Chereads / Bertahan atau Pergi / Chapter 11 - BAB 11

Chapter 11 - BAB 11

"Jadi, lo sepupuan sama si Varo?"

Berlyn menganggukan kepalanya seraya menyuapkan bakso ke mulutnya, mengunyahnya lalu menelannya. "Ibu gue tuh kakaknya Ibu dia," ucapnya menjelaskan. Mendengar itu Elmira mengangguk paham, pantas saja mereka berdua terlihat sangat dekat karena ternyata memang memiliki hubungan darah.

"Dia kayaknya suka ya sama lo."

Sontak Elmira menghentikan kegiatannya yang sedang meminum es teh. "Itu cuma kata lo doang, aslinya enggak kok."

Gadis itu terdiam sejenak. "Iya, gue cuma nebak doang, sih. Tapi, kemarin dia sempet minta nomor handphone lo, kan?"

Elmira mengangguk santai. "Dia lagi main truth or dare sama temennya, Lyn. Wajar lah kalau dia pilih dare terus darenya kayak gitu, apalagi dia cowok jadi harus berani ngelakuin tantangannya."

Tangan Berlyn menggaruk-garuk kepalanya bingung, namun tak urung ia menganggukan kepalanya setuju dengan perkataan Elmira. "Kalau gue boleh tahu, sebelumnya lo pernah deket gak sama cowok di sekolah lama lo?"

Melihat keterdiaman Elmira membuat Berlyn langsung merasa tak enak, gadis itu menggaruk tengkuknya jadi merasa bersalah. "Euu—kalau hal itu terlalu privasi, lo gak usah jawab gak apa-apa, kok."

Elmira menggeleng. "Gue belum pernah deket sama cowok—ya i mean, deket dengan tujuan pacaran gitu belum pernah. Kebanyakan gue yang suka duluan sama cowok," tuturnya dengan senyum tipis.

Tiba-tiba saja bayangan tentang dirinya bersama Alana di setiap harinya terbesit, mereka biasanya selalu berkeliling sekolah agar bisa mencari cogan yang mereka inginkan. Tentu saja mereka tak pernah sia-sia, namun ujungnya yang terasa sia-sia karena lelaki yang mereka sukai tak pernah menyukainya juga.

"Hahahaha..."

Kedua alis Elmira menyernit saat mendengar Berlyn tertawa, hatinya mencelos saat tahu bahwa dirinya ditertawakan oleh temannya itu. Elmira kembali meminum es tehnya, mencoba mengabaikan Berlyn yang tertawa.

Berlyn menepuk tangan Elmira yang berada di hadapannya. "Gue juga sama! Aduh, bisa-bisanya kita senasib. Bahkan sampe sekarang gue masih belum bisa lupa sama cowok yang gue suka waktu di SMP."

Yang awalnya Elmira menundukkan kepalanya kini mendongak dan menatap Berlyn tak percaya. "Lo serius?"

Berlyn menganggukan kepalanya cepat. "Gue serius, elah. Sampe sekarang gue belum bisa lupain dia, lo punya tips buat itu gak?"

"Kan baru aja lo denger kalau gue tuh belum pernah sama sekali deket atau dideketin sama cowok," ulangi Elmira menjelaskan.

"Oh jadi lo seringnya ngedeketin cowok duluan gitu? Ya, ya, gue paham..." Berlyn mengangguk-anggukan kepalanya dengan menatap jahil ke arah Elmira.

Sontak saja gadis itu langsung menegur Berlyn dengan menepuk lengannya. "Enggak gitu juga, Berlyn! Kalau gitu keliatan banget kalau gue murahan, walaupun gue sering duluan suka ke cowok tapi gue gak pernah sampe berani ngedeketin cowok duluan."

"Iya, sih. Kesannya kayak kita gak punya harga diri, ya gak?"

Baru saja Elmira akan menyahuti ucapan Berlyn, tiba-tiba saja seorang laki-laki duduk di sampingnya sambil menaruh piring yang berisi nasi goreng. Elmira mengalihkan pandangannya dan melihat Varo yang tampak santai menyantap nasi gorengnya itu.

"El, kita ke kelas yuk! Lo udah selesai kan makannya?" Berlyn melirik sebal pada Varo. "Di sini ada pengacau."

Berlyn bangkit dari duduknya saat melihat Elmira menganggukan kepalanya, keduanya pun beranjak dari duduknya dan membiarkan Varo makan sendirian. Lelaki itu menatap kepergian Elmira dan juga Berlyn dengan mulut yang masih mengunyah nasi gorengnya.

"Hoy!"

Varo dikejutkan oleh suara besar serta gebrakan di mejanya, untungnya dia refleks memegang piring serta gelasnya. Mungkin jika tidak dirinya sudah kehilangan makanan dan minumannya itu.

Varo menatap tajam pada seorang laki-laki yang kini sudah duduk di hadapannya dengan menyengir lebar, seolah tak merasa bersalah.

"Bisa gak sih lo gak rusuh sehari aja?" desis Varo yang kembali menyantap nasi gorengnya dengan kesal.

"Apa lo?!" tanyanya dengan sewot saat melihat temannya itu menaik turunkan kedua alisnya. Temannya itu hanya tersenyum penuh arti membuat Varo masih belum bisa memahaminya. "Lo sehat kan, Han?"

"Sehat, sangat sehat. Makasih loh atas perhatiannya," Farhan tersenyum paksa.

"Terus kenapa lo senyum-senyum gitu?" heran Varo. "Oh gue tahu sekarang," lelaki itu tersenyum senang saat dirasa tebakannya ini benar.

Sebelah alis Farhan terangkat. "Apa?"

"Lo punya gebetan baru, kan? Halah, gue udah paham sama kelakuan lo itu!" tebaknya seraya kembali memusatkan perhatiannya pada nasi goreng, menyantapnya lalu meneguk minumannya sedikit.

Farhan berdecak kesal. "Bukan itu! Bisa gak sih lo sehari aja gak ngebahas gebetan gue?" sahut Farhan membalikkan perkataan Varo tadi.

Karena sudah malas berbicara dengan temannya itu, Varo hanya menyahut dengan deheman saja tanpa melirik ke arah teman masa kecilnya itu.

"Cewek yang tadi sama Berlyn itu gebetan lo, ya?"

Mendengar itu Varo langsung tersedak dan dengan cepat meraih gelasnya, meneguk minumannya setelah merasa tenggorokannya membaik. "Gebetan dari mana? Dia itu temen sekelas gue, kebetulan dia yang ikut program pertukaran pelajar dari SMA Pelita Bangsa."

Farhan mengangguk paham mendengar itu. "Tapi dia cantik juga, ya walaupun gak secantik gebetan gue, sih."

Refleks Varo menggeplak kepala temannya itu. "Gebetan mulu yang ada di otak lo!"

Laki-laki itu meringis. "Tapi lo gak ada niat buat deketin dia?"

**

Elmira menyampirkan tas di sebelah bahunya lalu keluar dari kelasnya setelah berpamitan pada Berlyn, temannya itu masih sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tasnya. Sedangkan Elmira bukan tipe orang yang sabar untuk menunggu teman dan akhirnya memutuskan untuk pulang lebih dulu.

Tanpa berniat untuk menunggu Rivanya, Elmira terus berjalan hingga keluar dari area sekolah.

"DUARRR!"

Hampir saja Elmira terjungkal ke belakang jika sosok laki-laki yang mengejutkannya tak memegang kedua tangannya agar tubuhnya kembali seimbang. Melihat sang pelaku yang mengejutkannya, gadis itu langsung melepaskan kedua tangannya yang dipegang oleh Varo.

Kedua alisnya tertekuk menandakan bahwa dirinya sedang marah, tak lupa kedua matanya menyorot tajam pada Varo. "Lo apa-apaan, sih?! Lo tahu gak kalau yang lo lakuin barusan itu bisa bikin orang jantungan?!"

Saat Elmira hendak berbelok ke arah kanan—menuju rumahnya, Varo bersembunyi di belakang pohon lalu tiba-tiba datang mengejutkannya. Untung saja Elmira tak memiliki riwayat penyakit jantung.

"Iya, maaf."

"Maksud lo ngagetin gue kayak tadi tuh apa, sih? Kenal deket juga enggak!"

Elmira bertambah kesal saat melihat laki-laki itu hanya menggaruk kepalanya, seolah merasa tak bersalah sedikit pun. Tapi benar kan yang dikatakannya? Kalau mereka berdua hanya kenal kemarin dan itu pun hanya sebatas kenal. Tidak seperti dirinya dan Alana, yang sudah dekat bertahun-tahun.

"Maaf kalau kesannya gue sok deket sama lo. Tapi, gue cuma mau nambah temen aja. Salah ya?"

***