Saat ini di kelas Elmira sedang berlangsungnya pelajaran biologi, namun tak ada guru yang masuk lantaran guru yang mengajar pelajaran biologi tersebut sedang sakit. Tetapi, mereka memiliki tugas yang harus segera dikerjakan.
Sebenarnya Elmira lebih menyukai mengerjakan tugasnya sendirian, karena menurutnya itu lebih efektif agar dirinya bisa lebih memahaminya dan fokus pada pelajaran tertentu. Namun, kali ini Elmira juga tak dapat menolak ketika tugas yang diberikan adalah tugas kelompok.
Mau tidak mau Elmira harus menerima itu, daripada nanti dirinya tak memiliki nilai ditambah lagi ia tidak memiliki teman karena dianggap hanya ingin sendirian. Anggota kelompok sudah ditentukan oleh gurunya.
Betapa bersyukurnya Elmira saat dirinya satu kelompok bersama Berlyn, setidaknya dengan dia Elmira memiliki teman yang sudah cukup akrab.
"Yeay! Gue sekelompok sama lo!" pekik Berlyn senang, bahkan sampai memeluk Elmira dengan erat.
Elmira yang merasa terkejut dengan perlakuan Berlyn hanya bisa tersenyum sembari berusaha melepaskan Berlyn yang memeluknya erat sampai membuatnya sesak. "Lyn... lep—lepas! Gue gak bisa napas!" pinta Elmira dengan terbata-bata.
Tiba-tiba saja ada sebuah tepukan keras di lengan Berlyn membuat gadis itu langsung melepaskannya dan menatap sang pelaku dengan kesal. "Apaan sih, lo?!" sewotnya.
Varo menunjuk ke arah Elmira yang tengah mengatur napasnya. "Lo gak liat dia?! Gak bisa napas gara-gara pelukan alay lo itu!"
Sontak Berlyn mengalihkan pandangannya ke arah Elmira yang kini mencoba untuk tersenyum manis pada kedua temannya itu. "Gue gak apa-apa, kok. Varo berlebihan banget," ucap gadis itu seraya melirik sekilas ke arah Varo.
Entahlah sekarang ini Elmira merasa sedikit kesal saja pada Varo. Iya, pada Varo. Tadi saja laki-laki itu tiba-tiba marah kepadanya seolah kejadian tadi adalah kesalahannya, tetapi sekarang lelaki itu berubah menjadi sok peduli padanya.
Elmira tidak tahu bagaimana sikap lelaki kebanyakan, karena ia sendiri tidak pernah dekat dengan laki-laki. Maksudnya, belum pernah dekat dengan tujuan lain. Selama ini selalu dirinya yang menyukai laki-laki lebih dulu, namun selalu berujung sama. Laki-laki yang disukainya tidak pernah ikut menyukainya juga. Alias, cinta bertepuk sebelah tangan.
"Udah, udah, sana lo! Huuuu!" usir Berlyn seraya mengibaskan kedua tangannya, meminta agar laki-laki itu pergi dari hadapannya.
"WOYYY! PERHATIAN SEMUANYA!"
Mendengar sang ketua kelas berteriak meminta perhatian seisi kelas, keduanya langsung mengalihkan pandangannya ke depan kelas—lebih tepatnya pada sang ketua kelas yang tengah berdiri di depan kelas.
"Oke, makasih," ketua kelas bernama Rafiq itu menarik napasnya. "Jadi, kelompok biologi ini kan ada enam kelompok. Duduknya sesuai sama urutan kelompok ya!" perintahnya.
Rafiq menunjuk bangku yang berada di dekat pintu. "Di sana kelompok satu, kelompok dua, kelompok tiga," lelaki itu menunjuk bangku di sampingnya lalu ke belakang. "Di belakang kelompok tiga ada kelompok empat dan seterusnya ke samping."
"Paham?"
"PAHAM!"
Rafiq mengacungkan kedua jempolnya lalu berjalan menghampiri anggota kelompoknya yang lain. Semua murid di dalam kelas tersebut mulai sibuk membenahi bangku-bangkunya agar menyatu dengan kelompoknya.
Elmira yang sudah selesai langsung duduk di kursi yang berada di depan kelompok empat, kebetulan dirinya dan Berlyn berada di kelompok tiga. Tepat di sampingnya ada Berlyn, lalu di samping Berlyn ada Rafiq dan diteruskan oleh Beni, Renny, serta Gio.
Entah kebetulan atau apa, saat Elmira menoleh ke belakang ada Varo. Lebih tepatnya, lelaki itu duduk di belakang Berlyn sedangkan di belakangnya juga seorang laki-laki, tetapi Elmira belum mengetahui namanya.
"Do, gantian dong tempat duduknya."
Samar-samar Elmira mendengar suara Varo yang tiba-tiba meminta pindah, entah pada siapa laki-laki itu berbicara yang terpenting Elmira sama sekali tak peduli. Elmira mencoba menyimak pembicaraan Rafiq dan teman-temannya yang lain, mengabaikan pergerakan tempat duduk di belakangnya.
Elmira sangat yakin bahwa yang bergerak di belakangnya itu adalah Varo, entah akan ke mana laki-laki itu pindah. Gadis itu mengedikkan kedua bahunya acuh, lalu ikut menyahuti diskusi anggota kelompoknya yang lain.
"Kalau menurut gue lebih baik bikin file di laptop terus nanti kita presentasiin. Tapi, ya itu terserah kalian juga."
"Lo lupa atau gimana, sih?" tanya Rafiq heran. "Di sekolah ini ada peraturannya, di mana siswa gak boleh bawa handphone atau pun laptop."
"Tapi kan ini demi tugas kita juga."
"Apapun alasannya! Sekolah gak memperbolehkan itu, lagian di antara kita siapa coba yang punya laptop kalau pun gak ada peraturan itu?"
Semuanya langsung terdiam mendengar penuturan dari Rafiq, sebenarnya Elmira ingin menyahutinya lagi tetapi ia tak ingin dianggap pamer karena memiliki laptop. "Yaudah gue ikut aja mau pake media apapun buat presentasinya," gadis itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Namun, tiba-tiba kepalanya terbentur sesuatu yang membuat kepala bagian belakangnya terasa sakit. Dengan cepat Elmira menoleh, bersamaan dengan itu pula Varo menoleh ke arahnya sambil mengusap belakang kepalanya. Wajah laki-laki itu juga tengah menahan ringisannya.
Kedua alis Elmira menyernit. "Kok lo ada di sini, sih?!"
"Lah, gue emang kelompok empat. Dan kelompok empat tempatnya emang di sini," jawab Varo membela dirinya sendiri. "Lagian lo kalau nyender ya nyender aja, gak perlu benturin kepala lo ke kepala gue!"
Mendengar itu Elmira langsung membalikkan badannya menjadi menghadap laki-laki itu sepenuhnya. "Hei! Gue tahu kalau tadi lo duduk di belakang Berlyn, kenapa lo tiba-tiba ada di sini?" gadis itu melirik ke arah kursi mereka yang menempel. "Ini juga! Kenapa kursi lo nempel kayak gini ke kursi gue coba?!"
"Elmira!"
Merasa namanya terpanggil, Elmira menoleh ke belakang dan melihat Rafiq yang menatapnya tajam serta kedua matanya itu seolah mengisyaratkan dirinya untuk kembali menghadap ke arahnya.
"Sorry," cicit Elmira yang langsung duduk dengan benar. "Gara-gara lo, Varo!" gumam gadis itu sebal.
Lalu acara diskusi mengenai tugas pun berlangsung hingga jam istirahat tiba, bersamaan dengan itu jam pelajaran biologi memang telah habis. Elmira dan Berlyn kembali ke tempat duduknya, begitu pula dengan murid lainnya.
"Hari ini lo mau ke kantin gak?"
Elmira yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya menoleh lalu mengangguk. "Mau, gue gak sempet sarapan tadi di rumah."
"Yaudah, yok!"
"Ayok!" sahut Varo yang langsung merangkul Elmira. Sontak saja hal itu membuat Elmira terkejut dan menghempaskan tangan Varo yang bertengger di bahunya.
Berlyn melihat itu mendelik sebal. "Caper banget sih, lo!"
"Yeee, biarin lah. Terserah gue, mau caper, mau jungkir balik, itu semua urusan gue. Emangnya gue nyusahin lo? Enggak, kan?"
Tak ingin melihat perdebatan antara Berlyn dan Varo lebih lama lagi, Elmira langsung menarik tangan Berlyn untuk keluar dari kelas. "Lo setiap hari berantem gitu sama si Varo?"
"Di rumah juga sering berantem."
***