"Harusnya aku sudah mendapatkan jatahku dari semalam, tapi gara-gara nomor laki-laki itu tidak bisa dihubungi alhasil sampai sekarang aku tidak mendapatkan apapun dan aku semakin pusing karenanya," omel Angel membuat sang asisten juga kebingungan.
"Bisakah kamu membawa dia ke hadapanku sekarang?" lanjutnya.
"Aku juga sudah berusaha untuk meneleponnya tapi tidak diangkat sama dia, sepertinya ponselnya mati," ujar Laras.
"Aku tidak mau tahu kalau begitu kamu harus cari yang lain, jangan hanya mengandalkan satu laki-laki saja. Aku butuh laki-laki secepatnya dan kalau malam nanti, laki-laki itu belum datang ke rumahku juga terpaksa aku tidak akan memberikan kamu bonus bulan ini," ancam Angel membuat Laras melebarkan matanya.
"Yahh kamu jangan kayak gitu dong, qku kan udah berhasil nyari laki-laki bulan ini masa iya aku enggak jadi dapat bonus?" protes Laras sembari memanyunkan bibirnya.
"Ya kamu kan cuma mencari saja tapi kenyataannya orangnya mana? Orangnya aja enggak ada, jangan-jangan dia tidak serius menerima tawaran dari kamu," ujar Angel.
"Ish mana aku lupa menanyakan di mana alamat rumahnya? Kamu jangan buru-buru memutuskan untuk aku tidak mendapatkan bonus, aku akan mencarikan laki-laki yang lain walaupun sejujurnya aku lebih tertarik dengan laki-laki yang kemarin." Laras diam-diam masih berusaha untuk mengontek laki-laki yang kemarin.
"Ingat ya waktu kamu sampai nanti malam dan aku tunggu di rumah." Angel tak lagi melanjutkan pembicaraannya dengan sang asisten dan lebih memilih mempelajari naskah untuk syuting FTV hari ini.
"Ish sampai sekarang kok masih belum bisa dihubungi, ya?" kesal Laras kemudian memutuskan untuk keluar dari ruangan pribadi sang artis dan membiarkannya fokus pada pekerjaannya.
Karena Alden belum mendapatkan tempat tinggal yang baru, terpaksa untuk mandi pun ia harus menumpang kepada toilet umum di sekitar taman kota. Setelahnya ia memutuskan untuk mencari sarapan, sekaligus mencari tempat yang ada fasilitas colokannya supaya bisa mencharge baterai ponsel.
"Gini banget ya hidup di luar, beneran aku udah ngerasa kayak jadi gelandangan padahal baru beberapa hari keluar dari rumah. Aku harus secepatnya cari kos-kosan sekaligus cari pekerjaan, kalau terus-menerus kayak gini dan enggak ada pemasukan sama sekali sebelum aku punya pekerjaan yang pasti," ujar Alden setelah menyelesaikan sarapannya.
Setengah jam mengisi baterai ponsel, akhirnya ponsel tersebut yang semula mati total bisa dihidupkan kembali. Alden mengecek notif yang masuk di ponselnya dan yang membuatnya heran adalah ada beberapa nomor asing yang menghubunginya. Karena Alden merasa sepertinya nomor-nomor tersebut menghubunginya ada sesuatu yang penting, ia memutuskan untuk menelpon balik salah satu nomor asing tersebut.
"Nomor tak dikenal"
Berdering....
"Halo? Ini dengan, Alden?"
"Iya tante, Maaf ya tante menghubungi saya dari kemarin tidak bisa soalnya ponsel saya kehabisan baterai. Ini saja saya baru mencharger ponsel dan masih terisi setengah, Tante menelpon saya kenapa banyak sekali? Apa ada sesuatu yang penting?"
"Apa kamu lupa dengan tawaran saya waktu itu? Apa kamu sudah tidak berminat lagi menerima tawaran itu?"
"Apa Tante sungguh-sungguh menawarkan saya untuk menjadi lelaki pemuas atasan, Tante? Kalau dipikir-pikir lagi saya belum pernah melakukan hal seperti itu, saya juga bingung mau memulainya bagaimana?"
"Apa kamu tidak membutuhkan uang?"
"Emm iya sih, saat ini saya memang membutuhkan uang cepat karena belum mendapatkan pekerjaan, tapi kalau untuk melakukan hal seperti itu entah kenapa saya benar-benar takut."
"Kamu tidak perlu takut, karena nantinya kamu akan dibimbing langsung sama ahlinya. Kamu hanya tinggal datang langsung ke rumah dia atau kamu bisa ketemu aku dulu, nanti baru setelahnya aku anterin kamu ketemu sama dia. Sekali saja kamu melakukannya, kamu akan mendapatkan bayaran yang cukup tinggi karena atasanku tidak pernah pelit dalam mengeluarkan uang. Kamu tidak perlu ragu dan tidak perlu banyak berpikir, kesempatan kayak gini tidak akan datang ke dua kali."
"Aduh, gimana ya? Saya benar-benar bingung tapi saya juga membutuhkan uang. Ya udah deh boleh saya mau mencobanya, hanya untuk satu malam saja, kan?"
"Iya, bosku itu tidak pernah meminta lebih dari dua hari, kalau sudah dipakai satu malam dia tidak akan memakainya lagi. Nanti begitu kamu sudah mendapatkan bayarannya, kamu bisa pergi ke manapun itu mau liburan atau ke manapun sesuka kamu, karena uang yang akan kamu dapatkan pasti tidak sedikit."
"Baiklah, saya terima tawarannya, Terus saya harus ngapain?"
"Nah gitu dong, karena sekarang bos saya lagi syuting. Saya akan mengabari kamu lagi nanti kalau dia sudah selesai kerja, pastikan ponsel kamu tidak kehabisan baterai lagi. Atau saya akan marah sama kamu kalau kamu mengingkari janji."
"Enggak kok, ini ponselnya lagi saya charger sampai penuh."
"Ya sudah persiapkan diri kamu untuk malam nanti."
Begitu sambungan telepon sudah dimatikan Alden memikirkannya sejenak, tentang apa yang nanti akan dilakukannya bersama si wanita yang asing, yang katanya akan membayarnya untuk satu malam. Jujur Alden masih bingung apa yang nanti akan mereka lakukan jika hanya berdua saja, ia sungguh tidak mempunyai pengalaman sama sekali apalagi terhadap wanita.
"Pacaran aja seumur hidup cuma sekali itu pun enggak ngapa-ngapain, pegangan doang aja kagak. Terus ini aku disuruh bermalam sama wanita asing yang aku sendiri enggak tahu orangnya kayak, gimana? Wajahnya kayak, gimana? Tapi setelahnya aku bakalan dibayar dengan bayaran yang tinggi, aku rasa itu cukup aneh tapi tidak ada salahnya juga kalau aku mencoba sesuatu yang baru," ujarnya sembari menyeruput ice coklat favoritnya.
Karena Alden merasa sudah bosan di warung tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan sembari menghabiskan waktu dan menunggu waktu berganti jadi malam. Diusir dari rumah hanya membawa bekal seadanya, membuatnya harus pintar-pintar mengelola keuangan beserta apapun yang dibawanya.
"Lho, Mas? Ternyata kita ketemu lagi di sini?" sapa si penjual cemilan yang semalam menemani Alden tidur di kursi area taman.
"Eh iyak, tadi pas saya bangun masnya sudah tidak ada, masnya pergi ke mana? Aku pikir masnya juga tidur di sana?" tanya Alden.
"Semalam saya rencananya pengen nemenin masnya di taman itu sampai pagi, tapi ternyata ada salah satu pelanggan saya yang membutuhkan jajanan saya, jadi mau enggak mau saya harus ke sana dan menjemput rezeki saya," ujarnya membuat Alden mengangguk paham.
"Kenapa masnya tidak membuat kayak sebuah stand atau toko, begitu? Jadi masnya tidak perlu pergi ke sana ke mari itu kan sangat melelahkan?" tanya Alden.
"Saya maunya juga seperti itu, saya dulu pernah punya cita-cita memiliki sebuah toko dengan aneka sembako di dalamnya, tapi ya karena dananya baru masih belum mencukupi jadi ya saya masih menabung sampai saat ini. Oh ya ngomong-ngomong dari semalam kita udah ngobrol, tapi belum kenalan satu sama lain? Saya, Ferdi."
"Saya, Alden."
JANGAN LUPA TAMBAHKAN KE RAK DAN TINGGALKAN REVIEW JUGA GAESSS, TERIMAKASIH.