Chereads / Bertahan atau Pergi / Chapter 21 - BAB 21

Chapter 21 - BAB 21

Jam istirahat tiba di mana semua siswa langsung berlarian menuju kantin, tapi untuk para siswa yang sangat ambisius, mereka datang ke perpustakaan demi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya maupun sekadar membaca buku saja.

Salah satunya adalah Rivanya, gadis itu berjalan menuju perpustakaan dengan membawa beberapa buku yang dipeluknya. Saat gadis itu tengah berjalan menyusuri koridor, tiba-tiba Rivanya dikejutkan oleh kedatangan Varo yang berdiri di hadapannya.

"Eh?"

"Hai, Anya!"

"Varo? Kamu temennya El, kan?"

Lelaki bernama Varo itu mengangguk sambil tersenyum manis. "Iya. Lo masih inget ternyata, eh lo mau ke mana?"

"Mau ke perpus, nih. Kamu sendiri mau ke mana? Kenapa tiba-tiba nyamperin aku?"

Varo berdeham pelan, kedua matanya melirik ke kanan, kiri, depan serta belakang seolah memastikan tak ada orang yang mendengarkan pembicaraan keduanya nanti. "Gue mau nanya, makanan kesukaan Elmira apa ya?"

Mendengar itu membuat Rivanya terdiam, beberapa detik kemudian gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aduh, maaf ya Varo. Bukannya aku gak mau ngasih tahu kamu, tapi aku temenan sama Elmira itu baru satu bulan ini, jadi aku gak terlalu tahu makanan kesukaannya dia apa."

"Oh gitu," Varo mengangguk paham.

"Tapi, nanti aku coba tanya ke sahabatnya El."

Varo menjetikkan jarinya. "Ide bagus! Yaudah gue minta nomor lo biar nanti lo bisa kasih tahu gue lewat chat aja," lelaki itu langsung merogoh saku kemeja putihnya dan menyerahkan ponselnya pada Rivanya.

"Thanks ya, nanti gue chat buat tanyain tentang El lagi," bisik Varo lalu melenggang pergi dari hadapan Rivanya.

Setelah kepergian Varo membuat Rivanya tersenyum penuh arti dan kembali melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.

**

Di sisi lain Elmira dan Berlyn baru saja tiba di kantin, saat ini keduanya tengah menunggu pesanannya datang. Biasanya mereka akan membawa pesanannya sendiri, tetapi karena makanan yang mereka pesan masih dimasak sehingga membuat keduanya memilih untuk duduk saja dan menunggu pesanannya diantarkan.

"Hello, my girls!"

Keduanya pun menoleh ke sumber suara, ternyata Varo yang baru datang seraya duduk di samping Elmira. Merasa Varo duduk terlalu dekat dengannya membuat Elmira sedikit memberi jarak di keduanya, karena bagaimana pun juga ia tak ingin mendapatkan pertanyaan yang sama seperti di toilet tadi.

"Alay banget sih, lo!" celetuk Berlyn dengan bergidik ngeri.

"Eh kenapa? Gak suka? Yaudah kalau gitu gue manggilnya ke El aja."

Varo menatap Elmira dengan kedua alis yang naik turun. "Lo mau kan dipanggil my girl sama gue?"

Mungkin perempuan di luaran sana akan merasa salah tingkah ditanya seperti itu oleh Varo, tetapi tidak dengan Elmira yang sangat anti dengan kata-kata manis seperti itu. Ya walaupun tak dapat dipungkiri jika Elmira menginginkan nasibnya sama seperti di novel-novel romansa yang pernah ia baca.

Tapi, jika laki-lakinya seperti Varo, Elmira tak akan luluh begitu saja.

Elmira menggeleng merespon pertanyaan dari Varo, sontak hal itu membuat lelaki itu membulatkan matanya terkejut tak percaya. "Serius lo gak mau? Gak akan nyesel?"

"El itu gak kayak cewek-cewek lain, Varo!" sahut Berlyn.

Baru saja Varo akan membuka suaranya, namun pesanan Elmira dan Berlyn lebih cepat datang membuat Elmira langsung menaruh jari telunjuk di depan bibirnya agar Varo diam karena rasa laparnya sudah tak dapat ditahan.

"Kalau gitu gue pesen dulu, deh. Biar bisa makan bareng sama lo," Varo bangkit dan meninggalkan keduanya.

Keduanya sama-sama menghela napas lega saat melihat kepergian Varo, akhirnya tak ada lagi yang mengganggu mereka berdua.

"Lo beruntung banget bisa sepupuan sama dia," ledek Elmira sembari menyeruput minumnya.

"Beruntung mata lo!"

Sedangkan Elmira tertawa mendengar ucapan tersebut yang keluar dari mulut Berlyn. Tapi, Elmira tak munafik meskipun Varo memiliki sifat yang seperti itu, lelaki itu masih ada sisi baiknya. Salah satu contohnya, pada saat itu Varo berusaha melakukan apapun sebagai permintaan maafnya karena sudah mengejutkan Elmira.

Ya, setiap orang pasti memiliki sisi baiknya tersendiri bagaimana pun sifatnya.

Tak lama kemudian datang Varo dengan membawa nampan yang berisi makanan serta minumannya, membutuhkan waktu yang lama untuk lelaki itu mendapatkan makanannya sehingga membuat Elmira dan Berlyn dapat dengan cepat menghabiskan makanannya.

"Pokoknya kalian harus tungguin gue makan di sini!"

"Lo gak punya temen apa gimana sih?"

"Kalau lo gak mau nemenin yaudah, biar El aja yang nemenin gue di sini."

"Sorry, gue harus ke kelas sekarang," sahut Elmira tiba-tiba, gadis itu hendak bangkit dari duduknya namun Varo lebih dulu mencekal tangannya dan kembali duduk di kursinya.

"Gak mau tahu lo harus nemenin gue di sini!"

"Aduh, gue kebelet, nih! Gue duluan ya, byeee!" Berlyn berdiri lalu berlari meninggalkan keduanya.

Varo tersenyum senang, sedangkan Elmira hanya bisa menatap Berlyn yang sudah berlari keluar dari kantin. Merasa tangannya masih dipegang oleh lelaki di sampingnya membuat Elmira langsung menepisnya kasar.

"Gue gak akan kabur!"

"Gitu dong bagus!" Varo mengacak rambut Elmira gemas.

Kedua alis Elmira langsung menukik tajam dengan tangan yang menepis tangan Varo di kepalanya. "Gak sopan banget sih, lo!"

"Gemes gue sama lo yang selalu nurut."

Elmira mengalihkan pandangannya ke lain arah, yang terpenting ia tak menatap ke arah Varo. Entah mengapa tiba-tiba suasana di kantin menjadi panas membuat gadis itu refleks mengibaskan kedua tangannya.

"Panas ya? Nih minum aja minuman punya gue," Varo menyodorkan minuman dingin ke hadapan Elmira.

Namun, gadis itu menolaknya dengan menggelengkan kepalanya. "Gak perlu," katanya dengan mendorong gelas itu, tapi sepertinya dorongan Elmira terhadap gelas itu terlalu kasar sehingga minuman Varo tumpah.

Kedua bola mata Elmira membelalak melihat kejadian itu, terlebih lagi minumannya membasahi celana abu-abu Varo. Secepat mungkin Elmira menarik lelaki itu untuk berdiri agar tak semua celana Varo basah,

"Varo, gue bener-bener minta maaf..." lirih gadis itu seraya menunduk menatap celana Varo yang basah dengan penuh penyesalan.

Melihat itu Varo meraih dagu Elmira agar mau menatap ke arahnya, karena tinggi badan Elmira yang lebih pendek darinya membuat lelaki itu menunduk untuk menatap Elmira. "Hei, lo gak usah merasa bersalah, gue gak apa-apa kok."

Elmira menatap lelaki di hadapannya tanpa berkedip. Ia terlalu terkejut dengan perlakuan Varo yang terkesan manis. Biasanya lelaki itu akan selalu bersikap menyebalkan, tetapi sekarang Elmira seolah bertemu dengan sosok baru.

Dengan cepat Elmira mengerjapkan kedua matanya, ia langsung menolehkan kepalanya ke arah lain agar tangan Varo terlepas dari dagunya. Beberapa detik kemudian Elmira baru tersadar saat dirinya dan juga Varo menjadi pusat perhatian semua orang.

Gadis itu kembali menatap Varo dengan kedua pipi yang memerah. "Sekarang kita ke koperasi, beli celana baru."

Elmira menarik tangan Varo dan pergi dari kantin, mencoba untuk tak menghiraukan pandangan orang lain terhadapnya.

***