Chereads / Bertahan atau Pergi / Chapter 16 - BAB 16

Chapter 16 - BAB 16

Rafiq, Benny, Gio dan Farhan sudah lebih dulu kembali ke kelas, kini di kantin hanya tersisa Elmira dan juga Varo. Seperti yang dikatakan oleh Varo tadi, Elmira terpaksa harus menghabiskan makanan yang dipesankan oleh Benny tadi karena dirinya yang harus membayar.

Setelah menyuapkan makanan terakhirnya, Elmira meraih minumnya dan meneguknya hingga tersisa setengah. Lalu pandangan Elmira melirik ke arah Varo dengan sinis. "Udah puas sekarang lo?"

Sedangkan Varo hanya terkekeh mendengar itu, ditambah lagi dengan raut wajah Elmira yang kentara sekali kesal padanya. "Mau ke kelas sekarang atau nanti?"

"Lo aja sana duluan ke kelas!" usir Elmira dengan sewotnya.

"Yaudah gue tunggu di sini aja," sahutnya seraya tersenyum manis.

Melihat itu Elmira mendelikkan matanya sebal, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kantin hingga dirinya melihat Rivanya yang sedang membeli air mineral. Saat Rivanya berbalik, Elmira langsung melambaikan tangannya seraya berteriak.

"ANYA! SINI!"

Rivanya menoleh ke sumber suara dan saat melihat di sana ada Elmira, kedua kakinya langsung melangkah mendekati temannya itu. Sesampainya di sana Rivanya langsung mendudukkan dirinya di hadapan Elmira.

"Eh, gak ganggu kalian, kan?" Rivanya menatap keduanya bergantian dengan tak enak.

Elmira tersenyum lebar seraya menggelengkan kepalanya cepat. "Sama sekali gak ganggu. Ya kan, Varo?" gadis itu melirik tajam ke arah Varo.

Varo mengangguk setuju. "Iya, lo gak ganggu kok, Nya. Eh, lo sendirian aja?"

"Sendiri, soalnya temen-temen yang lain pada bawa nasi dari rumah."

"Nah, berhubung sekarang lo udah ada Anya. Gimana kalau gue balik ke kelas ya?" celetuk Elmira yang langsung membuat Varo menoleh ke arahnya dengan kerutan di dahinya.

"Kok gitu?"

"Kan tadi lo bilang kalau lo mau tunggu di sini, jadi yaudah tunggu di kantin aja sampe gak ada orang. Oke?" tatapan Elmira beralih pada Rivanya. "Nya, lo temenin dia ya? Babay!"

Dengan cepat Elmira berlari menjauh dari mereka dan keluar dari area kantin, Varo yang menyadari bahwa Elmira pergi darinya membuat lelaki itu langsung menatap ke arah Rivanya dengan tak enak.

"Anya, gue juga balik ke kelas ya."

Rivanya yang bingung berada di situasi seperti itu lantas ikut beranjak dari duduknya. "Iya, aku juga mau balik ke kelas kok."

Varo mengangguk lalu dengan cepat ia berlari mengejar Elmira yang ternyata belum jauh pergi dari area kantin. Melihat gadis itu yang tengah berjalan dengan santai membuatnya perlahan mengejar gadis itu.

"Hayooo, mau ke mana lo?" bisik Varo tepat di samping telinga gadis itu.

Karena tiba-tiba ada yang berbisik di telinganya membuat Elmira melototkan kedua matanya dan terkejut saat melihat Varo sudah berada di sampingnya. Gadis itu tersenyum terpaksa dan tanpa sepengetahuan Varo, kedua kakinya sedikit menggeser menjauhi lelaki itu.

"ELMIRAAA! JANGAN PERGI LO!"

Dengan gerakan cepatnya Varo berlari mengejar Elmira yang berhasil berlari lagi darinya, keduanya yang berlarian di koridor itu menjadi pusat perhatian semua orang yang masih berlalu-lalang di luar kelas.

"KEJAR KALAU BISA, WLE!" Elmira berbalik seraya memeletkan lidahnya meledek pada Varo.

Melihat Elmira yang meledek seperti itu kepadanya membuat Varo semakin bersemangat untuk mengejar gadis itu. Bibirnya tertarik ke atas menampilkan senyuman miringnya, dengan hitungan mulai dari tiga lelaki itu mempercepat lariannya.

Hingga ketika gadis itu akan berbelok masuk ke kelas, tepat di ambang pintu Varo langsung menangkap Elmira dan tanpa disengaja kedua tangannya melingkar di bahu gadis itu. Jika dilihat dari belakang, Varo tampak memeluk Elmira.

"Dapet juga kan lo!"

Semua orang yang menyaksikan Elmira dan Varo seperti itu langsung bersorak. "WOOOO! CIE-CIEEE!"

Elmira yang tersadar kalau Varo memeluknya, dengan cepat ia melepaskan kedua tangan Varo yang melingkar di bahunya. Kedua matanya menatap tajam ke arah laki-laki itu, setelah itu Elmira berjalan ke arah bangkunya dengan kedua pipi yang memerah.

Begitu pula dengan Varo, lelaki itu berjalan ke arah bangkunya yang berada tepat di belakang bangku Elmira.

"Lo, sih!" Elmira berbalik menatap laki-laki itu dengan kesal. Lalu pandangannya beralih ke seisi kelas, pantas saja Elmira masih merasa malu karena semua orang di dalam kelas masih menatap ke arahnya.

"Kan lo duluan yang lari, El."

Elmira tak menyahuti lagi setelah itu, ia akui memang dirinya yang pertama berlari tetapi ia sama sekali tak berharap kejadian beberapa detik yang lalu itu akan terjadi. Gadis itu memutuskan untuk menelungkupkan kepalanya di atas meja dibandingkan menyaksikan semua orang yang tengah menatap ke arahnya.

**

"Elmira, hari ini kita kerja kelompok tugas biologi."

Rafiq menghampiri bangku Elmira dan Berlyn, memberitahukan bahwa hari ini kelompok mereka akan mengerjakan tugas biologi lantaran sebentar lagi hasilnya harus segera dikumpulkan dan juga dipresentasikan.

"Kenapa lo gak bilang dari awal sih, Fiq?" tanya Berlyn dengan sebal. "Kan kalau tahu kita mau kerja kelompok gue bisa bilang dulu sama Ibu gue," sambungnya.

"Aelah, lo bisa pulang dulu terus ke rumah gue. Apa susahnya coba?" Rafiq memutar bola matanya malas. "Tapi, awas aja kalau nanti lo gak dateng ke rumah gue!"

Berlyn berdecak malas. "Yaudah, tapi si El ikut ke rumah gue ya!"

Elmira yang tiba-tiba disebut namanya lantas mengerutkan keningnya. "Lah, kok jadi ngajak-ngajak gue?"

"Gak apa-apa, El. Lo ikut aja sama dia," sahut Rafiq yang membuat Elmira mau tak mau mengangguk pasrah.

Setelah memasukkan seluruh bukunya ke dalam tas keduanya pun berjalan keluar dari kelas, bertepatan dengan itu Rivanya berjalan melewati kelasnya.

"Anya!" panggil Elmira yang membuat Rivanya langsung menoleh lalu menghampiri Elmira dengan kedua alis yang terangkat.

"Kenapa, El? Pulang bareng?"

Elmira menggeleng. "Enggak. Gue mau kerja kelompok, jadi nanti gue pulangnya agak telat."

"Oh gitu," Rivanya mengangguk paham. "Yaudah kalau gitu aku pulang duluan ya, bye!"

Selepas Rivanya pergi, Berlyn menatap punggung gadis itu yang menjauh lalu Berlyn mendekatkan wajahnya pada Elmira. "Dia temen lo yang dari Pelita Bangsa ya?"

"Iya. Kenapa emangnya?"

"Keliatan polos banget ya."

Elmira menyernitkan dahinya, entah mengapa semua orang yang bertemu dengan Rivanya selalu berkata seperti itu. Ya walaupun kenyataannya Rivanya memang orang yang seperti itu, baik pula.

Tak menyesal Elmira bisa kenal dengan Rivanya walau ia tak terlalu dekat seperti dengan Alana, setidaknya Elmira bisa bersyukur karena ditempatkan yang tepat bersama Rivanya. Ah, mengingat sahabatnya itu, Alana, membuat Elmira tiba-tiba jadi merindukannya.

Akhir-akhir ini suasana hatinya sangat sensitif, gampang merasakan rindu pada suasana di sekolahnya. Jangan tanyakan apakah ia rindu suasana rumah, tentu saja tidak. Apa yang harus Elmira rindukan dari sana? Kedua orangtuanya saja tidak mencarinya bahkan menghubunginya pun tidak.

***