Elmira menatap rumah di depannya yang penuh dengan tanaman, tidak hanya di pekarangan rumahnya saja tetapi Elmira melihat di sekeliling rumah itu pun ada berbagai macam tanaman.
"Elmira, ayo masuk!"
Gadis itu sedikit terkejut saat tiba-tiba Berlyn memanggilnya, ia pun menganggukan kepalanya seraya tersenyum kikuk. Saat Elmira hendak mendekati pintu rumah itu, tiba-tiba muncul seorang wanita paruh baya dengan mengenakan hijabnya.
Melihat kedatangan wanita yang tidak diketahui Elmira membuatnya sedikit bingung, ia merutuki Berlyn yang sudah masuk ke dalam rumahnya tanpa menunggu dirinya. Meskipun sedikit bingung, akhirnya Elmira meraih tangan wanita itu dan mencium punggung tangannya dengan sopan.
"Eh, ini siapa ya? Temennya Berlyn?"
Elmira tersenyum tipis. "Iya, Tante. Nama saya Elmira. Kalau Tante, Ibunya Berlyn?"
Melihat senyuman yang ditampilkan Elmira membuat wanita itu langsung mengulurkan tangannya mengelus pipi Elmira, sontak saja hal itu membuat Elmira sedikit canggung dan heran.
Wanita berhijab itu menggeleng. "Bukan, adik Ibunya Berlyn."
Mendengar penuturan dari wanita di hadapannya membuat Elmira sedikit terkejut. "Jadi, Tante ini Ibunya Varo ya?"
"Iya. Kamu kenal juga sama Varo?"
Elmira langsung mengangguk. "Kenal, Tante. Varo itu temen sekelas aku juga."
"Oh gitu.. oh ya, kenalin saya Daniar. Panggil Ibu aja ya, gak perlu Tante. Berasa udah tua banget," wanita bernama Daniar itu terkekeh pelan.
Astaga, ingin rasanya Elmira merutuki dirinya sendiri karena masih terbawa suasana di kota yang selalu memanggil wanita asing dengan panggilan tante, itu pun Elmira mengira-ngira usianya terlebih dahulu.
Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Maaf ya, Bu," ucapnya merasa tak enak.
Tangan Daniar terulur mengusap pipi Elmira. "Gak apa-apa, cantik. Kalau gitu Ibu permisi dulu ya? Takutnya Varo juga udah pulang, kalau kamu mau mampir boleh. Rumah Ibu ada di sebelah kok," Daniar menunjuk rumah yang berada di samping kanan rumah ini.
Elmira menoleh lalu mengangguk. "Iya, Bu, terima kasih."
"Kalau gitu Ibu pamit ya," ucap Daniar seraya mengusap bahu Elmira sekilas lalu melenggang pergi.
Selepas wanita itu pergi dari hadapannya, Elmira menatap sekilas ke dalam rumah itu lalu memilih untuk duduk di kursi yang berada di teras rumah. Baru beberapa detik Elmira duduk di kursi itu, tiba-tiba kedua matanya melihat Varo yang berjalan menuju rumahnya.
Baru saja Elmira ingin bersembunyi, tetapi Varo lebih dulu menoleh ke arahnya. Melihat Varo yang tersenyum padanya seraya berbelok ke arahnya membuat Elmira tersenyum kikuk.
"Hai! Lo di sini?"
Elmira mengangguk singkat.
Tanpa disuruh lelaki itu sudah duduk di kursi yang berada di sebelahnya, hanya terhalang oleh meja kaca berbentuk bulat. "Mana si Berlyn? Kenapa biarin lo di luar sendirian?"
"Mungkin dia lagi ganti baju," jawab Elmira seadanya, sedari tadi pandangan gadis itu terus lurus ke depan tanpa mau menatap ke arah Varo yang berada di sampingnya.
Barulah setelah sudut matanya melihat Varo bangkit dari duduknya, Elmira menoleh ke arah lelaki itu. Namun, sedetik kemudian kedua mata Elmira membelalak saat tiba-tiba Varo menarik tangannya.
"Heh! Lo mau bawa gue ke mana, Varo?" pekik Elmira yang ditarik oleh Varo menjauhi rumah Berlyn.
"Udah, lo diem aja!"
Kedua alis Elmira menyatu saat Varo menarik dirinya menuju ke rumahnya—yang berada di samping rumah Berlyn. "Lo ngapain narik gue buat ke rumah lo?"
Varo tak menjawab, melainkan ia terus menerobos masuk ke dalam rumahnya seraya berteriak memanggil ibunya. Elmira yang sama sekali tak mengerti ada apa dengan Varo, masih berusaha melepaskan cekalan tangan lelaki itu di tangannya.
"Lo apa-apaan sih, Varo?" tanya gadis itu dengan kesal.
"Hey, ada apa? Kenapa teriak-teriak, Nak?" Daniar datang dari arah dapur dengan mengambil secangkir teh di tangannya.
"Bu, ini Elmira. Temen baru Varo itu," ucap Varo memperkenalkan Elmira ke hadapan ibunya.
Sementara itu Daniar mengulum bibirnya, mencoba menahan tawanya melihat kelakuan putra bungsunya itu. "Ibu udah tahu, Varo. Baru aja tadi Ibu kenalan sama Elmira, iya kan, cantik?"
Elmira mengangguk dengan kedua pipinya yang memanas, ia sedikit tersipu lantaran dipuji seperti itu oleh wanita di hadapannya. Bukan karena wanita itu adalah ibu dari Varo, tetapi Elmira merasa bersyukur karena masih ada yang mau memujinya seperti itu, mami dan papinya saja tidak pernah memuji seperti itu padanya.
"Lho? Jadi, Varo telat dong ya?" lelaki itu menatap Daniar dan Elmira bergantian. "Kenapa udah kenalan, sih? Padahal gue yang mau ngenalin lo sebagai temen baru gue ke Ibu gue," gerutu Varo seraya menatap Elmira.
"Lebay banget sih, lo!" sinis Elmira yang membuat Varo berdecak kesal.
"Emang kenapa perlu kamu yang ngenalin Elmira ke Ibu langsung, Varo?" tanya Daniar yang terheran-heran pada putranya itu.
Varo menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya Varo cuma mau ngenalin temen baru Varo aja ke Ibu, Elmira pindah ke sini itu karena ikut pertukaran pelajar. Sama ada satu lagi temennya, nanti Varo kenalin satu lagi ke Ibu ya?"
Daniar hanya menggeleng-geleng melihat tingkah laku putranya itu yang selalu excited jika berbicara tentang teman baru. "Eh itu Elmiranya balikin lagi ke Berlyn nanti dia nyariin, lho..."
Bukannya menuruti perkataan ibunya, Varo malah menarik Elmira untuk duduk di sofa ruang tamunya. "Biarin aja dia nyariin Elmira," acuhnya, lalu menoleh ke arah gadis itu. "Lo diem aja di sini."
Elmira yang dipaksa duduk oleh Varo itu kembali berdiri membuat lelaki itu mengerutkan kedua alisnya. "Gue gak bisa, Varo. Pasti Rafiq sama yang lainnya lagi nunggu gue sama Berlyn sekarang."
Lalu Elmira menghampiri Daniar dan salim pada wanita itu. "Bu, aku pamit dulu ya."
"Iya, hati-hati ya!"
Baru saja Varo akan mengejar gadis itu, tetapi Daniar lebih dulu mencekal tangan putranya seraya menggeleng menyuruh Varo untuk tak mengejarnya.
Setelah berada di luar rumah Varo, Elmira menoleh ke arah rumah Berlyn dan bertepatan dengan itu Berlyn keluar rumahnya. Tanpa menunggu apapun lagi Elmira langsung berlari ke arah Berlyn.
"Lo ke mana aja, sih? Dari tadi gue nyuruh lo buat masuk malah gak ada," ujar Berlyn sedikit kesal.
"Sorry, tadi gue malu kalau harus masuk gitu aja."
Berlyn memutar bola matanya malas. "Gak ada siapa-siapa, tadi cuma ada Ibunya si Varo. Ibu gue katanya lagi ke pasar."
"Iya tadi gue juga ketemu kalau sama Ibunya Varo."
Raut wajah Berlyn langsung berubah begitu saja, kentara sekali bahwa gadis itu senang mendengar penuturan tersebut dari Elmira. "Oh ya? Jadi, lo udah ketemu sama calon mertua?"
"Apaan sih, lo? Calon mertua, calon mertua, gak ada ya yang namanya calon mertua!"
Kedua alis Berlyn naik turun, gadis itu berniat menggoda Elmira. "Lagian kan Varo keliatannya suka sama lo."
***