapak."
Ken langsung menyipitkan kedua matanya, melayangkan tatapan tajam kepada Zoya.
"Saya tidak terima penolakan Malla."
Zoya menggelengkan kepalanya cepat. "Saya juga ngga terima penolakan pak. Saya ngga mau."
Ken terdiam sesaat di tempatnya, lalu melirikan matanya kearah Leo, membuat sekretarisnya itu terdiam di tempatnya, tidak berani mengambil tindakan untuk ikut campur dengan urusan antara Ken dan Zoya.
Ken yang sama sekali tidak mendapatkan tanggapan dari Leo pun menghela nafas pelan sambil kembali melayangkan tatapan matanya kearah Zoya.
"Saat ini saya sedang membutuhkan pasangan untuk menikah kontrak karena urusan bisnis. Dan dari banyakanya data yang di berikan oleh Leo kepada saya, hanya kamu lah kandidat yang paling cocok untuk bersanding dengan saya." Ucap Ken membuat Zoya menaikan sebelah alisnya dan menyipitkan kedua matanya melayangkan tatapan tajam kepada Ken.
"Karena ini adalah pernikahan kontrak, maka dari itu saya tidak mau! Bapak pikir orang menikah hanya untuk main main saja? Menikah itu adalah hal yang sakral pak, bukan hal yang main-main."
Ken memejamkan kedua matanya sebentar sambil menghela nafas panjang, lalu kembali membuka kedua matanya dengan kedua manik mata yang menatap kearah Zoya.
"Jadi kamu tidak ingin jika saya mengajak kamu untuk menikah kontrak?" Tanya Ken dengan nada pelan membuat Zoya terdiam sesaat di tempatnya sebelum akhirnya menganggukan kepala menyetujui apa yang dikatakan oleh sang bos.
"Tentu saja, lagi pula di dunia ini tidak ada perempuan yang ingin menikah kontrak pak."Jawab Zoya yang di balas dengan anggukan kepala pelan oleh Ken.
Suasana di dalam ruangan Ken, tiba tiba menjadi hening karena kini mereka bertiga yang berada didalam ruangan memilih untuk saling terdiam satu sama lain dengan berbagai pemikiran yangada di dalam kepala mereka.
Zoya yang menyadari jika dirinya sudah terlalu lama menghabiskan waktu di ruangan Ken dengan tanpa tujuan yang jelas pun memilih membuka suaranya untuk tujuan meninggalkan ruangan pria tersebut untuk kembali keruangannya bersama dengan Hesti.
"Ekhm. Jika sudah tidak ada yang ingin di bicarakan lagi saya akan kembali keruangan saya pak. Sudah cukup lama saya berada disini tanpa tujuan yang jelas." Ucap Zoya dengan nada sedikit sarkas membuat tatapan mata Ken dan Leo kini mengarah kepada dirinya.
Ken yang sebenarnya ingin menolak apa yang dikatakan oleh Zoya pun mengurungkan niatnya, karena saat ini apa yang di katakan oleh Staff perempuannya adalah benar.
Helaan nafas panjang pun Ken hembuskan sebelum dirinya membuka suara.
"Baiklah, kamu boleh kembali keruangan, Malla." Ucap Ken yang langsung di balas dengan anggukan kepala oleh Zoya dan tanpa menunggu lama, Zoya pun melangkahkan kakinya berjalan keluar dari ruangan Ken menuju ruangan nya bersama dengan Hesti sambil menggerutu sebal.
"Kurasa karena banyaknya tuntutan pekerjaan sebagai seorang CEO membuat dirinya hampir kehilangan akal sehatnya sendiri."