Kretek.. Kretekk.. Kretekk. Kretekk..
Zoya yang baru saja melakukan perenggangan pada persendian leher dan pinggangnya mendesah lega saat rasa pegal yang sedari tadi dirinya rasakan saat tengah mengerjakan laporan dari Ken kini sudah menghilang entah kemana.
"Ahh lega banget udah ngga kerasa lagi pegelnya." Desah Zoya sambil mengarahkan tatapan kedua manik matanya kearah jam yang berada di pojok bawah layar laptopnya dan kini tengah menujukan pukul Sembilan malam lebih sepuluh menit.
"Ehmm, ngga kerasa sudah jam segini. Kira-kira pak Ken masih ada diruangannya ngga ya?" Gumam Zoya kepada dirinya sendiri menebak-nebak apakah Ken masih ada di kantor atau sudah pulang sedari tadi.
"Dari pada menerka-nerka, lebih baik aku hubungi saja telepon ruangannya, kalau memang tidak ada yang mengangkat telepon ku sebanyak tiga kali nanti, itu berarti Pak Ken memang sudah pulang dan aku pun juga harus segera pulang kerumah." Ujar Zoya pada dirinya sendiri yang kini sebelah tangannya terulur untuk menggapai gagang telepon dan menekan beberapa nomor ekstension telepon milik Ken pribadi didalam ruang kerjanya.
Setelah menekan nomor ekstension Ken, Zoya memilih berdiam dan tidak mengeluarkan suara apapun, karena dirinya takut jika tiba-tiba saja Ken akan mengangkat telepon darinya saat tengah asik bersenandung kecil.
Setelah menunggu selama lima menit, panggilan teleponnya sama sekali tidak diangkat oleh Ken. Zoya memilih untuk menyudahi panggilan tersebut dan meletakan kembali gagang teleponnya.
"Oke, tiga menit lagi kita telepon ulang, begitu pun selanjutnya sampai lima kali panggilan. Kalau belum di jawab-jawab juga yasudah, kita langsung pulang!" Ujar Zoya pada dirinya sendiri, lalu bersenandung pelan mengikuti iringan musik yang saat ini sedang dirinya dengarkan.
Saat iringan music yang dirinya dengarkan tadi sudah selesai, Zoya pun kembali mengulurkan sebelah tangannya untuk menggapai gagang telepon dan kembali menekan nomor ekstension milik Ken.
Nada sambung kembali terdengar di telinga Zoya tanpa ada tanda-tanda nada sambug tersebut akan berhenti karena Ken menjawab panggilannya.
Lima menit telah berlalu, namun Ken tetap belum menjawab sambungan teleponnya, Zoya pun meletakan kembali gagang telepon tersebut dan menunggu waktu tiga menit kemudian untuk kembali menghubungi Ken.
"Hmm, apa pak Ken sudah benar-benar pulang ya? Karena diruangan ini juga tinggal aku sendirian doang yang masih rajin kerja lembur sampai larut begini." Gumam Zoya sambil mengarahkan tatapan matanya melihat kesetiap sudut ruangan departemen keuangan yang sudah terlihat kosong tidak ada siapaun selain dirinya seorang diri.
Helaan nafas panjang pun Zoya hembuskan saat lagi lagi Ken tidak menjawab panggilan teleponnya. Saat ini Zoya semakin yakin jika Ken pasti saat ini sudah tidak berada di perusahaan lagi, mungkin saja saat ini CEO nya itu sudah asik rebahan diatas ranjang yang empuk tanpa memikirkan lagi laporan yang tadi diminta dibuatkan olehnya.
"Oke, sekali lagi ngga di angkat, Fix aku pulang! Tapi aku akan kirim pesan dulu ke nomor ponselnya, biar dia tahu aku lembur sampai jam segini untuk membuat laporan yang dirinya minta." Ucap Zoya sedikit sebal karena tadi dirinya sempat membayangkan jika mungkin saja Ken saat ini sudah berbaring di atas ranjang untuk tertidur, sedangkan dirinya yang jam segini masih berada di kantor untuk mengerjakan laporan keuangan.
Kini Zoya mulai merapihkan satu persatu peralatan kerja yang tadi dirinya gunakan kembali ketempatnya, sehingga kini meja kerjanya sudah tampak bersih kembali seperti saat dirinya baru datang ke kantor.
Tidak lupa juga Zoya merapihkan peralatan pribadinya seperti charger ponsel, headset dan jepit rambut yang tadi dirinya gunakan untuk di masukan kembali kedalam tas miliknya.
Setelah semua peralatan yang dirinya gunakan berada di tempat yang seharusnya, kini Zoya pun kembali menghela nafas panjang, lalu mengulurkan sebelah tangannya untuk mengambil gagang telepon dan kembali menekan nomor ekstension milik Ken.
Dengan sabar Zoya kembali menunggu apakah Ken akan menjawab teleponnya atau tidak, kali ini Zoya memutuskan untuk menunggu selama enam menit, satu menit lebih lama dari sebelum-sebelumnya.
Saat masih mendengarkan nada sambung, Zoya mengulurkan sebelah tangannya yang bebas untuk mengambil ponsel miliknya dan membuka salah satu aplikasi chatting yang biasa digunakan dalam berkomunikasi dengan para staff di perusahaan, termasuk dalam berkomunikasi dengan para pejabat tinggi di perusahaan ini.
Zoya dapat melihat ada titik berwarna hijau pada foto profil milik Ken, menandakan jika pria itu masih aktif menggunakan aplikasi itu, tidak seperti para rekannya yang lain yang saat ini sudah pulang kerumah dan tidak ada titik berwarna hijau lagi pada foto profil mereka, mendakan jika mereka sudah tidak aktif lagi dalam aplikasi tersebut.
Zoya yang sama sekali masih belum mendapatkan jawaban dari Ken melalui telepon kantor pun, memilih untuk menyudahinya dan kembali meletakan gagang telepon tersebut pada tempatnya.
"Hmm, dia masih on ternyata. Yasudah aku kirim personal chat saja dan mengatakan jika aku akan pulang saat ini." Gumam Zoya pada dirinya sendiri sambil menggerakan jari jemarinya mengetekin kata perkata yang ingin dirinya sampaikan kepada Ken.
Saat sudah berhasil mengirimkan pesan tersebut, tanpa harus menunggu apakah Ken sudah membacanya atau belum, Zoya memilih untuk langsung keluar dari aplikasi tersebut dan mematikan laptop miliknya.
Setelah melihat laptopnya sudah mati total, Zoya pun beranjak dari duduknya dengan sebelah tangan yang menggapai tas kerja miliknya lalu sebelah tangannya lagi dirinya gunakan untuk mendorong kursinya agar masuk kedalam meja kerja.
Setelah memastikan semua peralatan elektronik di ruangan milik dirinya bersama dengan Hesti sudah mati semua, Zoya pun melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu ruangan dengan sebelah tangannya terulur untuk mematikan lampu ruangan tersebut.
"Ahh, ngga sabar mau cepet cepet berendam di air hangat terus langsung tidur." Gumam Zoya sambil mendesah pelan membayangkan dirinya akan segera berendam di air hangat lalu tidur lebih cepat mala mini.
Ctek!
Saat benar-benar akan keluar dari ruangan departemen keuangan, Zoya tidak lupa untuk mematikan semua lampu diruangan tersebut, karena untuk mesin pendingin ruangan sudah dalam keadaan mati semuanya dan tugas terakhirnya hanyalah untuk mematikan lampu saja.
"Hmm, aku cek lagi pesan yang tadi ngga ya? Siapa tahu aja pak Ken membalas dan bilang kalau laporan itu di lanjut besok pagi aja." Gumam Zoya lagi kepada dirinya sendiri sambil mengulurkan sebelah tangannya mengambil ponsel dan membuka kembali aplikasi yang tadi dirinya gunakan untuk mengirimkan pesan kepada Ken.
Sebelah alis Zoya terangkat keatas saat dirinya belum mendapatkan balasan apapun dari Ken, namun pria itu sudah membaca pesan darinya dan juga status aktif pria itu masih berwarna hijau.
"Hmm, ada apa ini? Sduah di baca tapi belum di balas."
Zoya mengulurkan sebelah tangannya untuk menekan tombol lift masih dengan focus kedua matanya mengarah pada layar ponselnya nya.
"Apa dia ketiduran dirumahnya kali ya?"
Zoya menggelengkan kepalanya pelan menyingkirkan pemikiran yang tadi lewat didalam kepalanya, lalu meletakan kembali ponselnya kedalam saku blazer.
"Sudahlah, tandanya dia memang benar-benar menyuruhku pulang, lagi pula siapa staff yang akan bertahan lembur semalam di perusahaan seorang diri saja." Gumam Zoya sambil menghela nafas panjang.
Ting!
Saat mendengar suara denting pintu Lift, Zoya pun sudah bersiap-siap untuk melangkahkan kakinya berjalan masuk kedalam lift. Namun saat dirinya baru saja akan melangkahkan kakinya, Zoya langsung mengurungkan niatnya saat kedua matanya menangkap dengan jelas sosok Ken yang tengah berdiri didalam lift dengan kedua matanya yang menatap focus kearah dirinya.
"P-pak Ken?! Saya kira bapak sudah pulang sedari tadi!" Ucap Zoya dengan sedikit meninggikan nada bicaranya karena rasa terkejutnya mendapati sosok orang lain di dalam lift saat jam malam seperti ini.
Ken yang mendengar Zoya berbicara kepadanya dengan meninggakan nada suaranya pun menaikan sebelah alisnya heran.
"Belum, saya sedari tadi masih berada di ruangan kerja saya." Ujar Ken merespon perkataan Zoya sambil dirinya melangkahkan kaki berjalan keluar dari dalam lift.
Zoya yang melihat Ken berjalan keluar dari dalam lift pun melangkahkan kakinya untuk mundur beberapa langkah kebelakang dan menatap sang CEO dengan tatapan heran.
"Lalu kalau bapak bilang sedari tadi masih berada diruangan kerja, mengapa bapak tidak mengangkat telepon saya tadi?" Ujar Zoya membuat Ken terdiam sesaat di tempatnya.
"Ah, rupanya itu telepon dari kamu. Saya kira hanya orang jahil saja, maka dari itu saya tidak menjawabnya."
Zoya ingin sekali membenturkan kepalanya pada dinding sebelah pintu lift setelah mendengar perkataan Ken. Lagi pula mana ada staff di perusahaan ini yang berani menjahili seorang CEO??
Zoya menghela nafas panjang mencoba untuk meredakan rasa jengkelnya kepada Ken saat ini.
"Hah, baiklah. Kalau begitu apa bapak datang kelantai ini untuk melihat hasil laporan yang sudah saya buat?" Tanya Zoya yang kembali membuat Ken terdiam sesaat di tempatnya sebelum membuka suara untuk menjawab apa yang di tanyakan oleh sang staff nya ini.
"Tidak, saya datang ke sini untuk mengantar mu pulang, Malla."
Zoya memilih tetap terdiam di tempatnya mencoba untuk mencerna apa yang baru saja di katakan oleh Ken. Hingga saat dirinya sudah berhasil mencerna dengan baik dan seksama atas apa yang di katakan oleh Ken tadi, dirinya sama sekali tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejut di wajahnya, bahkan kini kedua bola matanya sudah membulat terkejut menatap tidak percaya kearah Ken.
"A-apa? Bapak pasti sedang bercanda kan?" Ujar Zoya mencoba untuk tidak menganggap serius apa yang dikatakan oleh Ken barusan.
"Bercanda? Untuk apa saya bercanda?"
Zoya terdiam mematung di tempatnya menatap ekspresi wajah milik Ken dan juga sorot mata serius yang di layangkan oleh pria itu kepada dirinya. Sama sekali tidak terlihat seperti sedang bercanda.
"Jika kau sudah bersiap untuk pulang, lebih baik kita pulang sekarang. Agar kau dapat beristirahat dengan cukup dirumah." Ucap Ken yang kini sudah membalikan tubuhnya memunggungi Zoya dengan sebelah tangannya yang terulur untuk menekan tombol lift.
"Ehm , maaf pak. Saya bisa pulang sendiri. Bapak tidak perlu repot repot mengantarkan saya pulang." Ucap Zoya mencoba menolak ajakan Ken secara halus.
Ken yang mendengar perkataan Zoya pun langsung menolehkan kepalanya kebelakang dengan kedua matanya yang kini menyipit tajam.
"Saya tidak menerima penolakan. Jadi ikuti apa yang saya katakan."
Seperti mendapatkan keputusan akhir dari hakim persidangan. Kali ini Zoya hanya dapat terdiam pasrah menuruti apa yang di katakan oleh Ken tadi yang sudah menjadi keputusan mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat.
"Baik pak, saya akan ikut pulang bersama bapak."
Meksi didalam hatinya paling dalam, Zoya ingin sekali berteriak kencang saat membayangkan betapa canggungnya keadaan yang akan terjadi didalam mobil Ken nanti saat dalam perjalanan menunju apartemen miliknya.
Zoya berharap ini adalah kali pertama dan terkahirnya dia berkendara bersama dengan Ken. Meski dirinya sempat memiliki rencana aneh untuk menikah dengan pria di hadapannya saat ini.