Chereads / Menikah Sembilan Bulan / Chapter 6 - Masalah baru.

Chapter 6 - Masalah baru.

Setelah melakukan presentasi, Jesica merasa lega. Semua tamu tepuk tangan setelah Jesica melakukan presentasi.

"Terima kasih."

"Selanjutnya pengumuman akan kami rundingkan dulu untuk beberapa waktu," kata wanita yang membawakan acara tersebut.

"Terima kasih," bisik Robin setelah Jesica kembali ke tempat duduknya.

Robin meras puas dan masih tidak percaya, gadis yang berpenampilan biasa bisa melakukan presentasi sebaik itu. Jesica juga ikut kaget dengan respon semua orang.Padahal menurut Jesica dia hanya melakukan dan mengatakan apa yang dial hat di layar proyektor. Disaat jeda rapat pagi itu, Jesica dan Robin tidak terlibat banyak percakapan. Mereka saling diam, Jesica Diam karena dia canggung. Sedangkan Robin diam karena banyak pesan dari Billy yang mengutuknya jika sampai proyek ini gagal mereka dapatkan. Investasi yang besar yang mereka dapat dan kerja sama dengan perusahaat besar akan membat nama Billyon Group semakin melambung tinggi dalam dunia perbisnisan.

****

Pagi berubah menjadi siang, Siangpun berlalu terlalu cepat untuk Jesica tidak lagi pusing memikirkan caranya kembali ke kantornya. Tapi berubah menjadi beban yang berat ketika melihat raut wajah Robin yang sangat tegang.

"Kamu pulang sama saya saja," kata Robin dengan datar.

"Baik," sahut Jesica dengan sopan dan menunduk.

Robin terlihat tidak ramah sama sekali karena di masih memikirkan hasil meeting hari ini. Pihak investor akan memberikan kabar dalam satu kali dua puluh empat jam setelah rapat ini usai. Sedangkan Billy yang masih dalam perjalanan memaki Robin karena ia mempercayakan presentasi ini kepada Jesica.

Jesica mendengar sekilat suara Billly yang sedang berbicara dengan Robin.

"Lo jangan asal kasih epercayaan ke orang baru, lo ceroboh banget!"

Robin hanya diam dan tak ingin menyangkal apa yang di katakana oleh Billy. Billy dan Robin adalah sepupu, sudah biasa bagi mereka dalam berbicara tidak menggunakan kata formal. Robin menoleh kearah Jesica yang duduk di sampingnya untu memastikan kalau Ia tidak mendengarnya. Jesica menoleh ke luar mobil seolah memang tidak mendengar apa-apa.

"Turunlah," kata Robin setelah sampai di depan kantornya.

"Terima kasih," sahut Jesica.

"Sama-sama."

Robin langsung menuju bandara untuk menjemput Billy. Mila dan Ramdhan yang melihat Jesica turun dari mobil Robin segera menghampiri Jesica.

"Wah… diam seperti cupu, bergerak mendekati atasanku!" seru Mila.

"Kamu dari mana?" tanya Ramdhan.

"Tadi nganter berkas ke pak Robin. Tapi malah suruh presentasi," jawab Jesica.

"Terus kok lo sedih?" tanya Mila.

"Aku dengar bos marahin Pak Robin karena percayain presentasi ini ke aku," jawab Jesica seraya berjalan lemas masuk kedalam kantor.

Jesica segera mengemasi barang-barangnya karena jam pulang akan tiba satu jam lagi. Jesica merasa terbebani dengan hasil yang akan di terima oleh perusahaannya. Dia bertekat akanmeminta maaf dan keluar dari perusahaan jika hasil yang di dapat adalah kekalahan. Jesica seharusnya tidak menerima bergitu saja tawaran Robin. Meskipun public speakingnya Jesica memukau bagi undangan lain, tapi ia tidak tahu standart yang akan di tetapkan investor. Meskipun begitu jika ada kegagalan, sepenuhnya bukan salah Jesica seharusnya. Karena proposal yang ia presentasikan bukan dia yang buat. Jesica hanya menyampaikan isi proposal itu.

***

Sesampainya di kamarnya Jesica tidak bisa tenang karena yang di alami tadi siang. Mila dan Ramdhan berusaha menenangkan Jesica agar tidak terlalu memikirkan hal itu. Ia yakin akan mendapatkan hasil yang memuaskan nantinya.

"Gue sama Ramdhan bali ke kamar ya," kata Mila.

"Iya. Makasih ya Mil," sahut Jesica dan mengantarkan kedua temannya itu keluar dari kamarnya. Jesica hendak mandi, tapi tiba-tiba ponselnya menyala tanpa suara dia atas kasurnya.

"Pak Eko," gumam Jesica saat membaca nama yang muncul di layar poselnya.

"Hallo!" sapa Jesica.

"Selamat malam, maaf saya mengganggu waktu istirahatnya," sahut pria bernama Eko itu.

"Malam, pak. Ada apa ya?"

"Besok kamu kalau bisa datang lebih awal, karena Pak Robin ingin bertemu," jelas Eko.

"Tapi, ada apa ya, pak?" tanya Jesica.

"Saya tidak tahu, Jes."

"Yang penting pesan dari pak Robin begitu."

"Iya, pak. Terima kasih."

"Baik, selamat malam." Eko mengakhiri panggilan itu. Pikiran Jesica semakin tidak karuan.

Baru saja Jesica di tenangkan oleh temannya kini dia kembali tidak bisa tenang karena kabar dari Eko.

"Huft" Jesica hanya bisa menghembuskan napas panjang untuk menghilangkan penatnya.

Mila selesai mandi ingin mengajak Jesica untuk makan di luar. Tapi beberapa kali ia mengetuk pintu tidak ada jawaban. Jesica tertidur dengan earphone masih di telinganya. Sehingga dia tidak dengar saat Mila mengetuk pintunya. Tapi, Mila membawakan makanan untuk Jesica saat pulang makan bersama beberapa temannya.

Jesica terbangun saat ia ingin kekamar mandi. Dia mendapati jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Jesica iseng ingin melihat keadaan di luar. Dia melihat ada sesuatu yang menggantung di pintunya. Jesica membukanya dan melihat ada nasi dan lauk yang masih sedikit hangat. Jesica menanyakan kepada Mila dan Ramdhan perihal nasi ini, Mila yang masih terjaga membaca pesan itu dan segera membalasnya. Jesica yang membaca balalasan dari Mila tersenyum tipis dan segera membawa nasi itu masuk kedalam kamarnya.

Mila merasa memiliki adik saat bersama Jesica. Cara Jesica yang polos dan tidak neko-neko membuat Mila merasa harus menjaga Jesica dari pergaulan yang liar di luar sana. Dia tidak mau jika Jesica mengenal orang salah di luar tanpa dirinya. Dia tahu betul seperti apa keadaan di luar sana, karena tidak sepenuhnya orang di luar baik dengan orang baru. Bisa saja jika Jesica keluar sendiri bisa mengenal pria yang tidak baik nantinya. Mila juga tahu jika Ramdhan sebenarnya mulai menaruh hati sama Jesica. Hanya saja Ramdhan belum mempunyai keberanian menyatakan perasaannya. Meskipun sudah tiga bulan lebih Jesica bekerja di tempat yang sama dengan mereka.

***

Keesokan harinya, Jesica hendak berangkat bekerja bertemu dengan Ramdhan yang akan pergi ke kantor juga.

"Jes, lo sama Ramdhan ya? Gue mau beli sarapan dulu," kata Mila.

"Loh! Kan aku udah bilang kalau aku suruh berangkat pagi sama pak Eko," sahut Jesica.

"Makanya, sama Ramdhan aja dulu."

"Tadi katanya nggak sarapan?"

"Tiba-tiba lapar gue."

"Ya, kalau lo mau bareng sama gue ya nggak apa-apa. Ayok, tapi gue cari makan dulu."

"Ya udah, deh. Sama Ramdhan aja." Jesica menyerah dan berangkat bersama ramdhan. Mila sengaja melakukan hal itu agar Jesica dan Ramdhan semakin dekat.

"terus gue mau kemana dong, biar gue kelihatan telat," gumam Mila setelah melihat kedua temannya pergi. Mila memang tidak ingin sarapan karena dia masih kenyang. Dia hanya mencari alasan saja.