Chereads / Bertahan atau Pergi / Chapter 14 - BAB 14

Chapter 14 - BAB 14

Sepulang dari perkebunan teh milik orang lain, Alana langsung berpamitan pulang. Dia tak bisa menginap di sini karena besok masih harus sekolah, Elmira memakluminya walau ia sendiri masih menginginkan Alana berada di sini.

Di luar rumah Elmira dan Alana berpelukan dengan sangat erat, keduanya memberikan pesan untuk masing-masing. Seperti, jangan saling melupakan dan harus tetap berkomunikasi. Satu menit kemudian pelukan mereka terlepas.

Elmira mengusap air mata Alana dan begitu pula sebaliknya, Rivanya yang melihat itu hanya bisa tersenyum haru. Tatapan Alana beralih pada Rivanya, memeluk gadis itu sekilas. "Nya, gue titip El ya. Kalau ada apa-apa, kalian jangan lupa untuk kabarin gue apapun itu."

Keduanya dengan kompak mengangguk. "Lo juga, Na. Kalau ada apa-apa harus cerita ke gue," sahut Elmira dengan suara seraknya. "Cepat atau lambat gue bakal balik lagi."

Setelah merasa puas sedikit berbincang untuk yang terakhir kalinya, Alana masuk ke dalam mobilnya dan perlahan melajukan mobilnya meninggalkan area rumah sewaan Elmira dan juga Rivanya.

Rivanya menoleh, ia melihat Elmira yang masih menatap mobil Alana yang menjauh. Lantas gadis itu mendekat pada Elmira, merangkul bahunya dan mengusapnya dengan lembut berusaha menenangkan temannya.

"Jangan sedih, Elmira. Anggap aja kalau sebentar lagi kita akan pulang, biar kamu gak sedih terus."

Elmira menepis air matanya yang ingin kembali mengalir. Ia menoleh pada Rivanya lalu tersenyum seraya menganggukan kepalanya. "Gue ke dalem duluan ya, Nya. Gue masih ada tugas dari sekolah."

Gadis itu berbalik dan masuk ke rumah, saat masuk ke dalam kamarnya Elmira mencoba untuk tak menangis. Sebenarnya Elmira menangis bukan hanya karena Alana yang kembali pulang, tetapi juga ia teringat pada kedua orangtuanya.

Sampai saat ini mereka tak ada menghubunginya, bahkan Alana saja sudah berkunjung ke tempat barunya tetapi kedua orangtuanya sampai saat ini belum datang—bahkan mamanya pun tak ada menghubunginya lagi.

**

Jika kemarin Elmira dikejutkan oleh kedatangan Alana yang secara tiba-tiba, pagi ini Elmira dikejutkan dengan kehadiran Varo yang berada di depan rumahnya lengkap memakai seragam sekolahnya.

Padahal bukan dirinya yang membukakan pintu untuk Varo, mungkin jika dirinya yang membuka pintu dan melihat Varo yang berdiri di depan rumahnya akan semakin terkejut. Rivanya memberitahu dirinya saat ia sedang memakai seragam.

Dan saat ini Elmira dan Varo duduk di kursi yang ada di teras rumah. Gadis itu melirik sekilas ke arah Varo, "Lo ngapain dateng ke sini pagi-pagi?"

"Mau berangkat bareng, emangnya gak boleh?"

Dahi Elmira menyernit. "Ngapain bareng? Orang rumah gue deket sama sekolahan."

"Lho, emangnya salah kalau mau bareng? Kan kita juga sekelas," elak laki-laki itu. Setelah mendengar jawaban dari Varo, Elmira tak lagi menjawab karena tidak tahu harus menjawabnya seperti apalagi.

Gadis itu bangkit dari duduknya. "Gue bawa tas dulu," ucapnya lalu kembali masuk ke dalam rumah.

"Ayo berangkat, Nya!" ajak Elmira saat melihat Rivanya yang hendak menyampirkan tas ke bahunya.

Rivanya menggeleng seraya tersenyum penuh arti. "Gak usah, kamu berangkat sama dia aja duluan."

"Anya, please... gue gak nyaman kalau deket-deket sama si Varo, gue baru kenal dia beberapa hari," pinta Elmira dengan memohonnya, melihat keterdiaman Rivanya yang seperti tengah menimang-nimang, ia mencoba untuk membujuknya lagi.

Tatapan Elmira berubah menjadi penuh harap pada temannya itu. "Seenggaknya lo temenin gue gitu, kita berangkat ke sekolahnya bareng-bareng aja ya?"

Melihat raut wajah Elmira yang seperti itu membuat Rivanya tak tega untuk menolaknya, setelah berpikir sebentar akhirnya ia menganggukan kepala menyetujui ajakan Elmira karena tak ada salahnya juga membantu temannya sendiri.

Kedua bola mata Elmira membulat. "Lo serius mau?!"

Rivanya mengangguk. "Iya, kalau aku kekeh buat berangkat sendiri yang ada nanti kamu ngadu ke Alana sambil nangis-nangis," sahutnya sembari terkekeh pelan.

"Ya enggaklah! Eh btw, thanks ya."

"Iya. Yaudah yuk berangkat! Pacar kamu udah nungguin di depan tuh!" Rivanya lebih dulu berjalan setelah mengatakan itu, Elmira yang mendengar itu lantas melotot tak terima Varo disebut sebagai pacarnya.

"Hai, Anya!" sapa Varo seraya bangkit dari duduknya saat melihat Rivanya keluar dari rumah disusul dengan Elmira.

Sedangkan Rivanya hanya tersenyum menanggapi sapaan dari Varo. "Yaudah berangkat yuk!" gadis itu berjalan lebih dulu setelah melihat Elmira mengunci rumahnya. Rivanya sengaja meninggalkan Elmira dan juga Varo di belakangnya.

"El, lo sama Anya itu temenan dari SMA Pelita Bangsa? Maksudnya udah deket dari lama?" Varo bertanya saat keduanya melangkahkan kakinya menjauhi rumah. Lelaki itu melirik sekilas ke arah Rivanya yang sudah berjalan cukup jauh.

Dan Elmira yang melihat temannya itu sudah berjalan cukup jauh darinya hanya bisa merutuki diri, seharusnya tadi ia membiarkan Rivanya mengunci rumah sehingga ia bisa berjalan lebih dulu—dan saat ini Elmira berada di posisi Rivanya.

"El!" panggil Varo saat tak mendapati sahutan dari gadis di sampingnya.

"Eh? Kenapa?" Elmira mengerjapkan kedua matanya sembari menoleh ke samping. "Lo nanya apa barusan? Sorry, gue gak denger."

"Lo udah lama temenan sama Anya? Atau baru kali ini karena kalian harus tinggal berdua dan ikut program pertukaran pelajar ini?" ulang Varo.

Elmira mengangguk.

Sebelah alis Varo terangkat tak mengerti. "Lo cuma ngangguk doang, maksudnya jawaban lo gimana?"

"Gue baru temenan sama Anya karena emang ada pertukaran pelajar ini, kenapa emangnya? Keliatan kaku banget ya pertemanannya?"

"Ya enggak, sih. Gue cuma nanya doang, tapi lo ada temen deket dari SMA lo?"

"Ada, tapi dia gak ikut program ini. Kemarin dia dateng ke sini," jawabnya dan secara tidak sengaja Elmira memberitahukan kedatangan Alana kemarin.

"Seneng dong lo?"

Elmira mengangguk beberapa kali seraya tersenyum lebar. "Jelas, dong. Dia sahabat gue dari lama, terus tiba-tiba dijauhin kayak gini ya ngerasa kehilangan banget lah."

Sesampainya di depan sekolah, Elmira terkejut begitu menyadari bahwa beberapa detik yang lalu ia bercerita pada Varo. Ia juga baru tersadar kalau Rivanya lebih dulu sampai di sekolahan, gadis itu menghentikan langkahnya begitu pula dengan Varo yang berada di sampingnya.

"Sorry, gue malah kayak curhat sama lo," kikuknya.

Varo tersenyum kecil. "Gak apa-apa, lagian kan gue juga temen lo."

Sedangkan Elmira hanya menganggukan kepalanya lalu kembali melangkahkan kakinya diiringi Varo yang tetap berada di sampingnya. Elmira terus bergulat dengan pikirannya, bisa-bisanya ia semudah itu menceritakan siapa sahabatnya, bagaimana ia dengan sahabatnya, seharusnya Elmira tak asal menceritakan kehidupannya itu—sekali pun hanya mengenai Alana.

"Gue tahu kalau lo itu tipe orang yang susah banget buat deket sama orang baru, tapi lo gak perlu takut sama gue. Kalau lo butuh temen, gue bakal bersedia buat jadi temen lo."

***